Laporan Praktik Lapang Terpadu Psp 2016
Sistem
Informasi
Perikanan Tangkap
PENERAPAN SISTEM INFORMASI PERIKANAN TANGKAP PADA KEGIATAN
PENANGKAPAN IKAN
PRODI PEMANFAATAN
SUMBERDAYA PERIKANAN
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN
& PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa
karena hidayah-Nya laporan ini dapat dibuat. Laporan mengenai Sistem infomasi
perikanan tangkap pada LAPAN
di kabupaten pare-pare
ini dibuat sebagai hasil praktek lapang dari matakuliah Sistem infomasi
perikanan tangkap.
Adapun bahan laporan yang digunakan merupakan hasil dari berbagai jurnal
online.
Terima kasih
penulis tuturkan kepada segala pihak yang membantu dalam pembuatan laporan ini,
dan juga tak lupa kepada dosen pembimbing matakuliah yang bersangkutan dan para
asisten yang membimbing kami selama praktek lapang dan pembuatan laporan ini.
Penulis sadar laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran masih sangat diperlukan guna perbaikan ke depannya.
Makassar,
24 November 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR .......................................................................................... . i
DAFTAR
ISI ........................................................................................................ . ii
DAFTAR
TABEL .................................................................................................. iii
DAFTAR
GAMBAR ............................................................................................. iv
I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Tujuan........................................................................................................... 1
II. METODE PRAKTIK ........................................................................................ 3
A. Waktu dan Tempat....................................................................................... 3
B. Alat dan bahan............................................................................................. 3
C. Metode
Praktik ............................................................................................ 4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 5
A. Deskripsi LAPAN
Pare-pare........................................................................ 5
1. Hubungannya LAPAN Pare-Pare dengan Perikanan Tangkap............... 5
2. Penerapan SIPT di LAPAN....................................................................... 6
3. Alur Peta Nelayan..................................................................................... 7
B. Parameter
Oceanografi............................................................................... 5
C. Komposisi Jenis
Ikan.................................................................................. 13
D. Hubungan faktor
oseanografi dengan hasil tangkapan.............................. 13
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 22
A. Kesan - kesan
Praktik Lapang ................................................................... 22
B. Kritik dan Saran
.......................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23
LAMPIRAN .......................................................................................................... 24
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Alat dan Kegunaan.............................................................................................. 3
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Peta Lokasi Praktik........................................................................................... . 3
2. Antena Parabola................................................................................................ . 6
3. Gedung Pengolahan Data................................................................................. . 6
4. Ruang Pengolahan Data................................................................................... . 7
5. Alur Peta Nelayan............................................................................................. . 7
6. Diagram
Komposisi Hasil Tangkapan Kapal 1 dan 5......................................... 9
7. Diagram Komposisi
Hasil Tangkapan Kapal 2.................................................. 10
8. Diagram Komposisi
Hasil Tangkapan Kapal 3.................................................. 10
9. Diagram Komposisi
Hasil Tangkapan Kapal 4.................................................. 11
10. Diagram Komposisi
Hasil Tangkapan Kapal 6................................................ 11
11. Diagram Komposisi
Hasil Tangkapan Kapal 7................................................ 12
12. Diagram Komposisi
Hasil Tangkapan Kapal 8................................................ 12
13. Diagram
Komposisi Hasil Tangkapan Kapal 10.............................................. 13
14. Pengaruh Suhu Terhadap Ikan
Teri................................................................ 13
15. Pengaruh Suhu Terhadap Ikan
Tembang....................................................... 14
16. Pengaruh Suhu Terhadap Ikan
Bete-bete....................................................... 14
17. Pengaruh Salinitas Terhadap
Ikan Teri........................................................... 15
18. Pengaruh Salinitas Terhadap
Ikan Tembang.................................................. 15
19. Pengaruh Salinitas Terhadap
Ikan Bete-bete.................................................. 16
20. Pengaruh
Arus Terhadap Ikan Teri................................................................. 16
21. Pengaruh
Arus Terhadap Ikan Tembang........................................................ 17
22. Pengaruh
Arus Terhadap Ikan Bete-bete........................................................ 17
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kota Parepare terletak antara 3o 57’ 39” – 4o
04’ 49” LS dan 119o 36’ 24” – 119o 43’ 40” BT. Daerah ini
terletak pada daerah pantai yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar
dan mempunyai peluang untuk pengembangan pengolahan hasil usaha penangkapan
ikan laut, lebih dari itu merupakan sentra perdagangan hasil perikanan utamanya
yang berasal dari Kabupaten Pinrang dan Barru (DKPP, 2007).
