EKOSISTEM DANAU
Salah satu ekosistem air tawar yang termasuk ekosistem air tenang adalah danau. Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi. Danau terjadi karena glacier, tanah longsor yang membendung lembah, pelarutan mineral tertentu dalam tanah sehingga permukaan tanah menurun membentuk cekungan. Danau juga dapat dibentuk oleh kawah gunung api yang sudah mati atau gobah yang terbentuk di pinggir laut.
Ekosistem danau ditandai oleh adanya bagian perairan yang dalam sehingga tumbuh-tumbuhan berakar tidak dapat tumbuh di bagian ini. Berbeda dengan ekosistem kolam yang tidak dalam (kedalamannya tidak lebih dari 4-5 meter) yang memungkinkan tumbuh-tumbuhan berakar dapat tumbuh di semua bagian perairan.Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi.Ekosistem danau mempunyai 4 zona (daerah) yakni:
1.Daerah litoral Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air. Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ika€n, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau.
2. Daerah Limnetik Daerah ini
merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar
matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan
sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi
selama musim panas dan musim semi. Zooplankton yang sebagian besar termasuk
Rotifera dan udang-udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan
oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian
ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.
3. Daerah Profundal Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.
4. Daerah BentikDaerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme mati.
Gambar 1. Empat Daerah Utama Pada
Danau Air Tawar Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi
organik-nya, yaitu sebagai berikut :
a. Danau OligotropikOligotropik
merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan kekurangan makanan, karena
fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif. Ciri-cirinya, airnya jernih
sekali, dihuni oleh sedikit organisme, dan di dasar air banyak terdapat oksigen
sepanjang tahun.
b. Danau EutropikEutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinyaadalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal. Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-materi organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut.
Pengkayaan danau seperti ini disebut "eutrofikasi". Eutrofikasi membuat air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau.
b. Danau EutropikEutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinyaadalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal. Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-materi organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut.
Pengkayaan danau seperti ini disebut "eutrofikasi". Eutrofikasi membuat air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau.
Susunan Ekosistem
Dilihat dari susunan dan
fungsinya, ekosistem danau tersusun atas komponen sebagai berikut.
a.Komponen autotrof (Auto = sendiri dan trophikos = menyediakan makan). Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau. Dengan demikian produsen merupakan sumber energi utama bagi organisme lain,yaitu konsumen.
a.Komponen autotrof (Auto = sendiri dan trophikos = menyediakan makan). Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau. Dengan demikian produsen merupakan sumber energi utama bagi organisme lain,yaitu konsumen.
b.Komponen heterotrof(Heteros =
berbeda, trophikos = makanan). Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan
bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh
organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan
mikroba. Berdasarkan jenis makanannya,konsumen di kelompokkan sebagai berikut;
a)Pemekan tumbuhan [herbivora],nisalnyakambing,kerbau,kelini dan sapi.
a)Pemekan tumbuhan [herbivora],nisalnyakambing,kerbau,kelini dan sapi.
b)Pemakan
daging[karnivora],misalnya harimau,burung elang,dan serigala,
c)Pemakan tmbuhan dan
daging[omnivora],misalnya ayam,itik, dan orabg hutan.
c. Pengurai (decomposer).Kelompok
ini berperan penting dalam ekosistem. Jika kelompok ini tidak ada, kita akan
melihat sampah yang menggunung dan makhluk hidup yang mati tetap utuh
selamanya. Dekomposer berperan sebagai pengurai,yang menguraikan zat-zat
organic (dari bangkai) menjadi zat-zat organik penyusunnya.
d. Bahan tak hidup (abiotik)Bahan
tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara,
sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat
berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Bagian dari komponen
abiotik adalah ;
• Tanah.Sifat-sifat fisik tanah yang berperan dalam ekosistem meliputi tekstur, kematangan, dan kemapuan menahan air.
