MATA KULIAH OPERASI
PENANGKAPAN IKAN
OPERASI PENANGKAPAN IKAN BAGAN PERAHUDI KECAMATAN TANETE RILAU, KABUPATEN BARRUSULAWESI SELATAN
PROGRAM
STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
DEPARTEMEN
PERIKANAN
FAKULTAS
ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur atas kehadirat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena hidayah-Nya laporan
ini dapat dibuat. Laporan mengenai Operasi Penangkapan Ikan, ini dibuat guna
memenuhi tugas dari mata kuliah Operasi Penangkapan Ikan. Adapun bahan laporan
yang digunakan merupakan hasil dari praktik lapang dan beberapa sumber seperti
jurnal.
Terima kasih kami tuturkan
kepada segala pihak yang membantu dalam pembuatan laporan ini. Semoga laporan
ini dapat memberi manfaat bagi orang-orang yang membutuhkan, utamanya mengenai
topik yang terkait dengan Operasi Penangkapan Ikan. Penulis sadar laporan ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran masih sangat
diperlukan guna perbaikan ke depannya.
Makassar, 7 November 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………....................... i
DAFTAR ISI……………………………………………………………...................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... iv
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................................................... 2
II METODE PRAKTIK
A. Waktu dan
Tempat........................................................................................... 3
B. Alat dan
Kegunaan............................................................................................ 3
C. Prosedur
kerja................................................................................................... 4
III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi
Alat Tangkap.................................................................................. 5
B. Deskripsi
Alat Bantu....................................................................................... 6
C. Manajeme
Operasi Penangkapan............................................................... 10
D. Hasil
Tangkapan .......................................................................................... 11
E. Sistem Kerja................................................................................................. 12
IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 21
DAFTAR GAMBAR
NO.
HALAMAN
1.
Peta
lokasi daerah penangkapan bagan perahu............................................... 5
2.
Bagan
perahu di kabupaten Barru..................................................................... 7
3.
Mesin
penggerak yang digunakan pada bagan perahu.................................... 7
4.
Rangka
pada bagan perahu.............................................................................. 8
5.
Jaring
yang digunakan pada bagan perahu...................................................... 9
6.
Penyalaan
lampu pada rangka bagan perahu.................................................. 9
7.
Proses
hauling pada bagan perahu................................................................. 10
8.
Diagram
hasil tangkapan................................................................................ 11
9.
Komposisi
hasil tangkapan ............................................................................. 12
10. Diagram hubungan antara ikan teri dengan
suhu........................................... 13
11. Diagram hubungan antara ikan tembang
dengan suhu.................................. 13
12. Diagram hubungan antara ikan bete-bete
dengan suhu................................. 14
13. Diagram hubungan antara ikan teri
dengan salinitas...................................... 15
14. Diagram hubungan antara ikan tembang
dengan salinitas............................. 15
15. Diagram hubungan antara ikan bete-bete
dengan salinitas............................ 16
16. Diagram hubungan antara ikan teri
dengan arus............................................ 17
17. Diagram hubungan antara ikan tembang
dengan arus.................................. 18
18. Diagram hubungan antara ikan bete-bete
dengan arus................................. 19
DAFTAR TABEL
NO.
HALAMAN
1.
Alat yang digunakan ........................................................................................... 3
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kabupaten
Barru terletak di Pantai Barat Sulawesi Selatan, berjarak sekitar 100 km arah
utara Kota Makassar. Secara geografis terletak pada koordinat 4°05'49" LS
- 4°47'35"LS dan 119°35'00"BT - 119°49'16"BT. Di sebelah Utara
Kabupaten Barru berbatasan Kota Parepare dan Kabupaten Sidrap, sebelah Timur
berbatasan Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Bone, sebelah Selatan berbatasan
Kabupaten Pangkep dan sebelah Barat berbatasan Selat Makassar. Kabupaten Barru
seluas 1.174,72 km2, terbagi dalam 7 kecamatan yaitu : Kecamatan Tanete Riaja
seluas 174,29 km2, Kecamatan Tanete Rilau seluas 79,17 km2, Kecamatan Barru
seluas 199,32 km2, Kecamatan Soppeng Riaja seluas 78,90 km2, Kecamatan
Mallusetasi seluas 216,58 km2,Kecamatan Pujananting seluas 314,26 km2, dan
Kecamatan Balusu seluas 112,20 km2. Selain daratan, terdapat juga wilayah laut
teritorial seluas 4 mil dari pantai sepanjang 78 km. Kabupaten Barru adalah
salah satu Daerah potensial di bidang kelautan dan perikanan.luas wilayah
penangkapan ikan laut sekitar 56.160 Ha, tambak sekitar 2.570 Ha, pantai 1.400
Ha dan areal budidaya kolam/air tawar 39 Ha (Barrukab.Go.Id, 2013).
Dalam setiap pengoperasian suatu
alat tangkap perlu dilakukan pengelolaan metode pengoperasian dari alat
tangkap. Pengaturan dilakukan mulai dari persiapan sebelum mengoperasikan alat
tangkap, proses pengoperasian alat tangkap, penanganan hasil tangkapan sampai
pemasaran hasil tangkapan. Manajemen
Operasi Penangkapan Ikan adalah suatu
proses pengelolaan, perencanaan operasi penangkapan ikan untuk
mencapai target tangkap dan penjualan dengan saling bekerja sama untuk
memaksimalkan semua potensi dalam perusahaan (Anonim, 2010).
B.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dari dilakukannya parktik lapang operasi penangkapan ikan ini pada alat
tangkap bagan perahu yang beroperasi di lingkungan Matene adalahmengetahui manajemen dalam pengoperasian alat
tangkap bagan perahu.
Kegunaan
dari praktik lapang ini adalah sebagai bahan referensi untuk pembelajaran dan
pegelolaan perikanan tagkap di masa yang akan datang.
