LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
PENETAPAN KADAR BAHAN ORGANIK TANAH
(C-ORGANIK METODE WALKLEY AND BLACK)
NAMA :
NIM :
KELAS :
KELOMPOK :
ASISTEN :
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2014
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah lapisan yang menyeliputi bumi antara litosfer (batuan yang membentuk kerak bumi) and atmosfer. Tanah adalah tempat tumbuhnya tanaman dan mendukung hewan dan manusia. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan tanaman dan organisme, membentuk tubuh unik yang menyelaputi lapisan batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon. Setiap horizon dapat menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik kimia, biologi, maupun morfologinya (Winarso, 2005).
Tanah merupakan elemen dasar yang tidak terpisahkan dalam dunia pertanian. Tanpa adanya tanah mustahil kita bisa menanam padi, palawija, sayuran, dan buah-buahan meskipun saat ini telah banyak dikembangkan sistem bercocok tanam tanpa tanah, misalnya hidroponik, airoponik dan lain-lain, tetapi apabila usaha budidaya tanaman dalam skala luas namun masih lebih ekonomis dan efisien menggunakan media tanah. Mengingat pentingnya peranan tanah dalam usahatani, maka pengelolaan tanah untuk usahatani haruslah dilakukan sebaik mungkin guna menjaga kesuburan tanahnya. Tanah yang memenuhi syarat agar pertumbuhan tanaman bisa optimal tentulah harus memiliki kandungan unsur hara yang cukup,mengandung banyak bahan organik yang menguntungkan.
Tanah yang semula subur dapat berkurang kualitasnya oleh beberapa faktor. Salah satu diantaranya adalah dengan seringnya tanah tersebut dimanfaatkan tanpa mengalami proses istirahat. Dengan seringnya kita memanfaatkan tanah, maka unsur hara yang terkandung di dalamnyapun sedikit demi sedikit akan berkurang. Tanah yang subur dan mudah diolah sangat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara.Unsur yang terpenting dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah kandungan c-organik.Dimana kandungan c-organik merupakan unsur yang dapat menentukan tingkat kesuburan tanah.
Kita membutuhkan tanah sebagai sumber kehidupan dan sebagai media tumbuhnya tanaman.Sebagai media tumbuhnya media tanaman tanah harus dapat menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh.Salah satu faktor yang harus ada adalah bahan organik tanah.Bahan organik tanah merupakan timbunan binatang dan jasad renik yang sebagian telah mengalami perombakan.Bahan organik ini biasanya berwarna cokelat dan bersifat koloid yang dikenal dengan humus.
Humus terdiri dari bahan organik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalaui suatu kegiatan mikroorganisme di dalam tanah.Humus merupakan senyawa yang resisten berwarna hitam / cokelat dan mempunyai daya menahan air dan unsur hara yang tinggi.
Tanah yang mengandung banyak humus atau mengandung banyak bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau tanah-tanah top soil.Bahan organik tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yaitu sebagai granulator yang berfungsi memperbaiki struktur tanah, penyediaan unsur hara dan sebagainya. Nantinya akan mempengaruhi seberapa jauh tanaman memberikan hasil produktifitas yang tinggi.
Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara.Unsur yang terpenting dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah kandungan c-organik.Dimana kandungan c-organik merupakan unsur yang dapat menentukan tingkat kesuburan tanah.Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
Kandungan bahan organik tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain iklim, tipe penggunaan lahan, relief, landform, aktivitas manusia.C/N adalah salah satu parameter yang dapat digunakan untuk mencirikan kualitas bahan organik. Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode Walkey and Black yang menggunakan tahapan antara arti nyata kandungan bahan organik yang ditentukan oleh besarnya C-organik hasil titrasi yang kemudian dikalikan dengan konstanta tertentu.