Penginderaan Jauh atau Remote Sensing merupakan ilmu dan
teknologi perolehan informasi objek atau fenomena di permukaan bumi tanpa
kontak langsung. Untuk dapat memperoleh informasi itu, diperlukan sensor yang
dipasang pada pesawat udara, pesawat ulang-alik, atau satelit tak berawak.
Sensor dapat berupa kamera fotografik, antena radar, maupun scanner
multispektral /hiperspektral. Sensor menghasilkan citra (gambar) untuk
dianalisis lanjut sesuai tema, menjadi peta (Sutanto, 1986).
Penginderaan jauh kini menjadi salah satu ilmu dan
teknologi yang dapat diandalkan dalam berbagai disiplin keilmuan baik untuk
penelitian maupun pembangunan yang bertujuan untuk kemaslahatan bangsa. Citra
dari resolusi rendah, menengah, hingga tinggi semakin dibutuhkan sesuai dengan
peruntukannya dalam berbagai bidang diantaranya ada dalam bidang perkebunan dan
pertanian; bidang kehutanan; bidang pertambangan dan energi; bidang perencanaan
dan pembangunan wilayah; bidang entertainment dan pelatihan; bidang arsitek
konstruksi; serta bidang pertahanan dan intelijen.
Penginderaan jauh dan SIG sangat diperlukan dalam
perencanaan wilayah/kota, pengelolaan sumberdaya hutan, mineral, kelautan,
mitigasi bencana alam, manajemen fasilitas (jaringan telekomunikasi,
kelistrikan, dan transportasi). Selain itu, satelit penginderaan jauh dapat
memberikan informasi yang diperlukan untuk keperluan klasifikasi penutup lahan.
Penutup lahan dapat berupa vegetasi dan konstruksi artifisial yang menutup
permukaan bumi. Penutup lahan berkaitan dengan jenis kenampakan di permukaan
bumi, seperti bangunan, danau dan vegetasi (Lillesand & Kiefer, 1979).
Hal inilah yang menjadi dasar perlunya sistem informasi perikanan tangkap perikanan di kab. Pare-pare dilakukan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dan kegunaan sistem informasi perikanan tangkap sebagai berikut,
1.
Untuk mengetahui
penerapan
SIPT di LAPAN pare pare
2.
Untuk mengetahui hubungan faktor oseanografi dengan hasil
tangkapan.
II. METODE
PRAKTIK
A. Waktu dan Tempat
Pada proses pengambilan data di lapangan
dilakukan selama 3 hari terhitung mulai hari Sabtu pada tanggal, 29 Oktober
2016 sampai dengan hari senin 31 Oktober
2016 yang pada hari ke 3 kunjungan ke LAPAN bertempat di JL Jenderal Ahmad Yani, Km. 6, Lapadde, Bukit Harapan,
Soreang, Sulawesi Selatan.
Gambar
1. Peta Lokasi Praktik
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan
bahan yang digunakan pada praktik lapang Eksplorasi perikanan, dapat di
lihat pada tabel 1.
Tabel
1. Alat dan bahan yang digunakan dalam
praktik
No
|
Alat dan Bahan
|
Kegunaan
|
1.
|
Penggaris /
sabak
|
Untuk
mengukur ikan hasil tangkapan
|
2.
|
Global positioning System (GPS)
|
Untuk
mengetahui titik koordinat daerah operasi penangkapan
|
3.
|
Alat Tulis
Menulis
|
Mencatat data
|
4.
|
Kamera
|
Dokumentasi
|
C. Metode
Praktik
Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara
dan studi literatur di Lembaga penerbangan dan antariksa nasional
(LAPAN) kota Pare-pare
a.