A.
Waktu dan Tempat
Praktik
lapang eksplorasi perikanan tangkap ini dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober –
31 Oktober 2016 yang berlokasi di Lingkungan Mate’ne, Kelurahan Tanete,
Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.
Gambar 1. Peta
lokasi Praktik Lapang
B.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat
yang digunakan
selama praktik lapang Operasi Penangkapan Ikan di Barru dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis dan kegunaan alat praktik
Alat
|
Kegunaan
|
Bagan Perahu
|
Sebagai alat tangkap yang digunakan dalam praktik
lapang
|
Alat Tulis
|
Untuk mencatat semua data yang didapat dari hasil
praktik lapang
|
Papan Alas
|
Untuk mempermudah praktikan selama praktek dalam
menulis data-data yang telah didapatkan.
|
Penggaris
|
Untuk mengukur panjang tubuh ikan hasil tangkapan
|
Thermometer
|
Untuk mengukur suhu perairan pada daerah penangkapan
ikan
|
GPS (Global Position
System)
|
Untuk melihat titik koordinat fishing base dan
fishing ground
|
Layangan Arus
|
Untuk mengukur kecepatan arus pada daerah
penangkapan ikan
|
Kamera
|
untuk mendokumentasikan segala peralatan dan
kegiatan yang dilakukan selama praktik lapang
|
Pelampung
|
Pelampung digunakan sebagai alat keselamatan selama
praktik.
|
2.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam
praktik lapang operasi penangkapan ini adalah kuisioner yang merupakan
pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada nelayan bagan perahu.
C.
Metode Pengambilan Data
Dalam
praktik lapang operasi penangkapan ikan, praktikan melakukan pengambilan data
dengan beberapa metode sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi
melibatkan mahasiswa untuk ikut melaut bersama nelayan untuk menangkap ikan
serta melihat langsung proses penangkapan ikan dan mengetahui daerah
penangkapan yang dioperasikan alat tangkap bagan perahu. Ada beberapa data yang
harus dikumpulkan yaitu:
a) Pengambilan titik kordinat fishing
base dan fishing ground tiap hauling dengan menggunakan GPS (global
position system).
b) Pengukuran ikan hasil tangkapan dengan
menggunakan penggaris.
c) Pengukuran suhu perairan pada daerah
penangkapan dengan menggunakan thermometer setiap hauling.
·
Air
laut yang akan diukur suhunya diambil menggunakan wadah timba/ember.
·
Thermometer
diaktifkan kemudian dicelupkan setengah ke dalam wadah yang berisi air laut.
·
Tunggu
beberapa menit sampai angka pada layar thermometer tidak mengalami perubahan,
setelah tetap angka pada thermometer itulah yang merupakan suhu permukaan laut.
d) Pengukuran kecepatan arus dengan
menggunakan layangan arus setiap hauling.
Cara pengukurannya yaitu sebagai berikut:
·
Layangan
arus di turunkan dan memegang ujung tali,
·
Setelah
diturunkan, stopwatch dinyalakan, tunggu sampai tali terbentang sempurna,
·
Setelah
tali terbentang sempurna, stopwatch dimatikan,
·
Hitung
kecepatan arus dengan rumus :
, (diketahui jarak/panjang tali 10 m).
e) Pengukuran salinitas dengan
menggunakan salinometer.
·
Air
laut yang akan diukur salinitasnya diambil menggunakan wadah timba/ember.
·
Salinometer
diaktifkan kemudian dicelupkan setengah ke dalam wadah yang berisi air laut.
·
Tunggu
beberapa menit sampai angka pada layar salinometer tidak mengalami perubahan,
setelah tetap angka pada salinometer itulah yang merupakan suhu permukaan laut.
2. Wawancara
Wawancara
bertujuan untuk melengkapi data yang dibutuhkan. Mahasiswa melakukan wawancara
langsung dengan beberapa nelayan mengenai
proses penangkapan ikan dan daerah penangkapan dengan menggunakan bagan
perahu.
3. Studi
Literatur
Studi
literatur merupakan cara untuk membandingkan atau melengkapi segala kekurangan
yang ada pada kunjungan praktik lapangan dengan literatur yang digunakan, dalam
hal ini literatur yang berkaitan dengan daerah penangkapan ikan dengan
menggunakan bagan perahu.
II.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Alat Tangkap
1.
Kapal
Bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap
yang menggunakan cahaya sebagai alat bantu penangkapannya. Berdasarkan cara
pengoperasiannya bagan dapat dikelompokkan kedalam jaring angkat. Sejalan
dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi serta kemajuan yang telah dicapai
oleh masyarakat maka desain dan konstruksi bagan semakin berkembang. Komponen
dan peralatan bagan yang penting adalah perahu, jaring, rangka bagan, lampu dan
generator sebagai pembangkit listrik (Sudirman, 2003).
Bagan
perahu mempunyai konstruksi yang dapat dipindah-pindah (dioperasikan pada
berbagai tempat) dengan ditarik menggunakan perahu. Bagan perahu dibuat
dari rangkaian atau susunan bambu berbentuk segi.Di atas bangunan
bagan juga terdapat roller (sejenis
pemutar) dari bambu yang berfungsi untuk menarik jaring. Kapal yang
digunakan memiliki dimensi L = 25 m, B= 24 m, D= 2 m.
Gambar
2. Bagan perahu di perairan Kabupaten Barru
Bagan perahu yang digunakan oleh nelayan Kabupaten Barru
adalah bagan perahu (mobile lift net) nelayan di
daerah tersebut biasa menyebutnya bagan pete-pete yang digerakkan
dengan mesin penggerak bernama mesin truk bertenaga 120 PK.
