LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
(PROFIL TANAH)
OLEH :
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
KELAS :
ASISTEN :
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANIDDIN
2014
I.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah adalah lapisan yang menyeliputi bumi antara litosfer (batuan yang membentuk kerak bumi) dan atmosfer.Tanah adalah tempat tumbuhnya tanaman dan mendukung hewan dan manusia.Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan tanaman dan organisme, membentuk tubuh unik yang menyelaputi lapisan batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon. Setiap horizon dapat menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.
Tanah dapat berubah dari satu tempat ketempat yang lainnya secara vertikal maupun secara horisontal. Perubahan ini bukan karena pengaruh insitu atau internal tetapi juga proses alam lainnya (eksternal).Bekerjanya pengaruh tersebut menimbulkan perbedaan kenampakan pada setiap tanah baik secara fisik, kimia, maupun biologi.Oleh karena itu pengenalan pengamatan di lapangan mutlak di lakukan..
Setiap jenis dan tipe-tipe tanah memiliki ciri yang khas yang dipandang dari sifat-sifat fisis, kimia, maupun biologinya.Dalam hal ini menyangkut tanah yang memiliki horizon sebagai akibat berlangsungnya evolusi genetis di dalam tanah.
Profil tanah adalah penampang vertical tanah yang dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk di bawah tanah. Tanah yang terbentuk di permukaan bumi berkembang dari bahan mineral yang berasal dari batu-batuan melalui proses pelapukan, baik secara fisis maupun kima yang dibantu oleh pengaruh dari atmosfer, sehingga di dalam tanah terdapat empat komponen utama yaitu bahan mineral, bahan organik, udara, dan air tanah.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan pengamatan profil tanah dengan melakukan pengambilan sampel tanah pada berbagai lapisan tanah untuk mengetahui tekstur, warna, pH, solum, dan karakteristik tanah.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari pengamatan profil tanah ini adalah untuk mengetahui jenis dan sifat-sifat fisik tanah serta untuk mengamati lapisan lapisan tanah.
Kegunaannya adalah untuk menjadi bahan acuan dalam pelaksanaan analisa sampel tanah di laboratorium dan sebagai bahan untuk membandingkan profil tanah dalam teori dan secaralangsung di lapangan.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Profil Tanah
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula.
Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah pada tubuh tanah dari lapisan paling atas hingga ke bebatuan induk atanah (regolit), yang biasanya terdiri dari horison-horison O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut solum tanah, horison O-A disebut lapisan tanah atas dan horison E-B disebut lapisan tanah bawah. (Hanafiah, 2005)
a. Horison O
Horison O merupakan horison organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral.Di daerah rawa-rawa, horison O merupakan horison utama pada tanah gambut.
b. Horison A
Merupakan horison di permukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan mineral berwarna lebih gelap daripada horison di bawahnya.
c. Horison E
Pada horison E terjadi pencucian (eluviasi) maksimum terhadap liat, Fe, Al, bahan organik.Berwarna pucat.
d. Horison B
Suatu horison mineral bawah muka yang dicirikan oleh pemekatan lempung halus, besi, aluminium, atau humus secara illuvial, baik sendiri-sendiri atau penggabungan.
e. Horison C
Bahan induk, sedikit terlapuk, sehingga lunak dan dapat ditembus akar tanaman.
f. Horison R
Horison R merupakan batuan keras yang belum dilapuk dan tidak dapat ditembus akar tanaman.
Bagi sebagian besar tanaman, khususnya yang berakal dangkal, horison O-A, yang kurang lebih memiliki ketebalan 30 cm, merupakan horison paling penting.Oleh karena itu, istilah kesuburan tanah biasanya mengacu pada ketersediaan hara dilapisan ini, yang disebut sebagai lapisan olah. Namun untuk tanaman perkebunan dan kehutanan untuk jangka panjang, lapisan tanah bawah juga akan menjadi sumber hara dan air.
2.2.TanahUltisol
Ultisol adalah tanah dengan horizon argilik atau kandik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa (jumlah kation) pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah kurang dari 35 persen, sedang kejenuhan basa pada kedalaman kurang dari 1,8 m dapat lebih rendah atau lebih tinggi dari 35 persen.
Tanah ini umumnya berkembang dari bahan induk tua.Di Indonesia banyak ditemukan di daerah dengan bahan induk batuan liat.Tanah ini merupakan bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yang belum dipergunakan untuk pertanian.Terdapat tersebar di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.Daerah-daerah ini direncanakan sebagai daerah perluasan areal pertanian dan pembinaan transmigrasi. Sebagian besar merupakan hutan tropika dan padang alang-alang. Problema ini adalah reaksi masam, kadar Al tinggi sehingga menjadi racun tanaman dan menyebabkan fiksasi P, unsure hara rendah, diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan.