Mempelajari masalah bahan organik adalah untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung dalam memahami perilaku tanah.Hampir semua makhluk hidup yang ditemui bergantung pada bahan organik untuk energi dan makanannya. Bahan organik tanah berpengaruh penting dalam sifat fisika dan biologi tanah sehingga akan berpengaruh pula pada pertumbuhan tanaman. Pengaruh langsung bahan organik tanah yang sifatnya positif terhadap pertumbuhan tanaman terjadi melalui produk pengurainya yang berupa asam-asam organik.Terkait dengan sifat biologi tanah, bahan organik sangat nyata mempengaruhi kegiatan mikroflora dan mikrofauna tanah melalui perannya sebagai penyedia C dan energi.Secara substansi bahan organik tersusun dari bahan humus dan non humus.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka perlu diadakan percobaan untuk penetapan kadar bahan organik tanah, sehingga dapat diketahui tingkat kesuburan tanah dan jenis verietas tanaman yang bisa ditanami dalam areal tersebut.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka tujuan praktikum penetapan kadarbahan organik tanah adalah untuk mengetahui kandungan bahan organik tanah.Kegunaannya adalah sebagai bahan informasi untuk mengetahui kandungan bahan organik dari tanah sehingga kita dapat mengetahui layak atau tidaknya tanah tersebut dijadikan lahan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Bahan Organik dalam Tanah
Tanah sebagai media pertumbuhan tanaman berada dalam kondisi yang optimum jika komposisinya terdiri dari : 25% udara, 25% air, 45% mineral dan 5% bahan organik. Atas dasar perbandingan ini, nampak kebutuhan tanah terhadap bahan organik adalah paling kecil.Namun demikian kehadiran bahan organik dalam tanah mutlak dibutuhkan karena bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah (Lengkong dan Kawulusan, 2008).
Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya (Nabilussalam, 2011).
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologis, fisika, dan kimia. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik didalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Kadar C-organik tanah cukup bervariasi, tanah mineral biasanya mengandung C-organik antara 1 hingga 9%, sedangkan tanah gambut dan lapisan organik tanah hutan dapat mengandung 40 sampai 50% C-organik dan biasanya < 1% di tanah gurun pasir (Fadhilah, 2010).
Budidaya organik nyata meningkatkan kandungan karbon tanah. Karbon merupakan komponen paling besar dalam bahan organik sehingga pemberian bahan organik akan meningkatkan kandungan karbon tanah. Tingginya karbon tanah ini akan mempengaruhi sifat tanah menjadi lebih baik, baik secara fisik, kimia dan biologi. Karbon merupakan sumber makanan mikroorganisme tanah, sehingga keberadaan unsur ini dalam tanah akanmemacu kegiatan mikroorganisme sehingga meningkatkan proses dekomposisi tanah dan juga reaksi-reaksi yang memerlukan bantuan mikroorganisme, misalnya pelarutan P, fiksasi N dan sebagainya (Utami dan Handayani, 2003).
Terdapat beberapa pengertian mengenai C-organik yakni merupakan bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. C-organik juga merupakan bahan organik yang terkandung di dalam maupun pada permukaan tanah yang berasal dari senyawa karbon di alam, dan semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus (Supryono dkk, 2009).
Adapun menurut Indranada (1994), sumber-sumber bahan organik adalah:
a. Sumber primer
Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang.ranting dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida seperti selulosa, hemi-selulosa, pati dan bahan-bahan pectin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang paling penting dalam mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan terangkul ke lapisan bawah (Sutanto, 2002).Sumber primer diperoleh dari jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, bunga, dan buah. Jaringan ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasi dengan tanah.
b. Sumber sekunder
Sumbernya adalah binatang. Dalam kegiatannya, binatang terlebih dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman, setelah itu barulah binatang menyumbang bahan organiknya.
Kedua sumber bahan organik tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap tanah. Hal ini dikarenakan perbedaan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut. Jaringan binatang berbeda dengan jaringan tumbuhan, oleh sebab itu pada jaringan binatang umumnya lebih cepat hancur dibandingkan dengan jaringan tumbuhan (Indranada, 1994).
Beberapa senyawa organik lebih tahan lapuk seperti lignin lemak dan beberapa senyawa yang mengandung N melalui proses biokimia menghasilkan suatu kelompok senyawa yang agak stabil, koloid amorf, dan berwarna gelap yang dikenal dengan humus(Indranada, 1994).Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik.Jaringan asli berupa tubuh tumbuhan atau hewan baru yang belum lapuk.Terus menerus mengalami serangan jasad-jasad mikro yang menggunakannya sebagai sumber energinya dan bahan bangunan tubuhnya.Hasil pelapukan bahan asli yang dilakukan oleh jasad mikro disebut humus (Balasubramian, 2005).
