BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Terumbu karang
adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga
yang disebut zooxanhellae.
Menurut Timotius 2003 Terumbu karang
adalah struktur di dasar laut berupa deposit kalsium karbonat di laut yang
dihasilkan terutama oleh hewan karang. Karang adalah hewan tak bertulang
belakang yang termasuk dalam Filum Coelenterata (hew an berrongga) atau
Cnidaria. Yang disebut sebagai karang (coral) mencakup karang dari Ordo
scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa.
Lebih lanjut dalam makalah ini pembahasan lebih menekankan pada karang sejati
(Scleractinia). Terumbu karang mempunyai fungsi dalam hal pemeliharaan
proses-proses ekologis dan sistem penyangga kehidupan di wilayah pesisir, laut
dan pulau-pulau kecil, Keberadaan terumbu karang merupakan benteng alamiah yang
melindungi pantai dari bahaya erosi dan abrasi karena mampu meredam energi
gelombang sebelum mencapai pantai.
Ancaman utama bagi terumbu karang di Indonesia adalah
penangkapan ikan secara berlebihan dan penangkapan ikan yang merusak.
Persentase ancaman akibat penangkapan ikan secara berlebihan dapat mencapai 64%
dari luas keseluruhan, dan mencapai 53% akibat penangkapan ikan dengan metode
yang merusak. Namun demikian, karena informasi yang terbatas, wilayah-wilayah
yang beresiko terkena pengaruh penangkapan ikan yang merusak, kemungkinan lebih
sedikit dari yang sebenamya. Pembangunan pesisir dan sedimentasi dari daratan
mengancam seperlima dari terumbu karang yang ada di Indonesia. (L. Burke, at
al.,2001). Rehabilitasi terumbu karang merupakan suatu usaha untuk
mengembalikan menyambung rantai ekosistem yang hilang akibat kerusakan terumbu
karang, rantai tersebut berupa substrat atau biotanya. Dengan mempertimbangkan
bagian rantai ekosistem yang hilang dapat ditentukan langkah dan teknologi
rehabilitasi terumbu karang (Wagiyo dan Radiarta, 1997). Di Indonesia saat ini
upaya pelestarian dan pemulihan terumbu karang melalui pembuatan terumbu karang
buatan (artificial reef) dari berbagai bahan seperti rangka beton, ban
bekas, dan becak bekas.
Dengan semakin buruknya habitat terumbu karang alami yang
diyakini sebagai habitat sangat produktif makasudah selayaknya peran aktif
pemerintah baik pusat dan daerah untuk lebih peduli dengan kondisi seperti ini
ditambah lagi adanya isu dunia global warming yang juga akan mempecepat bleaching
(pemutihan) terumbu alami. Perlu disadari bahwa terumbu karang berfungsi
sebagai tempat tinggal dan sumber makanan bagi banyak biota laut, termasuk
ikan. Adanya kerusakan besar-besaran yang terjadi pada terumbu karang, sudah
dapat dipastikan bahwa jumlah tangkapan ikan para nelayan juga menurun drastis.
B. Tujuan
Tujuan
pembuatan makalah ini adalah yaitu
1. Mengetahui
latar belakang munculnya ide tentang terumbu karang buatan
2. Mengetahui
cara melakukan kegiatan pembuatan terumbu karang buatan
3. Mendapatkan
pengetahuan tentang jenis-jenis terumbu karang buatan
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Tinjauan
Umum
Menurut Timotius 2003 Terumbu karang adalah struktur di
dasar laut berupa deposit kalsium karbonat di laut yang dihasilkan terutama
oleh hewan karang. Karang adalah hew an tak bertulang belakang yang termasuk
dalam Filum Coelenterata (hew an berrongga) atau Cnidaria. Yang disebut sebagai
karang (coral) mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas
Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa. Lebih lanjut dalam makalah
ini pembahasan lebih menekankan pada karang sejati (Scleractinia). Terumbu
karang mempunyai fungsi dalam hal pemeliharaan proses-proses ekologis dan
sistem penyangga kehidupan di wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil,
Keberadaan terumbu karang merupakan benteng alamiah yang melindungi pantai dari
bahaya erosi dan abrasi karena mampu meredam energi gelombang sebelum mencapai
pantai.