Kapal pada
alat tangkap bagan perahu di Kecamatan Tanete Rilau memiliki ukuran panjang 24
m, lebar 2,5 meter dan tinggi 1,5 m. Fungsi kapal itu sendiri pada alat tangkap
bagan perahu sebagai alat mobilisasi agar alat tangkap dapat berpindah pada
wilayah perairan.
Berdasarkan hasil wawancara pemilik
kapal, harga untuk pengadaan 1 unit kapal beserta rangka bagan sebesar Rp
250.000.000,- dengan daya tahan pemakaian selama 15 tahun. Saat ini pemakain
kapal sudah mencapai 7 tahun. Perawatan kapal dilakukan dengan pengecatan
kembali setiap satu bulan
Gambar 3. Mesin roller pada bagan
perahu
Gambar 4. Mesin penggerak pada bagan perahu
Gambar 5. Mesin lampu pada bagan perahu
Dari ketiga gambar diatas terdapat 3
mesin yang digunakan pada pengoperasian alat tangkap tersebut, yakni mesin
genset/ mesin lampu yang digunakan untuk menyalakan semua lampu yang ada di
bagan tersebut. Kemudian mesin penggerak digunakan untuk menggerakkan bagan
perahu dari fishing base menuju fishing ground begitupun sebaliknya.
Sedangkan mesin roller digunakan
untuk menaik turunkan jaring yang ada pada bagan tersebut begitpun sebaliknya
dan juga menaik turunkan jangkar yang ada pada bagan tersebut, roller juga digunakan untuk menaikkan
jaring pada setting dan menurunkan
jaring pada hauling.
2. Rangka
Pada
dasarnya alat ini terdiri dari bambu, jaring yang berbentuk persegi empat yang
diikatkan pada bingkai yang terbuat dari bambu, pada ke-empat sisinya terdapat
bambu-bambu yang melintang dan menyilang dengan maksud untuk memperkuat
berdirinya bagan, diatas bangunan bagan di bagian tengah terdapat bangunan
rumah yang berfungsi sebagai tempat istirahat, pelindung lampu dari hujan dan
tempat untuk melihat ikan dan berukuran 23m x 24 m,
Gambar 6. Rangka
pada bagan perahu di Kabupaten
Barru
3.
Jaring
Jaring yang
digunakan adalah jaring yang disebut dengan waring dengan mata jaring 0.4 mm
dengan posisi terletak pada bagian bawah bangunan bagan yang diikatkan pada
bingkai bambu yang berbentuk segi empat dan memiliki dimensi L= 27m X B= 22 m.Bingkai
bambu tersebut dihubungkan dengan tali pada ke-4 sisinya yang berfungsi untuk
menarik jaring. Pada ke-4 sisi jaring diberi pemberat yang berfungsi untuk menenggelamkan
jaring dan memberikan posisi jaring yang baik selama dalam air. Ukuran jaring
biasanya satu meter lebih kecil dari ukuran bangunan bagan (Subani dan Barus
1989).
Gambar 7. Jaring bagan
perahu
B.
Deskripsi
Teknologi Alat Bantu Penangkapan
Berdasarkan pengamatan, alat bantu penangkapan ikan yang digunakan dalam operasi penangkapan pada bagan perahu yaitu lampu,serok (scoope net), dan roller/pemutar. Lampu sebagai atraktor berfungsi untuk mengumpulkan ikan pada catch able area. Gunarso (1985) mengatakan bahwa dengan aktraktor cahaya, ikan diharapkan akan bergerak ke arah bagan dan kemudian berkumpul. Sumber cahaya yang digunakan pada perikanan bagan biasanya cahaya lampu petromak. Ada juga bagan yang menggunakan lampu listrik sebagai atraktor untuk mengumpulkan ikan. Penggunaan cahaya di bawah air dapat menjadikan pemikatan ikan lebih efektif pada saat bulan terang dimana ikan umumnya menyebar.
a.
Lampu
Gambar 8. Lampu pada bagan perahu
Lampu yang digunakan
pada bagan perahu oleh nelayan perairan Kabupaten Barru yaitu lampu petromak
dengan daya yang berbeda-beda yaitu 50 watt, 300 watt, dan 500 watt. Jumlah
lampu yang digunakan pada bagan perahu di kapal 1 yakni sebanyak 36 buah,
dengan 32 buah lampu berwarna putih dan 4 buah lampu fokus. Daya tahan lampu
yang digunakan yakni 3 tahun sedangkan harga Rp.15.000/buah.
b.
Serok
Serok
Gambar 9.Serok
bagan perahu
Serok
berfungsi sebagai alat bantu penangkapan, nelayan bagan perahu tersebut juga
menggunakan serok sebagai alat bantu untuk mempermudah dan mempercepat dalam
mengambil hasil tangkapan yang berkumpul pada jaring ketika hauling.
c.
4
|
3
|
2
|
1
|
Gambar 10. Roller pada bagan perahu di Kabupaten
Barru.
Roller sebagai alat bantu pada bagan perahu berfungsi untuk memudahkan pada saat pengangkatan jaring.
Saat jaring sudah mendekati permukaan, lalu pengangkatan jaring dipercepat agar
ikan yang sudah ada dalam bingkai jaring tidak meloloskan diri. Ini merupakan
salah satu faktor keberhasilan operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap
bagan perahu.Terapat 4 roller
pada alat tangkap bagan perahu yang memiliki fungsi yang berbeda-beda yakni, roller 1 merupakan roller utama yang digunakan untuk menaikkan jaring pada saat hauling dan menurunkan jaring pada saat setting, roller 2 membantu menaikkan dan menurunkan jaring, roller 3 digunakan untuk menaikkan dan
menurunkan jangkar, dan roller 4
digunakan untuk menaik turunkan pemberat.
C.