• Tanah.Sifat-sifat fisik tanah yang berperan dalam ekosistem meliputi tekstur, kematangan, dan kemapuan menahan air.
• Air.Hal-hal penting pada air
yang mempengaruri kehidupan makhluk hidup adalah suhu air,kadar mineral air,salinitas,arus
air,penguapan,dan kedalaman air.
• Udara.Udara merupakan
lingkungan abiotik yang berupa gas.Gas itu berbentuk atmosfer yang melingkupi
makhluk hidup. Oksigen,karbon dioksida,dan nitrogen merupakan gas yang paling
pentung bagi kehidupan makhluk hidup.
• Cahaya matahari Cahaya matahari
merupakan sumber energi utama bagi kehidupan di bumi ini. Namun demikian,
penyebaran cahaya di bumi belum merata. Oleh karena itu, organisme harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang intensitas dan kualitas cahayanya berbeda.
• Suhu atau temperatur.Setiap
makhluk hidup memerlukan suhu optimum untuk kegiatan metabolisme dan
perkembangbiakannya. Organisme yang hidup di danau pada umumnya telah
beradaptasi.Adaptasi organisme danau adalah sebagai berikut.
a. Adaptasi tumbuhan Tumbuhan
yang hidup di danau biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti
beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan
akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea),
mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di
habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau
isotonis.
b. Adaptasi hewan Ekosistem danau
dihuni oleh berbagai organisme. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem
danau, misalnya salah satunya seperti ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan
osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya
melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.
Gambar 2. Berbagai Organisme Air
Tawar Berdasarkan Cara Hidupnya Penggolongan organisme dalam air dapat
berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.
1.Berdasarkan aliran energi,
organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen),
yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada
substrat sisa-sisa organisme.
2.Berdasarkan kebiasaan hidup,
organisme dibedakan sebagai berikut.
a. Plankton; terdiri alas
fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti
gerak aliran air.
b. Nekton; hewan yang aktif berenang
dalam air, misalnya ikan.
c. Neuston; organisme yang
mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air,
misalnya serangga air.
d. Perifiton; merupakan tumbuhan
atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya
eong.
e. Bentos; hewan dan tumbuhan
yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau
bergerak bebas, misalnya cacing dan remis. Lihat Gambar.2.1.2 Ketergantungan
Antarkomponen Ekosistem Tidak ada makhluk hidup yang mampu hidup sendiri.Di
antara makhluk hidup tersebut terjadi hubungan saling membutuhkan,atau dengan
kata lain terjadi ketergantungan. Ketergantungan tidak hanya terjadi antar
makhluk hidup [komponen biotik], tetapi juga terjadi antara komponen abiotik
dan biotik.Rantai makanan dan jaring-jaring makanan.Rantai makanan adalah
perpindahan materi dan energi dari makhluk hidup satu ke Makhluk hidup lain
melalui proses makan di makan dengan urutan tertentu. Sedangkan Kumpulan rantai
makanan yang saling berhubungan disebut jaring-jaring makanan.Jika dalam suatu
ekosistem di gambarkan jumlah populasi produsen sampai konsumen tertinggi, akan
membentuk gambaran seperti piramida.Gambaran seperti ini disebut piramida
makanan. Supaya piramida makanan tersusun dengan baik,populasi dalam suatu
ekosistem harus seimbang.Oleh karena itu,populasi produsen harus lebih banyak
dari pada populasi konsumen tingkat 1. Konsumen tingkat 1 harus lebih banyak
dari pada konsumen tngkat 11.Dengan demikian,semakin tinggi tingkatan suatu
konsumen, jumlahnya semakin sedikit.Aliran energy Dalam suatu ekosistem terjadi
proses makan dan di makan yang di lakukan organisme untuk memperoleh tenaga
atau energi. Jadi,proses makan dan di makan dalam suatu rantai makanan dan
jaring-jaring makanan dapat di katakan sebagai proses aliran energi.