Senyawa organik yang mudah lapuk antara lain gula, pati, protein, hemiselulosa. Adapun hasil dari perubahan bahan organik meliputi energi, air, C, N, S, P, K, Ca, Mg, dan lain-lain. Kadar bahan organik dalam tanah dipengaruhi oleh kedalaman, iklim, drainase, dan pengolahan dari bahan tersebut. Mengingat peranannya, bahan organik tanah perlu dipertahankan melalui suatu pengelolaan yang baik (Indranada, 1994).
Karbon merupakan penyusun bahan organik, oleh karena itu peredarannya selama pelapukan jaringan tanaman sangat penting.Sebagian besar energi yang diperlukan oleh flora dan fauna tanah berasal dari oksidasi karbon, oleh sebab itu CO2 terus dibentuk.Berbagai perubahan yang terjadi dan siklus yang menyertai reaksi karbon tersebut di dalam atau di luar sistem tanah disebut peredaran karbon. Pembebasan CO2 antara lain melalui mekanisme pelapukan bahan organi. Gas tersebut merupakan sumber CO2 tanah, disamping CO2yang dikeluarkan akar tumbuhan dan yang terbawa oleh air hujan.CO2yang dihasilkan tanah akhirnya akan dibebaskan ke udara, kemudian dipakai lagi oleh tanaman (Yani, 2003).
Unsur karbon di dalam tanah berada dalam 4 wujud, yaitu wujud mineral karbonat, unsur padat seperti arang, grafit dan batubara, wujud humus sebagai sisa-sisa tanaman dan hewan serta mikroorganisme yang telah mengalami perubahan, namum relatif tahan terhadap pelapukan dan wujud yang terakhir berupa sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mengalami dekomposisi di dalam tanah (Watoni dan Buchari, 2000).
Adapun sifat-sifat tanah yang menganudung organik, diantaranya : mempunyai bobot isi (bulk density) yang rendah; mempunyai luas permukaan spesifik tinggi; mempunyai kemampuan menyerap air yang tinggi (sampai 3 kali lipat dari bobot keringnya) ; bersifat agak plastis tetapi tidak lekat ; mempunyai Kapasitas Tukar Kation (KTK) tinggi hingga 150-200 me/100 g karena memiliki gugus fungsional yang banyak seperti Hidroksil (-OH), Karboksil (-COOH), Fenolik dll ; bersifat amfotir (bertindak sebagai basa pada kondisi asam dan bertindak sebagai asam pada kondisi alkalis) ; bersifat hesteriosis jika terjadi pembasahan dan pengeringan ; memiliki titik muatan nol (pH) sangat rendah ; dan bermuatan variable (Madjid, 2010).
Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau pelapukan bahan-bahan mineral yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal dari timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan terlapuk selama jangka waktu tertentu.bahan organik dapat digunakan untuk menentukan sumber hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi tanah (Soetjipto, 1992).
Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan didalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan biokimia akan terhenti (Doeswono,1983)
Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45%-60% dan konversi C-organik menjadi bahan = % C-organik x 1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan. Pengukuran kandung bahan organik tanah dengan metode walkey and black ditentukan berdasarkan kandungan C-organik (Foth,1994).
Tanah Latosol disebut juga sebagai tanah Inceptisol. Tanah ini mempunyai lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat tebal, yaitu dari 130 cm sampai 5 meter bahkan lebih, sedangkan batas antara horizon tidak begitu jelas. Warna dari tanah latosol adalah merah, coklat sampai kekuning-kuningan.Kandungan bahan organiknya berkisar antara 3-9 %, tapi biasanya sekitar 5% saja (Soepardi, 2005).
Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali.Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro.Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang. Menurut Suryani A. (1996), proses dekomposisi bahan organik memiliki urutan sebagai berikut:
1. Fase perombakan bahan organik segar. Proses ini akan merubah ukuran bahan menjadi lebih kecil.
2. Fase perombakan lanjutan, yang melibatkan kegiatan enzim mikroorganisme tanah. Fase ini dibagi lagi menjadi beberapa tahapan. Pada tahapan awal dicirikan oleh kehilangan secara cepat bahan-bahan yang mudah terdekomposisi sebagai akibat pemafaatan bahan organik sebagai sumber karbon dan energi oleh mikro organisme tanah, terutama bakteri. Dihasilkan sejumlah senyawa sampingan seperti: NH3, H2S, CO2, asam organik dll. Selanjutnya, pada tahapan tengah, terbentuk senyawa organik tengahan/antara (intermediate products) dan biomassa baru sel organisme.Lalu tahapan akhir dicirikan oleh terjadinya dekomposisi secara berangsur bagian jaringan tanaman/hewan yang lebih resisten (mis: lignin). Peran fungi dan Actinomycetes pada tahapan ini sangat dominan.
3. Fase perombakan dan sintesis ulang senyawa-senyawa organik (humifikasi) yang akan membentuk humus.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organik dalam tanah adalah kedalaman tanah, iklim (curah hujan dan suhu), drainase, tekstur tanah dan vegetasi. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan pada lapisan atas setebal 20 cm, sehingga lapisan tanah makin ke bawah maka bahan organik yangdikandungnya akan semakin kurang (Hakim dkk, 1986).
Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan kemudian terhadap tanaman tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur, struktur dan suplai oksigen, serta reaksi tanah, ketersediaan hara terutama ketersediaan N P, K dan S (Hanafiah, 2010).
Bahan organik yang masih mentah dengan nisbah C/N tinggi, apabila diberikan secara langsung ke dalam tanah akan berdampak negatip terhadap ketersediaan hara tanah. Bahan organik langsung akan disantap oleh mikrobia untuk memperoleh energi. Populasi mikrobia yang tinggi, akan memerlukan hara untuk tumbuh dan berkembang, yang diambil dari tanah yang seyogyanya digunakan oleh tanaman, sehingga mikrobia dan tanaman saling bersaing merebutkan hara yang ada. Akibatnya hara yang ada dalam tanah berubah menjadi tidak tersedia karena berubah menjadi senyawa organik mikrobia.Kejadian ini disebut sebagai immobilisasi hara (Atmojo, 2003).
Nisbah C/N berguna sebagai penanda kemudahan perombakan bahan organik dan kegiatan jasad renik tanah akan tetapi apabila nisbah C/N terlalu lebar, berarti ketersediaan C sebagai sumber energi berlebihan menurut bandingannya dengan ketersediaanya N bagi pembentukan mikroba. Kegiatan jasad renik akanterhambat (Priambada dkk,2005).
Karbon diperlukan mikroorganisme sebagai sumber energi dan nitrogen diperlukan untuk membentuk protein.Apabila ketersediaan karbon terbatas (nisbah C/N terlalu rendah) tidak cukup senyawa sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan mikroorganisme untuk mengikat seluruh nitrogen bebas.Apabila ketersediaan karbon berlebihan (C/N > 40) jumlah nitrogen sangat terbatas sehingga menjadi faktor pembatas pertumbuhan organisme (Wallace and Teny, 2000).
Pada tanah dengan drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena kondisi aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah berdrainase baik. Di samping itu vegetasi penutup tanah dan adanya kapur dalam tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan akan berbeda dengan padang rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini saling berkaitan, sehingga sukar menilainya sendiri (Hakim dkk, 1986).
Bahan organik yang terkandung di dalam tanah lebih tinggi yang mengakibatkan tanah pada lapisan ini cenderung lebih gelap, terutama pada lapisan I, karena merupakan lapisan paling atas. Faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah adalah kedalaman lapisan dimana menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas, setebal 20 cm (15-20) %, makin ke bawah makin berkurang, contohnya pada setiap lapiasan tanah inseptisol, makin ke bawah (Lapisan II) warnanya lebih muda daripada lapisan I, dan II. Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke daerah dingin kadar bahan organik dan N makin tinggi. Drainase buruk dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena aerasi buruk menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah berdrainase baik (Hakim dkk, 1986).