Manajemen
Operasi Penangkapan Ikan
Manajemen
operasi penangkapan ikan merupakan suatu yang dibutuhkan untuk mengetahui
bagaimana manajement waktu yang digunakan suatu alat tangkap agar penangkapan
ikan besifat efisien dan efektif.
Tabel
2. Manajemen waktu operasi penangkapan ikan bagan perahu
Jenis Aktivitas
|
Uraian Kegiatan
|
Waktu yang dibutuhkan
(Menit)
|
Jadwal Kegiatan
|
Tenaga Kerja yang
Terlibat
|
|
Mulai jam
(WITA)
|
Selesai jam
(WITA)
|
||||
1
|
Pengisian
bahan bakar solar
|
2
|
17.27
|
17.29
|
1
|
2
|
Pengisian
es dan kebutuhan ransum
|
2
|
17.27
|
17.29
|
3
|
3
|
Persiapan
ke FG
|
26
|
17.00
|
17.26
|
1
|
4
|
Persiapan penyalaan lampu FG 1
|
3
|
17.22
|
17.25
|
2
|
5
|
Persiapan
penyalaan lampu FG 2
|
3
|
20.56
|
20.59
|
2
|
6
|
Persiapan
ke FB
|
10
|
16.50
|
17.00
|
3
|
7
|
Persiapan
konsumsi untukmakan malam
|
47
|
18.11
|
18.58
|
3
|
8
|
Persiapan
ke FG
|
27
|
16.56
|
17.23
|
3
|
9
|
Setting alat di FG 1
|
8
|
19.14
|
19.22
|
3
|
10
|
Kegiatan
penangkapan FG 1
|
76
|
19.24
|
20.40
|
3
|
11
|
Penanganan
ikan diatas kapal FG 1
|
7
|
20.48
|
20.55
|
1
|
12
|
Persiapan
FG 2
|
3
|
20.46
|
20.49
|
1
|
13
|
Setting alat di FG 2
|
3
|
20.50
|
20.53
|
3
|
14
|
Kegiatan
penangkapan FG 2
|
45
|
20.42
|
21.27
|
3
|
15
|
Penanganan
ikan diatas kapal FG 2
|
2
|
20.45
|
20.47
|
1
|
16
|
Perjalanan
pulang (FB)
|
24
|
21.50
|
22.14
|
3
|
17
|
Istirahat
dalam perjalanan
|
15
|
19.20
|
19.35
|
3
|
18
|
Kapal
mendarat di pangkalan, menaikkan ikan hasil tangkapan
|
40
|
19.35
|
20.15
|
3
|
D.
Hasil
Tangkapan
Hasil
tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan pelagis kecil seperti tembang (Clupea sp), teri (Stolephorus sp), japuh (Dussumieria
sp), selar(Charanx sp), pepetek (Leiognathus sp), kerot-kerot (Therapon sp), cumi-cumi (Loligo sp), sotong (Sepia sp), layur (Trichiurus
sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Subani, 1972).
Monintja DR
dan S Martasuganda (1989) mengungkapkan bahwa hasiltangkapan bagan pada umumnya
adalah ikan teri (Stolephorus sp),
tembang(Clupea sp), peperek (Leiognathus sp), kembung (Rastrelliger sp), layur(Trichiurus sp), selar (Charanx sp), tenggiri (Scomberomorus
sp), japuh (Dussumieria sp),
cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia
sp).
Berikut ini grafik hasil tangkapan berdasarkan perunit
kapal dan jenis ikan hasil tangkapan pada bagan perahu.
Gambar 11. Hasil
Tangkapan Bagan Perahu
Berdasarkan
diagram di atas, dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan perahu yang
beroperasi di Desa Matene Kelurahan
Tanete, Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru yaitu pada kapal 1 hasil tangkapan
ikan tembang (Sardinella fimbriata)
sebanyak 110 kg, ikan teri (Stolephorus
commersoni) sebanyak 110 kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equluus) sebanyak 110 kg.
Pada kapal 2 hasil tangkapan ikan
tembang (Sardinella fimbriata)
sebanyak 12 0kg, ikan teri (Stolephorus commersoni) sebanyak 90 kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 80 kg. Pada
kapal 3 hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella
fimbriata) sebanyak 100 kg, ikan
teri (Stolephorus commersoni) sebanyak 80 kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 80 kg. Pada
kapal 4 hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella
fimbriata) sebanyak 245 kg, ikan teri (Stolephorus
commersoni) sebanyak 80 kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 182 kg.
Pada kapal 5 hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella
Fimbriata) sebanyak 110 kg, ikan
teri (Stolephorus commersoni) sebanyak 110 kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 110 kg.
Pada kapal 6 hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella
fimbriata) sebanyak 95 kg, ikan teri
(Stolephorus commersoni) sebanyak 55 kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 120 kg.
Pada kapal 7 hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella
fimbriata) sebanyak 6 kg, ikan teri
(Stolephorus commersoni) sebanyak 7 kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 7 kg. Pada
kapal 8 hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella
fimbriata) sebanyak 306,7 kg, ikan
teri (Stolephorus commersoni) sebanyak 306,7 kg dan ikan bete-bete
(Leiognatus equllus) sebanyak 306,7
kg. Pada kapal 10 hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) sebanyak 120 kg, ikan teri (Stolephorus
commersoni) sebanyak 50 kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 50 kg. Dari
hasil total setiap kapal, hasil tangkapan terbanyak yaitu pada kapal 8
yaitu dengan nilai hasil tangkapan 306,7 kg.
yaitu dengan nilai hasil tangkapan 306,7 kg.