2.1.3 Keseimbangan Ekosistem.Ekosistem dikatakan seimbang apabila komposisi di antara komponen-komponen tersebut dalam keadaan seimbang. Ekosistem yang seimbang, keberadaannya dapat bertahan lama atau kesinambungannya dapat terpelihara. Perubahan ekosistem dapat mempengaruhi keseimbangannya. Perubahan ekosistem dapat terjadi secara alami serta dapat pula karena aktivitas dan tindakan manusia.
2.1.3 Keseimbangan Ekosistem.Ekosistem dikatakan seimbang apabila komposisi di antara komponen-komponen tersebut dalam keadaan seimbang. Ekosistem yang seimbang, keberadaannya dapat bertahan lama atau kesinambungannya dapat terpelihara. Perubahan ekosistem dapat mempengaruhi keseimbangannya. Perubahan ekosistem dapat terjadi secara alami serta dapat pula karena aktivitas dan tindakan manusia.
1. Perubahan Ekosistem secara
Alami Perubahan ekosistem secara alami dapat terjadi karena adanya gangguan
alam. Misalnya gunung meletus,kebakaran hutan, dan perubahan musim. Bencana
alam dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.
2. Perubahan Ekosisstem karena
Tindakan Manusia Perubahan ekosistem dapat terjadi karena tindakan manusia.
Manusia merupakan salah satu komponen biotik dalam suatu ekosistem. Manusia
mempunyai peranan dan tanggung jawab terhadap pengelolaan ekosistem. Akan
tetapi, manusia juga dapat merusak ekosistem.
2.2Kerusakan ekosistem danau Penyebab
rusaknya ekosistem danau Sebagai sumber air paling praktis, danau sudah
menyediakannya melalui terkumpulnya air secara alami melalui aliran permukaan
yang masuk ke danau, aliran sungai-sungai yang menuju ke danau dan melalui
aliran di bawah tanah yang secara alami. Bentuk fisik danaupun memberikan daya
tarik sebagai tempat membuang yang praktis. Jika semua dibiarkan demikian, maka
akan mengakibatkan danau tak akan bertahan lama berada di muka bumi. Saat ini
terlihat ekosistem danau tidak dikelola sebagaimana mestinya. Sebaliknya, untuk
memenuhi kepentingan manusia, lingkungan sekitar danau diubah untuk dicocokkan
dengan cara hidup dan cara bermukim manusia, atau bahkan kawasan ini sering
dirombak untuk menampung berbagai bentuk kegiatan manusia seperti permukiman,
prasarana jalan, saluran limbah rumah tangga, tanah pertanian, rekreasi dan
sebagainya.Dengan kondisi tersebut, umumnya permasalahan yang timbul adalah:
1. Tidak jelasnya batas tata
ruang pemanfaatan di kawasan danau yang mengakibatkan kerusakan hutan,
pendangkalan danau secara terus menerus
2. Tandusnya gunung-gunung di
sekitar danau sebagai daerah tangkapan air mengakibatkan debit air danau
menurun di musim kemarau dan banjir di musim hujan.
3. Budidaya perairan danau dengan
teknik karamba/floating net di danau yang tidak teratur mengakibatkan
pencemaran sampah dan meningkatnya proses penyuburan rumput danau (arakan) yang
menyebabkan tekanan ekologis terhadap habitat beberapa ikan dan biota danau endemik
lainnya, yang terus berlangsung secara intensif.