Ancaman utama bagi terumbu karang di
Indonesia adalah penangkapan ikan secara berlebihan dan penangkapan ikan yang merusak.
Persentase ancaman akibat penangkapan ikan secara berlebihan dapat mencapai 64%
dari luas keseluruhan, dan mencapai 53% akibat penangkapan ikan dengan metode
yang merusak. Namun demikian, karena informasi yang terbatas, wilayah-wilayah
yang beresiko terkena pengaruh penangkapan ikan yang merusak, kemungkinan lebih
sedikit dari yang sebenamya. Pembangunan pesisir dan sedimentasi dari daratan
mengancam seperlima dari terumbu karang yang ada di Indonesia. (L. Burke, at
al.,2001).
Rehabilitasi terumbu karang merupakan
suatu usaha untuk mengembalikan menyambung rantai ekosistem yang hilang akibat
kerusakan terumbu karang, rantai tersebut berupa substrat atau biotanya. Dengan
mempertimbangkan bagian rantai ekosistem yang hilang dapat ditentukan langkah
dan teknologi rehabilitasi terumbu karang (Wagiyo dan Radiarta, 1997). Di
Indonesia saat ini upaya pelestarian dan pemulihan terumbu karang melalui
pembuatan terumbu karang buatan (artificial reef) dari berbagai bahan
seperti rangka beton, ban bekas, dan becak bekas.
Untuk memperbaiki terumbu karang alami
sebagai tempat tinggal organisme laut, salah satu teknik yang telah banyak
dikembangkan di dunia adalah teknik terumbu karang buatan (artificial reef).
Terumbu karang buatan sebagai suatu struktur di dasar laut yang dibangun
untuk menyediakan lingkungan, habitat, sumber makanan, tempat pemijahan dan
asuhan, serta perlindungan pantai sebagaimana halnya terumbu karang alami.
Terumbu buatan adalah suatu rekayasa struktur bangunan
yang diturunkan ke dasar laut yang digunakan untuk merubah suatu perairan yang sepi
ikan menjadi perairan yang ramai ikan. Dalam jangka waktu panjang,
struktur yang dapat dibuat dari berbagai material seperti ban bekas, mobil
bekas atau struktur beton baik yang berbentuk kubah atau piramida, akan
membantu tumbuhnya terumbu karang alami di lokasi tersebut. Terumbu buatan yang
disusun sedemikian rupa sehingga dapat menjadi rumah, pelindung, tempat
mencari makan serta tempat berpijah dan daerah asuhan (nursery ground)
berbagai biota laut dapat terwujud.
Tujuan utama dari
adanya bangunan yang diletakkan di dasar laut adalah untuk menarik koloni ikan
agar berkumpul pada daerah agak terlindung yang pada gilirannya akan dapat
meningkatkan produksi perikanan disekitarnya. Dalam jangka panjang struktur
bangunan tersebut akan ditumbuhi tumbuhan laut dan karang alami. Pembuatan dan
penurunan terumbu buatan memang pekerjaan mudah, namun agar usaha rehabilitasi
terumbu karang ini sesuai dengan tujuan dan berhasil, proses pemilihan lokasi
penurunan dan penempatannya di dasar laut memerlukan pemahaman karakter laut
yang dikaitkan dengan pendekatan oseanografi lingkungannya.
2.