Metode
Wawancara
Pada
metode wawancara penulis memperoleh informasi dengan cara melakukan wawancara
(tanya jawab) dengan pihak terkait yang dianggap mampu memberikan informasi
dalam hal ini narasumber dari
pegawai LAPAN
b.
Studi
Literatur
Mahasiswa
memperoleh informasi dengan menggunakan buku-buku, Jurnal, serta blog sebagai
sumber informasi yang digunakan untuk mendukung data yang di peroleh di
lapangan dalam menyusun laporan hasil praktik.
III. HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi LAPAN
Pare - pare
Lokasi Praktek lapang terpadu yang
dilaksanakan di lembaga penerbangan dan antariksa nasional (LAPAN) Balai
Penginderaan Jauh Parepare, JL
Jenderal Ahmad Yani, Km. 6, Lapadde, Bukit Harapan, Soreang, Sulawesi Selatan. Luas wilayah Kota Pare-pare
sebesar 0,21 % dari total luas daratan provinsi, letak geografis Kota Pare-pare terletak antara 3057’39”-4004’49”
LS dan 119036’24”-119043’40” BT. Dari sisi geografis,
kota ini tidak terlalu jauh dari ibu kota provinsi. Jaraknya sekitar 155
kilometer kearah utara sekitar ± 3 jam perjalanan darat. Posisinya tepat di
pesisir selat makassar yang memisahkan pulau Sulawesi dan pulau Kalimantan
sehingga arus lalu lintas antar oulau menjadi salah satu layanan sarana
transportasi (Statistik Daerah Kota Parepare, 2012).
1. Hubungan
LAPAN Pare-pare dengan Perikanan Tangkap
Berdasarkan data statistik
2011, bahwa alat tangkap bagan perahu di kota Parepare sebanyak 21 unit yang di
mana ju,lah produktifitasnya sebanyak 321,6 ton.Luas wilayah penangkapan ikan laut
sekitar 56.160 Ha, tambak sekitar 2.570 Ha, pantai 1.400 Ha dan areal budidaya
kolam/air tawar 39 Ha Produksi perikanan saat ini : Udang : 633,01
ton Bandeng : 1.556,08 ton Cakalang/Tongkol : 260,6 ton Kerapu/Kakap :
744 ton Ikan Merah : 97,02 ton Rumput Laut : 251,07 ton yang sudah diuji coba
dan hasilnya sangat baik Peluang bagi investor pada sub sektor Perikanan ini
adalah budidaya laut berupa keramba jaring apung rumput laut, penangkapan dan
pengolahan hasil laut.(Dinas Kelautan dan Perikanan 2007).
Lapan Pare-pare akan membantu para nelayan perikanan
tangkap untuk memberikan informasi baik itu daerah penangkapan yang cocok untuk
mengoperasikan alat tangkap yang digunakan maupun data lainnya yang berhubungan
dengan perikanan. Dan akan lebih mudah melakukan pencarian kelimpahan serta
migrasi pada ikan dan lokasi fishing
ground yang tepat.
Dengan adanya LAPAN maka operasi penangkapan dapat berjalan dengan lancar
dengan memanfaatkan suhu permukaan laut, kandungan klorofil perairan dari
citera yang dihasilkan oleh satelit yang di olah oleh pihak LAPAN yang terkait.
Apa bila kita sudah mendapat data tentang suhu permukaan laut, kandungan
klorofil perairan maka kita bisa mengetahui dimana ikan berada, seperti pada
suhu karena semua ikan mempunyai konsentrasi suhu yang berbeda begitu pula
dengan klorofil apa bila kandungan klorofil banyak maka pasti sudah banyak ikan
di daerah tersebut (Kadjun, 2014).
Berdasarkan wawancara narasumber di LAPAN diketahui LAPAN menerima data dari
satelite antariksa kemudian di rekam oleh antena parabola, setelah perekaman
kemudian data diolah kemudian hasil olahan data satelite berupa titik – titik
koordinat yang akan dikirimkan kepada kelompok kelompok nelayan dalam bentuk
pesan singkat SMS, nelayan dengan menggunakan GPS akan mencocokkan titik
koordinat dengan lokasi penangkapan, nantinya akan menangkap pada titik koordinat
yang diberikan.