Gambar 12. Komposisi hasil tangkapan
Komposisi
hasil tangkapan dominan pada bagan perahu di kapal satu yakni ikan teri (Stolephorus commersoni) sebanyak 110 kg dengan persentase 34
% , ikan tembang (Sardinella fimbriata) sebanyak 110 kg dengan persentase 33% dan
ikan bete-bete (Leiognatus equllus)
sebanyak 110 kg dengan persentase 33 %. Berdasarkan diagram lingkaran di atas
telah di ketahui bahwa ikan yang tertangkap pada kapal satu cenderung merata
setiap kali hauling
Hasil
tangkapan ikan pada bagan perahu di perairan Selat Makassar, Kecematan Tanete
Rilau, Kabupaten Barru adalah ikan tembang (Sardinella
fimbriata), ikan teri (Stelophorus
indicus ), dan ikan bete-bete ( Leiognathus
sp) :
Gambar 13. Ikan tembang (Sardinella fimbriata )
Gambar
14. Ikan bete-bete (Leiognathus sp)
Gambar 15. Ikan teri (Stolephorus indicus)
E.
Sistem Kerja
No.
|
Nama
|
Tugas
|
1.
|
Alamsyah
|
Mengorganisasi smeua ABK
yang ada di atas kapal
|
2.
|
Rahmat, dicky
|
Menaik dan menurunkan
jangkar
|
3.
|
Darmin, ricky, wira,
fian
|
Melakukan setting
|
4.
|
Sapar, same, pandi,
wira,fian, darmin,ricky,rahmat,dicky
|
Melakukan proses hauling
, dari pengangkatan jaring ke atas kapal samapi penanganan ikan di atas kapal
|
F. ASPEK- ASPEK
PENGEMBANGAN
a. Aspek Biologi
Pengukuran
parameter biologi pada laporan ini dilakukan terhadap sumberdaya ikan sebagai
salah satu sampel penelitian. Beberapa parameter biologi yang ada yakni
komposisi jenis hasil tangkapan, produksi hasil tagkapan, dan musim
penangkapan.
Komposisi
Jenis Hasil Tangkapan
Gambar 7. Komposisi hasil tangkapan
Komposisi
hasil tangkapan dominan pada bagan perahu di kapal satu yakni ikan teri (Stolephorus commersoni) sebanyak 110 kg dengan persentase 34
% , ikan tembang (Sardinella fimbriata) sebanyak 110 kg dengan persentase 33% dan
ikan bete-bete (Leiognatus equllus)
sebanyak 110 kg dengan persentase 33 %. Berdasarkan diagram lingkaran di atas
telah di ketahui bahwa ikan yang tertangkap pada kapal satu cenderung merata
setiap kali hauling
Hasil
tangkapan ikan pada bagan perahu di perairan Selat Makassar, Kecematan Tanete
Rilau, Kabupaten Barru adalah ikan tembang (Sardinella
fimbriata), ikan teri (Stelophorus sp
), dan ikan bete-bete ( Leiognathus sp)
Musim
penangkapan
Musim penangkapan ikan tersebut terbagi atas tiga yaitu
musim puncak (Bulan Agustus - September), musim sedang (Bulan Oktober -
Desember), dan musim paceklik (Desember-Maret). Pada musim puncak rata-rata
produksi per trip yaitu 50 box dengan jenis ikan dominan yaitu ikan teri. Pada
musim sedang rata-rata produksi per tripnya yaitu 10 box, sedangkan pada musim
paceklik rata-rata produksi ikan teri per trip yaitu 1 ember dan bahkan nelayan
biasanya tidak melaut. Ikan teri tersebut dijual berdasarkan musim
penangkapannya, apabila memasuki musim puncak penangkapan ikan teri 1 box dapat
dijual dengan kisaran harga Rp. 300.000 /box, untuk musim sedang ikan teri
dapat dijual dengan harga Rp. 250.000/box, dan untuk musim paceklik ikan teri
dapat dijual seharga Rp. 150.000/box (jika ada).
b. Aspek Tekhnisi
Pengukuran
parameter tekhnisi pada laporan ini dilakukan terhadap sumberdaya ikan sebagai
salah satu sampel penelitian. Beberapa parameter biologi yang ada yakni ukuran
kapal, tenaga penggerak, jumlah lampu, dan lain-lainnya.
. Kapal
Bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap
yang menggunakan cahaya sebagai alat bantu penangkapannya. Berdasarkan cara
pengoperasiannya bagan dapat dikelompokkan kedalam jaring angkat. Sejalan
dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi serta kemajuan yang telah dicapai
oleh masyarakat maka desain dan konstruksi bagan semakin berkembang. Komponen
dan peralatan bagan yang penting adalah perahu, jaring, rangka bagan, lampu dan
generator sebagai pembangkit listrik (Sudirman, 2003).
Bagan perahu mempunyai konstruksi yang dapat dipindah-pindah (dioperasikan pada berbagai tempat) dengan ditarik menggunakan perahu. Bagan perahu dibuat dari rangkaian atau susunan bambu berbentuk segi.Di atas bangunan bagan juga terdapat roller (sejenis pemutar) dari bambu yang berfungsi untuk menarik jaring. Kapal yang digunakan memiliki dimensi L = 25 m, B= 24 m, D= 2 m.
Gambar
2. Bagan perahu di perairan Kabupaten Barru
Bagan perahu yang digunakan oleh nelayan Kabupaten Barru
adalah bagan perahu (mobile lift net) nelayan di
daerah tersebut biasa menyebutnya bagan pete-pete yang digerakkan
dengan mesin penggerak bernama mesin truk bertenaga 120 PK.
Kapal pada
alat tangkap bagan perahu di Kecamatan Tanete Rilau memiliki ukuran panjang 24
m, lebar 2,5 meter dan tinggi 1,5 m. Fungsi kapal itu sendiri pada alat tangkap
bagan perahu sebagai alat mobilisasi agar alat tangkap dapat berpindah pada
wilayah perairan.