Manfaat Terumbu
karang Alami Dan Buatan
Secara alami Terumbu karang mempunyai fungsi dalam hal
pemeliharaan proses-proses ekologis dan sistem penyangga kehidupan di wilayah
pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, Keberadaan terumbu karang merupakan
benteng alamiah yang melindungi pantai dari bahaya erosi dan abrasi karena
mampu meredam energi gelombang sebelum mencapai pantai. Sedangkan Terumbu
karang buatan (artificial reef) memiliki fungsi, yaitu ; 1) menyiapkan
habitat baru yang permanen bagi biota karang yang masih muda berupa larva
planula dan bermetamorfosis menjadi bagian dari populasi dewasa dan komunitas
terumbu karang; 2) melindungi area pemijahan (spawning ground) dan
menyediakan area asuhan (nursery ground); 3) meningkatkan prodiktifitas
alami dan menjaga keseimbangan siklus rantai makanan.
3.
Konstruksi Terumbu
Buatan
Pemilihan bahan terumbu buatan didasarkan
atas beberapa kriteria yaitu, menurut fungsi/ kegunaan, kesesuaian, kestabilan
dan ketahanan. Dalam hal ini material yang digunakan adalah beton (concrete)
asli yang didesain menurut bentuk tertentu (dikonstruksikan) dengan komposisi
bahan campuran pasir kali, pasir laut, kerikil, semen tipe II, abu batubara dan
pecahan karang mati. Penggunaan semen tipe II direkomendasikan oleh American
Society of Testing Materials (5) , karena penggunaan bahan campuran pasir laut, pasir sungai, debu
batubara, dan pecahan karang dimaksudkan untuk menormalkan pH semen sesuai
dengan pH lingkungan air laut.
Seperti diketahui lime (kalsium peroksida)
mempunyai kisaran pH yang cukup tinggi (pH 10-11) dibanding dengan pH air laut
(pH 8,3) sehingga untuk menghindari pengaruh negatif (dapat menjadi racun bagi
organisme invertebrata) maka perlu penetralan pH terumbu buatan sesuai dengan
pH lingkungan. Bahan campuran lain yang dapat digunakan untuk penormalan pH
semen diantaranya adalah lempung/tanah liat, mikrosilika, batu apung dan
sebagainya Materiil beton memiliki permukaan dan tempat hidup yang sangat baik
bagi persinggahan dan pertumbuhan organisme penempel yang akanmenyusun habitat
baru.
Penggunaan beton dimaksudkan untuk memenuhi kriteria
meminimalkan unsur resiko lingkungan dari kemungkinan racun yang ditimbulkan.
Lain halnya dengan terumbu buatan dari bahan ban, bangkai pesawat, bus maupun
becak kemungkinan adanya polusi dapat timbul dari logam berat, bensin, oli
maupun bahan beracun lain terhadap organisme. Penggunaan beton selain lebih
stabil juga dapat mengurangi resiko kecelakaan bagi wisata Selain itu, desain
demikian diharapkan mempunyai nilai estetika bagi wisata penyelaman. Bentuk
terumbu buatan yang dibuat yaitu tipe piramida.
4.
Macam-macam Terumbu Karang Buatan
a.
Bio rock
Juga berupa Habitat buatan,
Struktur berbentuk kerangka atap dalam penggunaanya Diceburkan pada lokasi
kedalaman tertentu. pada struktur terpasang arus listrik. Dengan bentang kabel
lumayan panjang dari induk Power-Supply. Kerjanya mirip tehnik sepuh
logam sederhana, anoda-katoda. Arus listrik negatif(-)
dipasang pada struktur utama. Pada ujung arus kabel positif(+) terdapat alat khusus. Sirkulasi listrik ini
yang konon membantu percepatan tumbuh (akresi). Ber-efek fertilisasi
polip karang meningkatkan produksi larva planula-nya. Pada tiap titik
kawat dipasang bongkahan karang hidup yang diambil di areal sekitar-nya.