Gambar 2. Antena Parabola
2. Penerapan SIPT di LAPAN
Hasil kunjungan di Lapan Pare-pare sudah banyak
pengaplikasian atau penerapan SIPT terhadap Lapan Pare-pare seperti pendugaan
stok ikan, lokasi penangkapan atau fishing
ground, konsentrasi klorofil-a, kecepatan arus dan suhu permukaan laut
(SST). Dengan data-data yang ada maka nelayan sudah mampu memaksimalkan
penangkapan karena sudah menggunakan teknologi seperti GPS yang bisa mendeteksi
lokasi penangkapan ikan.
Gambar 3. Gedung Pengolahan Data
Tempat pengelolahan data yang diperoleh dari perekaman, tempat ini menjadi
pengelolahan data sehingga menjadi data mentah yang akan dikirim ke pusat
sesuai dengan jadwal atau permintaan dalam bentuk print out.
Gambar 4. Ruang Pengolahan Data
3. Alur Peta Nelayan
LAPAN menerima data dari satelite antariksa kemudian di rekam oleh antena
parabola, setelah perekaman kemudian data diolah, lebih jelasnya dapat dilihat
alur di bawah ini
Satelite Antena Pengolahan data di LAPAN
SMS Kelompok nelayan
Zona potensi penangkapan SPL dan Klorofil
Nelayan mencocokkan ke GPS Melakukan penangkapan pada tititk
Koordinat
Gambar 5. Alur
Peta Nelayan
Berdasarkan bagan di atas
diketahui LAPAN menerima data dari satelite antariksa kemudian di rekam oleh
antena parabola, setelah perekaman kemudian data diolah kemudian hasil olahan
data satelite berupa titik – titik koordinat yang akan dikirimkan kepada
kelompok kelompok nelayan dalam bentuk pesan singkat SMS, nelayan dengan
menggunakan GPS akan mencocokkan titik koordinat dengan lokasi penangkapan,
nantinya akan melakukan aktifitas penangkapan ikan pada titik koordinat yang
diberikan.
B. Parameter Oseanografi
Ketersediaan sumberdaya ikan pada suatu wilayah akan
berubah seiring dengan perubahan lingkungan, yang menyebabkan ikan akan memilih
tempat yang sesuai dengan kondisinya dan perubahan itu dapat terjadi dalam
waktu yang pendek maupun panjang. Dengan
demikian keberadaan sumberdaya ikan dalam suatu wilayah dapat dimanfaatkan
dengan menggunakan teknologi penangkapan ikan yang lebih modern ikan akan
selalu mencari tempat yang sesuai dengan sifat hidupnya, dan biasanya suatu
jenis ikan mempunyai suhu optimum yang khusus dengan sifatnya (Hutabarat dan
Evans, 2008).
Parameter fisika air terdiri dari suhu, kecerahan, sifat
optis air, kekeruhan, kecepatan arus, gelombang dan pasang surut. Hal – hal
tersebut dapat mempengaruhi kepadatan dan kelimpahan biota laut pada suatu
daerah penangkapan ikan. Untuk mengetahui pengaruh dari parameter oseanogarafi
terhadap keberadaan dan kelimpahan ikan maka dilakukanlah pengukuran suhu,
salinitas dan kecepatan arus.
1. Suhu
Dari hasil pengamatan yang telah di lakukan maka di
dapat suhu yang
masih dalam kondisi yang mendukung
untuk berjalannya aktifitas
organisme perairan. Sebagaimana
di jelaskan oleh (Romimohtarto,
2002) bahwa suhu yang
berkisar 27 – 32 0C baik untuk kehidupan
organisme perairan. Suhu mempunyai hubungan searah dengan hasil
tangkapan sehingga
semakin tinggi suhu perairan
maka hasil tangkapan akan bertambah
dan kebalikannya semakin
rendah suhu perairan maka menurun
jumlah hasil tangkapan.
2. Salinitas
Secara
umum salinitas merupakan
kandungan garam dalam kilogram
air laut yang dinyatakan dalam
per mil (‰). Salinitas merupakan
faktor yang sangat
Pengaruh Salinitas Terhadap
Ikan Teri penting yang memberi kemampuan organisme beradaptasi dengan lingkungan.