Ultisol bervariasi dalam warna dari ungu-merah, orange kemerahan dengan terang-menyilaukan, untuk oranye pucat kekuningan-dan bahkan beberapa nada kekuningan-coklat tenang.Tanah ini biasanya cukup asam, sering memiliki pH kurang dari 5. Hasil warna merah dan kuning dari akumulasi oksida besi (karat) yang sangat tidak larut dalam air. Banyak nutrisi, seperti kalsium dan potasium, biasanya kekurangan.Tanah Ultisol tidak dapat digunakan untuk pertanian menetap tanpa bantuan pupuk kapur dan lainnya seperti superfosfat, sehingga tanah ini dapat dengan mudah lelah, dan memerlukan pengelolaan yang lebih hati-hati dari Alfisols atau Mollisols,namun, dapat dibudidayakan di kisaran yang relatif luas dengan kondisi kelembaban.
Ultisol dapat mengandung berbagai mineral tanah liat, tetapi dalam banyak kasus mineral yang dominan adalah kaolinit.tanah liat ini memiliki daya dukung yang baik dan tidak ada properti shrink-membengkak. Ultisol kaolinitik Akibatnya, baik dikeringkan seperti seri Cecil yang cocok untuk pembangunan perkotaan.
Faktor-faktor pembentuk tanah yang banyak mempengaruhi pembentukan Ultisol adalah:
Bahan induk : bahan induk tua, misalnya batuan liat, atau batuan vulkanik masam.
Iklim : bahan harus cukup panas (warm) dan basah (humid), di daerah iklim sedang dengan tanah rata-rata lebih dari 80C, sampai di daerah tropika.
Vegetasi : di daerah iklim sedang di dominasi oleh pinus. Di Indonesia vegetasi hutan tropika.
Relief : berombak sampai berbukit.
Umur : tua
III METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum profil tanah dilaksanakan dilaksanakan di Ex-Farm, JurusanIlmuTanahFakultas Pertanian Universitas Hassanuddin Makassar, pada hari sabtu, 25 Oktober 2014, Pukul 08.00 WITA sampai selesai.
3.2 Keadaan Umum Lokasi
Lokasi Praktikum dilakukan di Kabupaten Makassar, Kecamatan Tamalanrea Indah , Eks-farm Universitas Hasanuddin, Tamalanrea Indah, Makassar. Dengan Letak UTM 775.097 mU 9.432.769 mT.Pada lokasi pengambilan Profil Tanah,vegetasi yang paling dominan yaitu tanaman pisang. Adapun lokasi administratif penggalian Profil Tanah yaitu :
- Sebelah Utara : Pemukiman penduduk
- Sebelah Timur : Kebun Ex-Farm Ilmu Tanah
- Sebelah Selatan : Politeknik Negeri Ujung Pandang
- Sebelah Barat : Kebun Ex-Farm Ilmu Tanah
3.2. Al at dan bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul, linggis, sekop, muchell colour, sendok semen, GPS, pH indikator cutter,dan meteran.
Bahan-bahan yang digunakan adalah air, kantong plastic, kertas label, sampel tanah terganggu dan tidak terganggu serta daftar isian profil.
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1 Pebuatan Profil Tanah
1. Lubang penampang harus besar, supaya orang dapat mudah duduk atau berdiri di dalamnya dan pemeriksaan dapat berjalan dengan sempurna.
2. Ukuran penampang 1,5 x 1 m sampai bahan induk dan memilih pemeriksaan di sisi lubang penampang yang mendapat sinar matahari, di tempat miring penampang pada dinding teratas.
3. Tanah bekas galian tidak ditumpuk di atas sisi penampang pemeriksaan.
4. Melakukan pengamatan pada sinar matahari cukup (tidak terlalu pagi atau sore).
3.3.2. Pengambilan Sampel Tanah
3.3.2.1 Pengambilan Sampel Tanah Tenganggu
1. Mengambil tanah dengan sendok tanah atau pisau sesuai dengan lapisan yang akan diambil.
2. Memasukkan tanah ke dalam kantong plastik yang telah diberi kertas label.
3.3.2.2 Pengambilan Sampel Tanah Utuh
1. Meratakan dan membersihkan lapisan yang akan diambil, kemudian meletakkan ring sampel tegak lurus pada lapisan tanah tersebut.
2. Menekan ring sampel sampai ¾ bagiannya masuk ke dalan tanah.
3. Meletakkan ring sampel lain tepat di atas ring sampel pertama, kemudian menekan lagi sampai bagian bawah masuk ke dalam tanah.
4. Menggali ring sampel beserta tanah di dalamnya dengan linggis.
5. Memisahkan ring sampel kedua dari ring sampel pertama dengan hati-hati, kemudian memotong kelebihan tanah yang ada pada permukaan ring sampel.