Artinya tindakan ini masih seperti aksi transplantasi karang. Merekayasa
proses percepatan pertumbuhan. Dibarengi perlakuan khusus. Selang waktu, kami
lakukan monitoring. Terumbu biorock.
b.
Rumpon
Elekronik
Rumpon elektronik Rumpon
sendiri sebenarnya sudah tidak asing lagi di mata nelayan. Alat bantu dalam
aktivitas penangkapan ikan yang digunakan untuk menarik ikan tersebut kerap
digunakan setiap kali melaut. Di samping itu, daya tahan rumpon tradisional
terbatas, misalnya daun kelapa yang ditempatkan di laut akan cepat lapuk dan
terbawa oleh arus laut. “Nah, rumpon yang kami ciptakan ini adalah rumpon
elektronik, di mana kami mencoba memasukkan teknologi elektronika yang sifatnya
aktif yang berfungsi untuk mengumpulkan ikan di suatu perairan, Hal ini dipicu
oleh alat tangkap purse seine yang berkembang pesat di Samudera Hindia bagian
timur yang dioperasikan pada drifting aggregating device yang mampu menangkap
ikan-ikan tuna berukuran kecil yang belum matang gonad. Terdapat pro dan kontra
tentang hal ini karena rumpon sangat diyakini efektif untuk menangkap ikan.
c.
Ban
Bekas
Terumbu karang yang ia
maksud adalah rangkaian ban-ban mobil bekas yang dipertautkan satu sama lain
menggunakan tali tambang plastik. Satu gugus terdiri atas 30 ban mobil bekas
yang disusun hingga membentuk kerucut atau piramida. Pada alas kerucut,
celah-celah ban bekas diberi semen sebagai pemberat. Antara 5-12 Desember 2005,
terumbu karang buatan berbentuk kerucut itu dilarung ke pantai barat dan timur
Pangandaran, dibenamkan ke dasar laut di kedalaman lebih kurang 10 meter dari
bibir pantai. Seluruh terumbu karang buatan yang dilarung berjumlah 40 gugus.
Itu berarti Agus membenamkan 1.200 ban mobil bekas di pantai bara.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Terumbu karang adalah struktur di
dasar laut berupa deposit kalsium karbonat di laut yang dihasilkan terutama
oleh hewan karang. Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk
dalam Filum Coelenterata (hewan berrongga) atau Cnidaria. Yang disebut sebagai
karang (coral) mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas
Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa.
Terumbu karang mempunyai fungsi dalam
hal pemeliharaan proses-proses ekologis dan sistem penyangga kehidupan di
wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, Keberadaan terumbu karang
merupakan benteng alamiah yang melindungi pantai dari bahaya erosi dan abrasi
karena mampu meredam energi gelombang sebelum mencapai pantai.
Rehabilitasi terumbu karang merupakan
suatu usaha untuk mengembalikan menyambung rantai ekosistem yang hilang akibat
kerusakan terumbu karang, rantai tersebut berupa substrat atau biotanya.
DAFTAR PUSTAKA
L.
Burke et al.,200 1. Pilot Analysis of Global Ecosystems: Coastal Ecosystems Washington,
DC: WRI, .p.14;
Moosa,
M.K., dan Suharsono, 1997. Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang. Suatu
Usaha Menuju ke Arah Pemanfaatan Sumberdaya Terumbu Karang Secara Lestari.
Prosidings Seminar Nasional Pengelolaan Terumbu Karang. Panitia Program MAB
Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hal. 89- 200.
Supriharyono.
2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Penerbit Djambatan, Jakarta. 118
hal.
Wagiyo,
K., dan I. N. Radiarta, 1997. Teknologi Konservasi dan Rehabilitasi Terurnbu
Karang. Prosiding seminar nasional pengelolaan terumbu karang. Panitia
program MAB Indonesia. LIPI. Jakarta.
Lampiran :
salah satu contoh alat pemgembangan terumbu karang buatan yang terdapat di pulau camba cambang kab. pangkep.
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.