Sebaran salinitas di perairan di pengaruhi oleh faktor penguapan, curah hujan,
sirkulasi masa air dan debit air yang berasal dari aliran sungai (Romimohtarto, 2002).
3. Arus
Arus
menjadi salah satu faktor banyak tidaknya hasil tangkapan. Arus yang terlalu
kencang akan membuat ikan menjadi tidak betah tinggal lama dalam catchable
area. Selain itu arus yang
terlalu kencang juga akan menghambat
proses naiknya jaring saat hauling
sehingga kemungkinan ikan yang lolos akan lebih besar. kecepatan arus
pada saar surut lebih besar karena adanya pengaruh gaya tarik bumi yang menarik
aliran air ke daerah yang lebih dalam. Sedangkan pada waktu pasang air bergerak
menuju daerah yang lebih dangkal. (Romimohtarto, 2002).
C. Komposisi Jenis Ikan
1.
Hasil tangkapan kapal Bagan 1 dan 5
Ikan yang paling dominan
tertangkap yaitu ikan Tuna sebanyak 19 % dan beberapa hasil tangkapan ikan Teri
dan Peperek sebanyak 18 %, Ikan Jampu-jampu dan Tembang sebanyak 17 % dan hasil
tangkapan yang paling sedikit yaitu Ikan Layur 11 %.
Gambar 6. Diagram komposisi hasil
tangkapan kapal 1 dan 5
2. Hasil tangkapan bagan 2
Pada hasil tangkapan bagan
2 ikan yang paling dominan tertangkap yaitu ikan Tembang 41 % dan hasil
tangkapan ikan Teri 31 % dan hasil tangkapan
paling sedikit yaitu ikan Peperek 28 %.
Gambar
7. Diagram hasil tangkapan kapal 2
3. Hasil tangkapan kapal Bagan 3
Pada hasil tangkapan kapl 3 menunjukkan bahwa tangkapan terbanyak yaitu
ikan Tembang 36 %, ikan hasil tangkapan yang lainnya itu seperti ikan teri 29
%, ikan Peperek 28 % dan ikan hasil tangkapan yang paling sedikit yaitu ikan
Ciko-ciko 7 %.
Gambar
8. Diagram hasil tangkapan kapal 3
4.
Hasil tangkpan kapal Bagan 4
Pada hasil tangkapan kapal
4 ikan yang paling dominan tertangkap yaitu ikan Tembang 46 %, hasil tangkapan
ikan lainnya seperti ikan Peperek 35 % ikan Teri 15 %, dan ikan hasil tangkapan
paling sedikit yaitu ikan Layur 4 %.
Gambar
9. Diagram hasil tangkapan kapal 4
5. Hasil Tangkapan Kapal 6
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa pada
kapal 6, hasil tangkapan tertinggi yaitu ikan peperek (Leiognatus equllus) sebanyak 48%, kemudian disusul ikan tembang (Sardinella fimbriata) sebanyak 30%, dan ikan teri (Stolephorus commersoni) merupakan hasil tangkapan
yang terendah yaitu sebanyak sebanyak 22%.
Gambar
10. Komposisi hasil tangkapan kapal 6
6. Hasil Tangkapan kapal 7
Berdasarkan grafik di atas, dapat
diketahui bahwa pada kapal 7, hasil tangkapan tertinggi yaitu ikan tembang (Sardinella fimbriata) dan ikan
teri (Stolephorus commersoni) sebanyak 35%, dan ikan
peperek (Leiognatus equllus) merupakan hasil tangkapan
yang terendah yaitu sebanyak 30%.
Gambar
11. Komposisi hasil tangkapan kapal 7
7. Hasil Tangkapan Kapal 8
Berdasarkan grafik di atas, dapat
diketahui bahwa pada kapal 8, hasil tangkapan tertinggi yaitu ikan tembang (Sardinella fimbriata) sebanyak 34% sedangkan
hasil tangkapan ikan teri (Stolephorus
commersoni)
danikan peperek (Leiognatus equllus) sama yaitu sebanyak 34%.
Gambar
12. Komposisi hasil tangkapan kapal 8
8. Hasil Tangkapan Kapal 10
Berdasarkan grafik di atas,
dapat diketahui bahwa pada kapal 10, hasil tangkapan tertinggi yaitu ikan
teri (Stolephorus commersoni)
sebanyak
54%sedangkan
hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata)
dan ikan peperek
sama yaitu sebanyak 23%.