6. Menutup ring sampel dengan plastik, lalu menyimpannya dalam kotak khusus yang telah disediakan.
.
VHASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari pengamatan profil tanah di lapangan dapat dilihatsebagaiberikut :
Tabel 1. Pengamatan Profil tanah pada lapisan I, II, dan III tanah Alfisol
Tabel 1. Pengamatan Profil tanah pada lapisan I, II, dan III tanah Alfisol
Lapisan | I | II | III |
Kedalaman Lapisan (cm) | 0 – 30 cm | 30 - 50 cm | 50 -140 cm |
Batasan Lapisan | Nyata | Nyata | Baur |
Konsisten | Kering | Lembab | Lembab |
Karatan | Fe, Mn | Mn | Mn |
Sumber :data primer, 2014
5.2.Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh kedalaman tanah pada lapisan I adalah 0 - 30 cm, pada lapisan II adalah 0 - 50 cm, dan pada lapisan III adalah 0 - 140 cm. Hal ini berarti tanah ini merupakan tanah yang mengalami pelapukan yang lebih banyak. Perbedaan warna yang jelas antara lapisan I, lapisan II dan lapisan III memudahkan untuk diukur kedalaman setiap lapisan tanah. Hasil ini sesuai dengan pendapat Foth.D (1994) bahwa suatu batas nyata dari biasanya antara lapisan yang satu dengan lapisan yang lain dapat dilihat dari warna tanah.
Hasil pengamatan menunjukkan batas lapisan pada tanah lapisan I jelas tampak nyata begitu pula denganlapisan II jelas tampak nyata, lapisan III jelas tampak baur.Dengan memperhatikan warna dapat dibedakan lapisan-lapisannya dan dapat pula dilihat batas lapisannya.Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan, dkk (1997), bahwa lapisan yang paling atas batasnya terlihat jelasnya atau nyata dengan warna gelap. Hal ini disebabkan karena proses pelapukan sisa-sisa mikroorganisme yang mati dan berakumulasi di lapisan ini.
Tekstur tanah lapisan I adalah berliat, lapisan II adalah lempung, sedngkan pada lapisan III juga lempung berdebu. Hal ini sesuai dengan pendapat Foth.H.D (1994), bahwa penentuan tekstur di lapangan dilakukan dengan cara mengambil sejumlah kecil tanah yang dibasahi dengan air dan dipilin sampai konsistensinya mantap untuk menentukan sampai berapa jauh tanah-tanah tersebut membentuk pita.
Berdasarkan hasil pengamatan konsistensi tanah lapisan I yaitu Kering, lapisan II yaitu lembab, dan pada lapisan III yaitu lembab.Perbedaan konsistensi tanah disebabkan oleh perbedaan daya kohesi antar partikel tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan, dkk (1997) bahwa pada umumnya tanah yang banyak mengandung liat dalam keadaan kering menjadi keras karena butiran liat merekat kuat satu dengan lain dan juga pada butiran pasir dan debu.
Pada tanah lapisan I mengandung Fe dan Mn. Pada tanah lapisan II mengandung Mn. Sedangkan tanah lapisan III mengandung Mn. Kandungan karatan akan mempengaruhi warna tanah, mengandung Fe akan berwarna Merah.
VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa :
· Pada profil tanah yang diamati memiliki kedalaman 0 - 30 cm, sedangkan lapisan II memiliki kedalaman 0 - 50 cm, dan lapisan III memiliki kedalaman 0 - 140 cm dengan batas horison masing-masing nyata,nyata dan baur. Tekstur tanah liat dengan konsistensi agak plastis pada lapisan I, lempung dengan konsistensi agak plastis pada lapisan II, dan lempung berdebu dengan konsistensi agak plastis pada lapisan III. Dan terdapat karatan Mn dan Fe pada lapisan I, Mn pada lapisan II, dan Mn pada lapisan III.
· Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah yaitu iklim, jasad hidup, vegetasi, watak bahan induk (tekstur dan struktur susunan kimia dan mineral), opografi, waktu yang diperlukan bahan induk untuk membentuk tanah.
6.2. Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya pengamatan dilakukan pada kondisi yang memungkinkan agar penampakan warna pada tiap lapisan dapat terlihat dengan jelas dengan memperhatikan kondisi cuaca yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Kemas., 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada; Jakarta
Buckman dan Brady., 1982. Ilmu Tanah. Penerbit Bharata karya Aksara; Jakarta.
Foth, H.D., 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Gadjah Madha University Press; Yogyakarta.
Hakim, dkk. 1986. Dasar – dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung
Hardjowigeno.S., 1995.Ilmu Tanah.Penerbit Akademika Pressindo; Jakarta.
Pairunan, dkk., 1997. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur; Makassar.
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.