2.2.Hubungan Bahan Organik Tanah dengan Sifat Fisik dan Kesuburan Tanah
Bahan organik tanah merupakan komponen penting penentu kesuburan tanah, terutama di daerah tropika seperti di Indonesia dengan suhu udara dan curah hujan yang tinggi.Kandungan bahan organik yang rendah menyebabkan partikel tanah mudah pecah oleh curah hujan dan terbawa oleh aliran permukaan sebagai erosi, yang pada kondisi ekstrim mengakibatkan terjadinya desertifikasi. Rendahnya kandungan bahan organik tanah disebabkan oleh ketidakseimbangan antara peran bahan dan hilangnya bahan organik dari tanah utamanya melalui proses oksidasi biologis dalam tanah. Erosi tanah lapisan atas yang kaya akan bahan organik juga berperan dalam berkurangnya kandungan bahan organik tanah tersebut (Victorious, 2012).
Keberadaan bahan organik dalam tanah terhadap tanaman dapat memacu pertumbuhan tumbuhan karena mengandung auksin dan hormon pertumbuhan, meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman, menyuplai energi bagi organisme tanah, dan meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi tanaman (Madjid, 2010).
Pengaruh bahan organik tidak dapat disangkal terhadap kesuburan tanah.Bahan organik mempunyai daya serap kation yang lebih besar daripada kaloid tanah yang liat.Berarti semakin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah, maka makin tinggi pula kapasitas tukar kationnya.Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan yang demikian berada dalam proses pelapukan aktif dan menjadi mangsa jasad mikro. Sebagai akibat, bahan itu berubah terus dan tidak mantap, dan selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang (Soepardi, 2005).
Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara.Unsur yang terpenting dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah kandungan c-organik.Dimana kandungan c-organik merupakan unsur yang dapat menentukan tingkat kesuburan tanah.Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus (Hardjowigeno,2003).
Komponen organik tanah berasal dari biomassa yang mencirikan suatu tanah aktif.Komponen organik tak hidup terbentuk dari melalui pelapukan kimia dan biologi, yang dipisahkan ke dalam bahan-bahan yang anatomi bahan aslinya masih tampak dan bahan-bahan yang telah terlapuk sempurna (Hardjowigeno,2003).
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki beberapa peranan kunci di tanah.Disamping itu bahan organik tanah memiliki fungsi – fungsi yang saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah (Sutanto, 2002).
Menurut Hardjowigeno (2003), pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah:
1. Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah
2. Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain
3. Menambah kemampuan tanah untuk menahan air
4. Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara
5. Sumber energi mikroorganisme
2.3.Tingkatan tanah berdasarkan kandungan bahan organik
Data primer hasil analisis tanah di dicocokan dengan standar sifat kimia tanah Hardjowigeno (2003) yang disajikan pada Tabel 1.Data pertumbuhan sengon dan nilam dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan progam MS Excel.
Tabel. 1 Tingkat nilai sifat kimia tanah
Sifat kimia | Sangat rendah | Rendah | Sedang | Tinggi | Sangat tinggi | | | ||
| | ||||||||
| | | | | | ||||
C-organik(%) | <1 | 1-2 | 2,01-3 | 3,01-5 | >5 | | | ||
N-total (%) | < 0,1 | 0,1-0,2 | 0,21-0,5 | 0,51-0,75 | >0,75 | | | ||
C/N | < 5 | 5-10 | 11-15 | 16-25 | >25 | | | ||
P2O5 HCL (me/100g) | <10 | 10-20 | 21-40 | 41-60 | >60 | | | ||
P2O5 Bray 1 (ppm) | <10 | 10-20 | 21-40 | 41-60 | >60 | | | ||
K2O HCL 25% (me/100g) | <10 | 10-20 | 21-40 | 41-60 | >60 | | | ||
KTK (me/100 g) | <5 | 5-16 | 17-24 | 25-40 | >40 | | | ||
K (me/100g) | <0,1 | 0,1-0,2 | 0,3-0,5 | 0,6-1,0 | >1,0 | | | ||
Na (me/100g) | <0,1 | 0,1-0,3 | 0,44-0,7 | 0,8-1,0 | >1,0 | | | ||
Mg (me/100g) | <0,4 | 0,4-1,0 | 1,1-2,0 | 2,1-8,0 | >8,0 | | | ||
Ca (me/100g) | <2 | 2-5 | 6-10 | 11-20 | >20 | | | ||
KB (%) | <20 | 20-35 | 36-50 | 51-70 | >70 | ||||
Kejenuhan Al | <10 | 10-20 | 21-30 | 31-60 | >60 | ||||
pH H2O | Sangat masam | Masam | Agak masam | Netral | Agak basa | ||||
Kuantitatif pH H2O | <4,5 | 4,5-5,5 | 5,6-6,5 | 6,6-7,5 | 7,6-8,5 | ||||
Sumber: Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno (2003).