Gambar
13. Komposisi hasil tangkapan kapal 10
D. Hubungan faktor oseanografi dengan hasil tangkapan
1. Suhu
a.
Pengaruh
Suhu Terhadap Ikan Teri
Produksi hasil
tangkapan tertinggi pada ikan teri berada pada kisaran suhu 28 ⁰C dan produksi
terendah pada ikan teri berada di kisaran suhu 31 ⁰C. Gambar diatas juga
menunjukkan nilai koefisien korelasi yaitu 0,0019 yang berarti bahwa pengaruh suhu permukaan
laut terhadap produksi ikan teri hanya 0,19 % dan 99,81% dipengaruhi oleh
faktor dari luar.
Gambar 14. Pengaruh Suhu Terhadap Ikan
Teri
b. Pengaruh Suhu Terhadap Ikan
Tembang
Produksi hasil tangkapan tertinggi pada ikan Tembang
berada pada kisaran suhu 27 ⁰C dan produksi terendah berada di kisaran suhu 24
⁰C. Gambar diatas juga menunjukkan nilai koefisien korelasi yaitu 0,0063 yang berarti bahwa pengaruh suhu permukaan
laut terhadap produksi ikan teri hanya 0,63 % dan 99,37% dipengaruhi oleh
faktor dari luar.
Gambar 15. Pengaruh Suhu Terhadap Ikan Tembang
c. Pengaruh Suhu Terhadap Ikan
Bete-bete
Produksi
hasil tangkapan tertinggi pada ikan Bete-bete berada pada kisaran suhu 29 ⁰C
dan produksi terendah pada ikan Bete-bete berada di kisaran suhu 25 ⁰C. Gambar
diatas juga menunjukkan nilai koefisien korelasi summer eror.
Gambar 16. Pengaruh Suhu Terhadap Ikan Bete-bete
2. Salinitas
a.
Pengaruh
Salinitas Terhadap Ikan Teri
Produksi
hasil tangkapan tertinggi pada ikan teri berada pada kisaran salinitas 27 ppt
dan produksi terendah pada ikan teri berada di kisaran 24 ppt . Gambar diatas
juga menunjukkan nilai koefisien korelasi yaitu 0,1972 yang berarti bahwa pengaruh kecepatan arus terhadap
produksi ikan teri hanya 19 % dan 81 % lainnya dipengaruhi oleh faktor dari
luar.
Gambar 17. Pengaruh Salinitas Terhadap
Ikan Teri
b.
Pengaruh
Salinitas Terhadap Ikan Tembang
Produksi hasil tangkapan tertinggi pada ikan Tembang
berada pada kisaran salinitas 24 ppt dan produksi terendah pada ikan Tembang
berada di kisaran 26 ppt . Gambar diatas juga menunjukkan nilai koefisien
korelasi yaitu 0,188 yang berarti bahwa pengaruh kecepatan arus terhadap
produksi ikan teri hanya 18 % dan 82 % lainnya dipengaruhi oleh faktor dari
luar.
Gambar 18. Pengaruh Salinitas Terhadap
Ikan Tembang
c.
Pengaruh
Salinitas Terhadap Ikan Bete-bete
Produksi
hasil tangkapan tertinggi pada ikan Bete-bete berada pada kisaran salinitas 30
ppt dan produksi terendah pada ikan Bete-bete berada di kisaran 26 ppt . Gambar
diatas juga menunjukkan nilai koefisien korelasi yaitu 0,0226 yang berarti bahwa pengaruh kecepatan arus
terhadap produksi ikan teri hanya 0,26 % dan 99,74 % lainnya dipengaruhi oleh
faktor dari luar.
Gambar 19. Pengaruh Salinitas Terhadap
Ikan Bete-bete
3. Arus
a.
Pengaruh
Arus Terhadap Ikan Teri
Produksi
hasil tangkapan tertinggi pada ikan teri berada pada kisaran kecepatan arus
0,07 m/s dan produksi terendah pada ikan teri berada di kisaran 0,03 m/s.