Berdasarkan hasil wawancara pemilik kapal, harga untuk pengadaan 1 unit kapal beserta rangka bagan sebesar Rp 250.000.000,- dengan daya tahan pemakaian selama 15 tahun. Saat ini pemakain kapal sudah mencapai 7 tahun. Perawatan kapal dilakukan dengan pengecatan kembali setiap satu bulan
Gambar 3. Mesin roller pada bagan
perahu
Gambar 4. Mesin penggerak pada bagan perahu
Gambar 5. Mesin lampu pada bagan perahu
Dari ketiga gambar diatas terdapat 3 mesin yang digunakan
pada pengoperasian alat tangkap tersebut, yakni mesin genset/ mesin lampu yang
digunakan untuk menyalakan semua lampu yang ada di bagan tersebut. Kemudian
mesin penggerak digunakan untuk menggerakkan bagan perahu dari fishing base menuju fishing ground begitupun sebaliknya. Sedangkan mesin roller digunakan untuk menaik turunkan
jaring yang ada pada bagan tersebut begitpun sebaliknya dan juga menaik
turunkan jangkar yang ada pada bagan tersebut, roller juga digunakan untuk menaikkan jaring pada setting dan menurunkan jaring pada hauling
Lampu
Lampu yang digunakan pada bagan perahu oleh nelayan
perairan Kabupaten Barru yaitu lampu petromak dengan daya yang berbeda-beda
yaitu 50 watt, 300 watt, dan 500 watt. Jumlah lampu yang digunakan pada bagan
perahu di kapal 1 yakni sebanyak 36 buah, dengan 32 buah lampu berwarna putih
dan 4 buah lampu fokus. Daya tahan lampu yang digunakan yakni 3 tahun sedangkan
harga Rp.15.000/buah.
C. Aspek Sosial
Ihsan
(2000), menyatakan bahwa analisis aspek sosial perikanan tangkap meliputi
penyerapan tenaga kerja per unit penangkapan atau jumlah tenaga kerja per unit
penangkapan, penerimaan per unit penangkapan atau penerimaan nelayan yang
diperoleh dari hasil per unit yaitu hasil bagi antara sistem bagi hasil dengan
jumlah nelayan personil penangkapan, dan kemungkinan kepemilikan unit tangkap
ikan untuk nelayan yang diperoleh dari penerimaan nelayan per tahun dibagi
investasi dari setiap unit penangkapan.
Monintja et
al. (1986), mengemukakan bahwa aspek sosial yang penting diperhatikan dalam
pemilihan teknologi penangkapan ikan adalah penerimaan oleh nelayan
(pengoperasian alat tangkap tidak menimbulkan friksi atau keresahan nelayan
yang telah ada), ketersedian tenaga kerja (pendidikan dan pengalaman) serta
memberikan pendapatan yang sesuai. Permasalahan utama usaha perikanan adalah
sifat common property sumberdaya ikan, sehingga upaya seorang nelayan
menimbulkan suatu biaya yang tidak diperhitungkan terhadap seluruh nelayan. Hal
ini berpotensi menimbulkan friksi sosial antara nelayan dalam pemilihan teknologi
penangkapan ikan. Oleh karena itu evaluasi terhadap perikanan tangkap yang akan
dikembangkan hendaknya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat setempat.
Tingkat partisipasi angkatan kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor demografi,
sosial, dan ekonomi. Faktor ini antara lain adalah umur, status perkawinan,
tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal (desa/kota), dan jumlah pendapatan.
Batasan
parameter sosial meliputi penyerapan tenaga kerja, latar belakang pendidikan,
penerimaan nelayan terhadap unit penangkapan bagan dan kelembagaan perikanan
bagan.
1)
Penyerapan tenaga kerja ƒ Jumlah
nelayan yang bekerja dalam operasi penangkapan ikan pada bagan yaitu berkisar
antara 9-10 orang per kapal. ƒ Tenaga
kerja yang diserap diluar dari operasi penangkapan bagan misalnya kuli angkut,
pengumpul ikan, pedagang dan lain-lain.
2) Latar
belakang pendidikan ƒ Tingkat pendidikan
nelayan secara formal maupun non formal serta penyuluhan-penyuluhan dari dinas
setempat.
3) Penerimaan nelayan lain terhadap bagan ƒ Terjadinya konflik atau tidak antar nelayan
bagan dengan alat tangkap lain.
4) Kelembagaan perikanan bagan Lembaga yang terkait dalam perikanan bagan
yaitu kelembagaan pemerintah, bank, koperasi dan kelompok nelayan.
Jika
ditinjau dari aspek sosial dapat disimpulkan bahwa masyarakat Matene sangat
berbaur antar warga karena tidak pernah terjadi permusuhan khususnya pada
kalangan nelayan itu sendiri sehingga aspek sosial mereka terbilang baik.
Tingkat
pendidikan nelayan bagan di Barru masih relatif rendah yaitu mayoritas SD dan
SLTP dan hanya sebagian tamat SLTA. Hal ini disebabkan karena nelayan berasal
dari keluarga sederhana bahkan ada dari keluarga yang tidak mampu. Sehingga
nelayan tidak dapat bersekolah kejenjang yang lebih tinggi. Rendahnya pendidikan yang dimiliki
menggambarkan tingkat kemampuan dalam melakukan penangkapan ikan juga relatif
rendah. Pendidikan merupakan salah satu indikator untuk melihat mutu sumberdaya
nelayan. Secara teoritis, makin tinggi pendidikan formal seseorang, maka
semakin mudah untuk memahami informasi yang diterima dan semakin rasional pula
ia dalam berfikir serta mempunyai wawasan yang luas.