4. Orientasi komersil masyarakat
lokal di kawasan danau terhadap pertanian mengakibatkan monokultur yang tidak
ramah lingkungan
5. Tekanan ekonomi secara umum
dan kurangnya pemahaman masyarakat lokal terhadap pelestarian nilai dan potensi
sumberdaya alamnya sejak lama mengakibatkan pengurasan sumberdaya alam dan
menurunnya populasi keanekaragaman hayati endemik di kawasan sekitar danau
6. Pengembangan daerah pemukiman, pariwisata, dan pembangunan sarana publik di kawasan sekitar danau yang tidak memperhatikan aspek lingkungan mengakibatkan perusakan ekosistem daerah aliran sungai (DAS) secara tidak langsung
6. Pengembangan daerah pemukiman, pariwisata, dan pembangunan sarana publik di kawasan sekitar danau yang tidak memperhatikan aspek lingkungan mengakibatkan perusakan ekosistem daerah aliran sungai (DAS) secara tidak langsung
7. Menurunnya debit air danau
mengancam suplai air untuk pembangkit listril tenaga air (PLTA), persawahan
masyarakat dan PDAM setempat.
Selain itu, danau juga dapat
dilihat sebagai kawasan yang memiliki potensi alam sumberdaya hayati ikan tawar
dan merupakan daya tarik tersendiri bagi industri perikanan dan pariwisata.
Tetapi sayangnya, karakteristik masyarakat setempat dalam memanfaatkan potensi
alamnya masih sangat sederhana dalam berbagai aspek pengelolaannya.
Permasalahan umum yang sering timbul adalah:
1. Pengembangan sarana wisata yang tidak terkendali mengakibatkan masyarakat lokal kehilangan akses terhadap tanah dan sumber daya alam.
1. Pengembangan sarana wisata yang tidak terkendali mengakibatkan masyarakat lokal kehilangan akses terhadap tanah dan sumber daya alam.
2. Meningkatnya pencemaran sampah
padat dari sungai-sungai yang bermuara ke danau dan kegiatan sekitar danau
serta kegiatan wisata yang mengurangi nilai estetika dan meningkatnya kerusakan
ekosistem
3. Pengelolaan sumberdaya alam
yang tidak teratur karena keterdesakan permasalahan di atas dan tekanan ekonomi
secara umum yang dihadapi masyarakat lokal serta kurangnya pemahaman terhadap
pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan sehingga menimbulkan tindakan-tindakan
yang merusak ekosistem Sementara itu, kondisi ekosistem danau tidak lepas dari
pengaruh kondisi sungai-sungai yang mengalir masuk (inlet) bagi danau. Danau
merupakan bagian hulu dari DAS. Dari beberapa hasil penelitian, beberapa daerah
aliran sungai (DAS) telah mengalami degradasi lingkungan, akibat
kegiatan-kegiatan pembangunan pada sektor pertanian, kehutanan, perikanan,
pariwisata dan industri di DAS. Hal ini mengakibatkan perubahan penggunaan
lahan yang selain memberikan manfaat juga menimbulkan dampak negatif terhadap
fungsi ekologi, ekonomi, dan estetika ekosistem danau. Sehingga seringkali
terjadi pemanfaatan danau dan konservasi danau yang tidak berimbang, dimana
pemanfaatan danau lebih mendominasi sumberdaya alam danau dan kawasan daerah
aliran sungai (watershed). Hal ini mengakibatkan danau berada pada kondisi
suksesi, yaitu berubah dari ekosistem perairan ke bentuk ekosistem daratan.
Pendangkalan akibat erosi maupun eutrofikasi merupakan penyebab suksesi suatu perairan danau. Hilangnya ekosistem danau mengakibatkan kekurangan cadangan air tanah pada suatu kawasan/wilayah yang bakal mengancam ketersediaan air bersih bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Akibatnya, keberlanjutan suatu lingkungan hidup yang didalamnya terdapat manusia dan alam terancam tak dapat berlanjut. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian menyeluruh mengenai pola dan struktur pemanfaatan ruang di kawasan danau ini, yang kemudian dimanifestasikan menjadi peraturan daerah ke dalam bentuk Rencana Tata Ruang Kawasan Danau.