III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Pengamatan ini dilakukan pada hari Senin tanggal2Desember 2014 pada pukul 11.00-12.00 WITA di Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah Jurusan Ilmu Tanah Universitas Hasanuddin.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada pengamatan ini adalah neraca analitik, labu Erlenmeyer 250 ml, gelas ukur, buret asam, dan standar buret.Sedangkan bahan yang digunakan yaitu sampel tanah terganggulapisan 1,2 dan 3, aquades, asam sulfat pekat (H2SO4), kalium dikromat (K2Cr2O7), indikatordiphenylamine, ammonium ferro sulfat ((NH4)2Fe(SO4)2).
3.4 Prosedur Kerja
a. Menimbang 1 gram contoh tanah kering udara < 2 mm lalu masukkan ke dalam labu Erlenmeyer.
b. Menambahkan 5 ml K2Cr2O7 dan H2SO4.
c. Membiarkan larutan sampai dingin.
d. Setelah dingin, mengencerkan dengan aquadessampai 200 ml.
e. Meneteskan indikator diphenylamine ke dalam larutan.
f. Menitrasi dengan larutan ammonium ferro sulfat hingga suspense berubah warnah hijau.
g. Mencatat banyaknya (ml) peniter yang digunakan.
h. Membuat blanko dengan perlakuan yang sama dengan sampel tapi tanpa menggunakan sampel tanah.
i. Menghitung kadar C-Organik dengan persamaan :
Kadar C-organik = x 100
% Bahan Organik = % C x 1,724
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium, maka diperoleh data sebagai berikut.
Tabel. 1 Hasil pengamatan di laboratorium
Parameter pengamtan | % C | % Bahan Organik | Keterangan |
L1 | 0.65% | 1.12% | Rendah |
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan didapatkan hasil pada lapisan tanah 1 memiliki tingkat kadar C-organik sebesar 0,65% dengan kandungan bahan organik sebesar 1,12%,. Berdasarkan data yang didapatkan, pada tanah lapisan 1 memiliki jumlah bahan organik yang rendah.Jumlah bahan organik yang berada pada lapisan 1 rendah disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organik pada tanah, yaitu faktor biologi, faktor fisika, dan faktor kimia. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme yang melakukan poses dekomposisi akan berbanding lurus dengan jumlah bahan organik yang tebentuk karena dekomposer akan merombak sisa-sisa makhluk hidup di atas tanah sehingga pda akhirnya menjadi humus, semakin banyak mikroorganisme yang berperan sebagai dekomposer maka semakin cepat pula proses perombakan bahan organik segar. Suhu yang terlalu ekstrim dan curah hujan yang terlalu tinggi akan menyebabkan proses dekomposisi menjadi terhambat karena bakteri yang berperan dalam proses tersebut tidak dapat berkembang. Tingkat pH akan mempengaruhi kerja mikroorganisme dalam melakukan proses dekomposisi, bagi mikroorganisme yang dapat bekerja optimal pada pH basa tentu akan mengalami hambatan untuk bekerja pada pH yang asam dan begitu juga sebaliknya.
V.PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Nilai % C dan % bahan organik sampel tanah lapisan 1 adalah 0.65% dan 1.12%. Lapisan ini termasuk dalam kelompok tanah yg memiliki bahan organik yang rendah.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas maka penulis memberikan saran yaitusebaiknya dalam melakukan praktikum di laboratorium praktikan harus berhati-hati karena alat-alat yang ada di laboratorium sangat mudah rusak dan dalam melakukan praktikum kita harus teliti dalam melakukan pengukuran agar tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Atmojo, S.W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah Dan
Upaya Pengolahannya. Sebelas Maret University Press: Surakarta.