Gambar diatas juga menunjukkan nilai koefisien korelasi yaitu 0,2366 yang
berarti bahwa pengaruh kecepatan arus terhadap produksi ikan teri hanya 23 %
dan 77 % lainnya dipengaruhi oleh faktor dari luar.
Gambar 20. Pengaruh Arus Terhadap Ikan
Teri
b.
Pengaruh
Arus Terhadap Ikan Tembang
Produksi
hasil tangkapan tertinggi pada ikan Tembang berada pada kisaran kecepatan arus
0,06 m/s dan produksi terendah pada ikan Tembang berada di kisaran 0,08 m/s.
Gambar diatas juga menunjukkan nilai koefisien korelasi yaitu 0,0023 yang berarti
bahwa pengaruh kecepatan arus terhadap produksi ikan teri hanya 0,23 % dan
99,77 % lainnya dipengaruhi oleh faktor dari luar.
Gambar 21. Pengaruh Arus Terhadap Ikan
Tembang
c.
Pengaruh
Arus Terhadap Ikan Bete-bete
Produksi hasil tangkapan tertinggi pada ikan Bete-bete
berada pada kisaran kecepatan arus 0,06 m/s dan produksi terendah pada ikan
Bete-bete berada di kisaran 0,08 m/s. Gambar diatas juga menunjukkan nilai
koefisien korelasi yaitu 0,1457 yang berarti bahwa pengaruh kecepatan arus
terhadap produksi ikan teri hanya 14 % dan 86 % lainnya dipengaruhi oleh faktor
dari luar.
Gambar 22. Pengaruh Arus Terhadap Ikan
Bete-bete
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kunjungan
belajar di LAPAN Pare-pare kami dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
LAPAN Pare-Pare
adalah suatu lembaga pemerintahan departemen yang bertanggungjawab langsun
kepada Presiden Republik Indonesia dan pelaksanaan tugasnya dikoordinasikan
oleh Menteri yang bertanggungjawab di bidang Resed dan Tekhnologi. Penginderaan jauh
adalah merupakan ilmu dan system perolehan informasi tentang suatu obyek
wilayah atau gejala-gejala di permukaan bumi dengan analisis data yang
diperoleh dari suatu alat tanpa menyentuh atau kontak langsun dengan sasaran
atau obyek yang dikaji.
Satelit Bumi LAPAN
Pare-Pare merupakan sarana atau sumber belajar atau laboratorium geografi
tentang penginderaan jauh khususnya di bidang instalasi pemanfaatan sumber daya
alam di Indonesia bahagian tengah, sehingga dapat berdampak terhadap
pembangunan diberbagai bidang seperti pengembangan tata ruang kota, pertanian,
perkebunan bahkan di bidang pendidikan.
Sedangakan komposisi
hasil tangakapan bagan perahu di kab. Barru yaitu Ikan tuna, peperek, teri,
tembang, jampu-jampu, layur dan ikan ciko ciko.
B. Saran
Sebaiknya praktik lapang berikutnya dilaksanakan pada
lokasi yang berbeda dengan alat tangkap yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Barru.
2011. http:// barrukab.bps.go.id. Diakses pada 20 November 2015
Baskoro, M. S dan Yusfiandayani, R.
2012. Metode penangkapan ikan. Dept. PSP, FPIK IPB. Bogor.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Sulawesi Selatan. 2007. Laporan Statistik
Perikanan Tangkap
Effendie M I.2002. Biologi
perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 63 hlm
Romimohtarto, K. Juwana, S. 2005. Biologi Laut. Ilmu Tentang Biologi Laut.
Penerbit Djamban, Jakarta. 540 hal.
Subani W dan
Barus HR. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indonesia.
Nomor 50 Tahun 1988/1999. Edisi Khusus. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Laut, Badan Penelitian Perikanan laut, Departemen Pertanian.
Nomor 50 Tahun 1988/1999. Edisi Khusus. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Laut, Badan Penelitian Perikanan laut, Departemen Pertanian.
LAMPIRAN
Kunjungan di LAPAN Kabupaten Pare
pare
Hasil Tangkapan Sampingan nelayan bagan perahu memakai
pancing
Kegiatan bakar bakar ikan di atas bagan pada waktu
istirahat