Upaya perbaikan ekosistem danau Berdasarkan fungsi sebuah danau yang telah disebutkan di bagian sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa untuk menjaga fungsi tersebut untuk tetap berjalan, suatu ekosistem danau harus mampu mengatasi persoalan-persoalan yang mungkin muncul.
Upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan penyusunan rencana tata ruang wilayah, secara umum dilaksanakan melalui pendekatan-pendekatan:
Pendangkalan akibat erosi maupun eutrofikasi merupakan penyebab suksesi suatu perairan danau. Hilangnya ekosistem danau mengakibatkan kekurangan cadangan air tanah pada suatu kawasan/wilayah yang bakal mengancam ketersediaan air bersih bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Akibatnya, keberlanjutan suatu lingkungan hidup yang didalamnya terdapat manusia dan alam terancam tak dapat berlanjut. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian menyeluruh mengenai pola dan struktur pemanfaatan ruang di kawasan danau ini, yang kemudian dimanifestasikan menjadi peraturan daerah ke dalam bentuk Rencana Tata Ruang Kawasan Danau.
Upaya perbaikan ekosistem danau Berdasarkan fungsi sebuah danau yang telah disebutkan di bagian sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa untuk menjaga fungsi tersebut untuk tetap berjalan, suatu ekosistem danau harus mampu mengatasi persoalan-persoalan yang mungkin muncul.
Upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan penyusunan rencana tata ruang wilayah, secara umum dilaksanakan melalui pendekatan-pendekatan:
• Pendekatan politis yang
menyangkut berbagai aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan;
• Pendekatan strategis yang
menyangkut penentuan fungsi wilayah, pengembangan kegiatan wilayah dan
pengembangan tata ruang wilayah yang merupakan penjabaran dan pengisian dari
rencana-rencana pembangunan nasional dan daerah secara jangka panjang;
• Pendekatan teknis yang menyangkut upaya mengoptimasikan pemanfaatan ruang wilayah, diantaranya meliputi perbaikan lingkungan, meremajakan manajemen pertanahan, memberikan fasilitas dan utilitas secara tepat, mengefisiensikan pola transportasi dan menjaga kelestarian dan meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan sesuai dengan kaidah teknis perencanaan.
Perencanaan dalam satu koridor solusi bagi daerah dalam bentuk rumusan yang membentuk sinergi sebesar-besarnya serta tidak saling bertentangan dengan lingkungan atas kegiatan-kegiatan sosial ekonomi serta dapat menjamin kelestarian lingkungan sesuai dengan asas pembangunan yang berkelanjutan sebagai merupakan dimensi (matra) spasial dari rencana pembangunan. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan cara mengakomodasi semua pendapat/aspirasi para stakeholder melalui media diskusi. Aspirasi tersebut kemudian akan disaring menjadi satu pernyataan tujuan pengembangan ruang kawasan danau yang mendapat sinyal positif dari daerah dan pemerintah se
• Pendekatan teknis yang menyangkut upaya mengoptimasikan pemanfaatan ruang wilayah, diantaranya meliputi perbaikan lingkungan, meremajakan manajemen pertanahan, memberikan fasilitas dan utilitas secara tepat, mengefisiensikan pola transportasi dan menjaga kelestarian dan meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan sesuai dengan kaidah teknis perencanaan.
Perencanaan dalam satu koridor solusi bagi daerah dalam bentuk rumusan yang membentuk sinergi sebesar-besarnya serta tidak saling bertentangan dengan lingkungan atas kegiatan-kegiatan sosial ekonomi serta dapat menjamin kelestarian lingkungan sesuai dengan asas pembangunan yang berkelanjutan sebagai merupakan dimensi (matra) spasial dari rencana pembangunan. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan cara mengakomodasi semua pendapat/aspirasi para stakeholder melalui media diskusi. Aspirasi tersebut kemudian akan disaring menjadi satu pernyataan tujuan pengembangan ruang kawasan danau yang mendapat sinyal positif dari daerah dan pemerintah se
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.