D. Aspek Ekonomi/
Finansial
Sedangkan
pada aspek ekonomi dapat dijabarkan bahwa taraf perekonomian masyarakat Matene
masih dalam kategori standar karena hanya perpatokan pada hasil tangkapan, jika
hasil tangkapan yang didapatkan menurun maka kondisi perekonomian mereka juga
ikut menurun karena pemasukan berkurang. Jika ditinjau dari potensi perikanan
tangkapnya yakni masih dapat dieksploitasi dilihat dari jumlah hasil tangkapan
pada saat praktik lapang kemarin, meskipun pada saat praktik musim penangkapan
yakni musim biasa tetapi jumlah hasil tangkapannya tergolong banyak.
Analisis Kelayakan Usaha
1. Biaya Investasi
Tabel
3. Biaya investasi nelayan bagan perahu di Kota Barru
Jenis Investasi
|
Harga Perolehan (Rp)
|
Umur Teknis (th)
|
Jumlah (unit)
|
Total Investasi (Rp)
|
Biaya Penyusutan (Rp/th)
|
kapal
|
20.000.000
|
8
|
1
|
20.000.000
|
2.500.000
|
Mesin
|
20.000.000
|
20
|
1
|
20.000.000
|
1.000.000
|
Jaring
|
8.748.000
|
2
|
3
|
26.244.000
|
13.122.000
|
genset
|
15.000.000
|
20
|
3
|
45.000.000
|
2.250.000
|
Cool Box
|
50.000
|
1
|
10
|
500.000
|
500.000
|
Lampu
|
100.000
|
6
|
36
|
3.600.000
|
600.000
|
115.344.000
|
19.972.000
|
2. Biaya Operasional
Tabel
4. Biaya Operasional alat tangkap bagan perahu di Kota Barru
Jenis Variabel
|
Harga Beli
|
Jumlah (unit)
|
Harga beli/trip
|
harga perolehan/bulan
|
harga perolehan/tahun
|
Bensin
|
7.000
|
25
|
175.000
|
4.375.000
|
35.000.000
|
Solar
|
6.200
|
55
|
341.000
|
8.525.000
|
68.200.000
|
rokok
|
20.000
|
5
|
100.000
|
2.500.000
|
20.000.000
|
tenaga kerja
|
120.000
|
15
|
1.800.000
|
45.000.000
|
360.000.000
|
Es batu
|
2.000
|
120
|
240.000
|
6.000.000
|
48.000.000
|
Perbaikan Kapal
|
|
|
|
1.250.000
|
10.000.000
|
Perbaikan Mesin
|
|
|
|
300.000
|
2.000.000
|
Perbaikan Jaring
|
|
|
|
187.500
|
1.500.000
|
Perbaikan Genset
|
|
|
|
187.500
|
1.500.000
|
jumlah
|
|
|
|
68.325.000
|
546.200.000
|
3.
Produksi Per Trip
Tabel
6. Produksi per trip alat tangkap bagan perahu di Kota Barru
|
per-trip (gabus)
|
Harga Jual (Rp/unit
|
penerimaan/trip
|
Penerimaan/bulan
|
Penerimaan/tahun
|
Teri
|
5
|
200.000
|
1.000.000
|
25.000.000
|
200.000.000
|
Peperek
|
10
|
350.000
|
3.500.000
|
87.500.000
|
700.000.000
|
Jumlah
|
4.500.000
|
112.500.000
|
900.000.000
|
Discount
Factor : 5%
NET B/C, NVP DAN IRR
PROYEK KECIL
Tabel 7.
Analisis kelayakan usaha
Analisis Net
Present Value (NPV):
|
|||||||
Tahun
|
Benefit
|
Cost
|
DF (i = 5%)
|
PV B
|
PV C
|
PV (B - C)
|
|
0
|
0
|
115.344.000
|
1
|
0
|
115.344.000
|
-115.344.000
|
|
1
|
900.000.000
|
546.200.000
|
0,952
|
857.142.857
|
520.190.476
|
336.952.381
|
|
2
|
945.000.000
|
546.200.000
|
0,907
|
857.142.857
|
495.419.501
|
361.723.356
|
|
3
|
992.250.000
|
546.200.000
|
0,864
|
857.142.857
|
471.828.096
|
385.314.761
|
|
4
|
1.041.862.500
|
546.200.000
|
0,823
|
857.142.857
|
449.360.092
|
407.782.765
|
|
5
|
1.093.955.625
|
546.200.000
|
0,784
|
857.142.857
|
427.961.992
|
429.180.865
|
|
NPV
|
1.805.610.128
|
Net B/C :
|
3.726.564.258
|
115.344.000
|
|
Net B/C :
|
32,30826275
|
Analisis IRR:
|
|||||||
Tahun
|
Benefit
|
Cost
|
net (b-c)
|
DF (i' = 5 %)
|
PV' (B-C)
|
DF (i"= 90 %)
|
PV" (B-C)
|
0
|
0
|
115.344.000
|
-115.344.000
|
1
|
-115.344.000
|
1
|
-115.344.000
|
1
|
900.000.000
|
546.200.000
|
353.800.000
|
0,952
|
336.952.381
|
0,526
|
186.210.526
|
2
|
945.000.000
|
546.200.000
|
398.800.000
|
0,907
|
361.723.356
|
0,277
|
110.470.914
|
3
|
992.250.000
|
546.200.000
|
446.050.000
|
0,864
|
385.314.761
|
0,146
|
65.031.346
|
4
|
1.041.862.500
|
546.200.000
|
495.662.500
|
0,823
|
407.782.765
|
0,077
|
38.033.970
|
5
|
1.093.955.625
|
546.200.000
|
547.755.625
|
0,784
|
429.180.865
|
0,040
|
22.121.717
|
NPV' =
|
1.805.610.128
|
NPV" =
|
306.524.474
|
|
i' =
|
5
|
i" =
|
90
|
|
NPV' =
|
1.805.610.128
|
|
NPV" =
|
306.524.474
|
|
NPV'/(NPV'-NPV")=
|
1,204474
|
|
IRR =
|
107,38031
|
|
IRR (%)=
|
10.738,03
|
|
Jadi Dapat disimpulkan
bahwa pada tingkat suku bunga 90 % keuntungan = 0
|
1. Net Benefit/Cost Ratio
Pertumbuhan
Analisis ini merupakan kelanjutan dari analisis NPV. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) adalah perbandingan antara
jumlah NPV positf dengan jumlah NPV negatif. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya
benefit berapa kali besarnya biaya dan investasi untuk memperoleh suatu
manfaat.