Balasubramian, V. 2005.Bahan Organik Tanah.www.lemlit.unud.ac.id, diakses
pada tanggal 22 November 2014.
Doeswono,1983. Ilmu-Ilmu Terjemahan. Bhtara Karya Aksara : Jakarta.
Fadhilah. 2010. Pengertian tanah bertalian.
diaksespada tanggal 22 November 2014
Foth, H. D, 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Jilid ke Enam . Erlangga. Jakarta.
Hakim. N, Yusuf Nyakpa, A. M Lubis, S. G. Nugroho, Rusdi Saul, Amin Diha, Go
Bang Hong, H. H. Bailey, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung: Lampung.
Hanafiah, Ali Kemas. 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada:
Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo: Jakarta.
Indranada K. Henry. 1994. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.
Lengkong, J.E., dan Kawulusan R.I. 2008. Pengelolaan Bahan Organik Untuk
Memelihara Kesuburan Tanah. Soil Environment, Vol. 6, No. 2, Hal : 91-97.
Madjid. 2010. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor:
Bogor.
Nabilussalam. 2011. C-Organik Dan Pengapuran. Pesantren Luhur Malang: Malang.
Priambada,I.D., J.Widodo dan R.A. Sitompul. 2005. Impact of Landuse Intency on
Microbal Community in Agrocosystem of Southern Sumatra International
Symposium on Academic Exchange Cooperation Gadjah Mada University
and Ibraki University. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Supryono, dkk. 2009. Kandungan C-Organik Dan N-Total Pada Seresah Dan
TanahPada 3 Tipe Fisiognomi (Studi Kasus Di Wanagama I, Gunung Kidul,
Diy).JurnalIlmu Tanah dan Lingkungan Vol. 9 No. 1 p: 49-57
Soepardi. 2005. Masalah Kesuburan Tanah di Indonesia. Departemen Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian IPB: Bogor.
Soetjipto, dkk. 1992. Dasar - Dasar Irigasi. Erlangga: Jakarta.
Suryani,A.1996.Bahan Organik Tanah.
http://www.damandiri.or.id/file/anisuryaniipbbab2.pdf, diakses pada tanggal
22 November 2014
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
Utami, S.N. dan Handayani, S. 2003. Sifat Kimia Entisol pada Sistem Pertanian
Organik.Ilmu Pertanian Vol. 10 No. 22003: 63-69.
Victorious. 2012. Penetapan Status P, K dan C organic Untuk Tanah Organik dan
Anorganik.http://victorious-a.blogspot.com/2012/03/penetapan-status-p-k-dan
-corganic.html, diakses pada tanggal 22 November 2014.
Wallace, A., R.G and Teny. 2000. Handbook of Soil Conditioners Subsistance That
Enhance the Physical Properties of Soil.Marcell Pecker Inc.New York: Amerika.
Watoni, A.H., dan Buchari. 2000. Studi Aplikasi Metode Potensiometri Pada
PenentuanKandungan Karbon Organik Total Tanah.JMS Vol. 5 No. 1, hal. 23 –
40.
Winarso. 2005. Pengertian dan Sifak Kimia Tanah..Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press.
Yani, A. 2003. Beberapa Pendekatan Pengukuran Karbon Tanah Gambut Di Jambi.
Institut Pertanian Bogor: Bogor.
LAMPIRAN
Perhitungan Kandungan Bahan Organik Tanah pada Lapisan I
Diketahui :
ml penitar blanko = 56,6
ml penitar sampel = 50
faktor koreksi C = 1,33
Mg sampel = 1000 mg
Normalitas larutan penitar (N) = 0,25
Berat molekul/valensi atom C (12/4) = 3
Ditanyakan :
0 % Bahan Organik…?
Jawab:
Kadar C-organik = x 100%
% Bahan Organik = % C x 1,724
= 0,65 % x 1,724
= 1,12 %
saya mau bertanya bagaimana jika kandungan C-Organik pada kedalaman 30-60 lebih tinggi dari kedalaman 0-30, faktor apa yang bisa mempengaruhinya terimakasih
ReplyDeleteizin copas yaaa
ReplyDelete