Rumus analisis Net Benefit
Cost Ratio adalah :
Net B/C Ratio =
Dimana:
NPV (+) = Total nilai PV
of Net Benefit yang berjumlah positif
NPV (-) = Total nilai PV
of Net Benefit yang berjumlah negatif
Dengan ketentuan
Net B/C > 1, maka usaha
layak untuk di lanjutkan
Net B/C = 1, maka usaha
impas
Net B/C < 1, maka usaha
tidak layak untuk dikembangkan.
Net
B/C ratio pada 1% =
=
246,8
2. Net Present Value
(NPV)
Nilai
bersih sekarang atau net present value
(NPV) dari suatu proyek merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost
(biaya) pada discount rate atau discount factor tertentu.
Salah
satu kekuatan metode NPV sebagai sarana mengevaluasi kelayakan rencana investasi
barang modal adalah penggunaan nilai waktu uang untuk menghitung nilai
senyatanya cash flow yang diperoleh
pada masa yang akan datang. Dengan demikian akan diperoleh benefitabilitas
proyek yang lebih mendekati kenyataan. Sedangkan kekuatan metode evaluasi
proyek ini adalah digunakan suku bunga kredit yang dipinjam investor untuk
membiayai proyek.
Adapun rumus NPV adalah:
NPV = Σ (Bt – Ct)
/ DF
Keterangan:
Bt = Benefit (manfaat)
pada tahun ke-t
Ct = Cost (biaya) pada
tahun ke-t
DF = Discount Factor
(suku bunga yang berlaku)
Dengan ketentuan:
Jika NPV > 0, maka
proyek suatu usaha menguntungkan
Jika NPV = 0, maka proyek
tidak untung dan tidak rugi
Jika NPV < 0, maka
proyek suatu usaha merugikan
NPV pada 1% = Rp.20.705.982.600
Jadi hasil yang di peroleh
berdasarkan perhitungan NPV (Net Present Value) adalah Rp 20.705.982.600. Berdasarkan hasil tersebut, maka usaha
ini dapat dikatakan layak untuk dilakukan.
E. Pengembangan Alat
Tangkap
Pengembangan alat tangkap ini untuk
masa depan yang akan datang masih dapat dikembangankan tetapi masyarakat di
sana harus menyesuaikan dengan stok ikan yang ada sehinggah keberlanjutan usaha
perikanan tangkap dapat dikembangkan.
Menyesuaikan stok ikan yang ada dengan
alat tangkap yang digunakan dapat juga dijadikan dasar, tetapi sebaiknya
masyarakat di sana harus selektif dalam
memnggunakan alat tangkap yakni jangan mennagkap ikan yang bellum matang gonad
sehinggah nantinya terdapat regenerasi, karena berdasarkan data DKP tingkat
eksploitasi sumberdaya perikanan di kabupaten barru masih dalam under
eksploited.
III.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan pada praktik lapang dapat disimpulkan bahwa operasi
penangkapan ikan dengan menggunakan bagan perahu yang berlokasi di perairan Kabupaten
Barru Kecamatan Tanete Rilau ini meliputi tahapan persiapan, proses penangkapan
ikan, penanganan hasil tangkapan, serta pemasaran hasil tangkapan.
Unit
penangkapan bagan perahu terdiri atas komponen utama berupa kapal,rangka dan
jaring, dengan alat bantu roller, mesin, serok ,lampu danstyrofoam. Untuk
sistem kerja teridiri atas beberapa kegiatan terdiri dari beberapa kegiatan
secara garis besar meliputi tahap perisiapan, setting ,hauling, perapian
jaring, penarikan jangkar dan perjalanan ke Fishing base. Pada tahap persiapan
berlangsung mulai pukul .....samapi... dan melibatkan semua ABK.setting hauling
dan proses intinya.
B.
Saran
Saran untuk praktik lapang selanjutnya sebaiknya
pengambilan data di daerah lain agar dapat dibandingkan manejemen operasi
penangkapan ikan pada daerah lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. http://barrukab.go.id/pemerintahan/dinas/dinas-kelautan-dan-perikanan/.
Diakses pada tanggal 16
November 2016 pukul 20:00 WITA.
Anonim, 2015. http://barrukab.go.id/pemerintahan/kecamatan/kecamatan-tanete-rilau/. Diakses pada tanggal 16 November 2016
pukul 20:15 WITA.
Monintja DR dan S. Martasuganda, 1989.
Teknologi Penangkapan Ikan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Subani,
W. 1970. Penangkapan Ikan dengan Bagan. Tanpa Lembaga. Jakarta.
Subani, W.
1972. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia. Lembaga Penelitian Perikanan
Laut. Jakarta. Jilid I.
Sudirman, et. al., 2003. Profil Pencahayaan dan Distribusi Ikan pada Areal
Penangkapan Bagan Rambo di Selat Makassar. Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin Makassar.
Sudirman dan M.S. Baskoro,dkk
(2006). “Hubunga Antara Keceraha Perairan Dan Kecepatan
Arus Dengan Hasil Tangkapan Dan Pengoperasian Bagan Rambo Di Selat Makassar.” Jurnal Ilmiah Sorihi. 5(1), 1-18.
LAMPIRAN
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.