Wednesday, February 22, 2017

LAPORAN OPERASI PENANGKAPAN IKAN BAGAN PERAHU DI KECAMATAN TANETE RILAU, KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN

LAPORAN PRAKTIK LAPANG TERPADU PSP 2016
MATA KULIAH OPERASI PENANGKAPAN IKAN


OPERASI PENANGKAPAN IKAN BAGAN PERAHUDI KECAMATAN TANETE RILAU, KABUPATEN BARRUSULAWESI SELATAN














PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016





KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena hidayah-Nya laporan ini dapat dibuat. Laporan mengenai Operasi Penangkapan Ikan, ini dibuat guna memenuhi tugas dari mata kuliah Operasi Penangkapan Ikan. Adapun bahan laporan yang digunakan merupakan hasil dari praktik lapang dan beberapa sumber seperti jurnal.
Terima kasih kami tuturkan kepada segala pihak yang membantu dalam pembuatan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi orang-orang yang membutuhkan, utamanya mengenai topik yang terkait dengan Operasi Penangkapan Ikan. Penulis sadar laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran masih sangat diperlukan guna perbaikan ke depannya.

Makassar, 7 November 2016

      Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………....................... i
DAFTAR ISI……………………………………………………………...................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... iv
I  PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang.................................................................................................. 1
B.  Tujuan............................................................................................................... 2
II  METODE PRAKTIK
A.  Waktu dan Tempat........................................................................................... 3
B.  Alat dan Kegunaan............................................................................................ 3
C.  Prosedur kerja................................................................................................... 4

III HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Deskripsi Alat Tangkap.................................................................................. 5
B.  Deskripsi Alat Bantu....................................................................................... 6
C.  Manajeme Operasi Penangkapan............................................................... 10
D.  Hasil Tangkapan .......................................................................................... 11
E.  Sistem Kerja................................................................................................. 12

IV  PENUTUP
A.  Kesimpulan................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 21

DAFTAR GAMBAR
                                       
NO.                                                                                                         HALAMAN
1.    Peta lokasi daerah penangkapan bagan perahu............................................... 5
2.    Bagan perahu di kabupaten Barru..................................................................... 7
3.    Mesin penggerak yang digunakan pada bagan perahu.................................... 7
4.    Rangka pada bagan perahu.............................................................................. 8
5.    Jaring yang digunakan pada bagan perahu...................................................... 9
6.    Penyalaan lampu pada rangka bagan perahu.................................................. 9
7.    Proses hauling pada bagan perahu................................................................. 10
8.    Diagram hasil tangkapan................................................................................ 11
9.    Komposisi hasil tangkapan ............................................................................. 12
10.  Diagram hubungan antara ikan teri dengan suhu........................................... 13
11.  Diagram hubungan antara ikan tembang dengan suhu.................................. 13
12.  Diagram hubungan antara ikan bete-bete dengan suhu................................. 14
13.  Diagram hubungan antara ikan teri dengan salinitas...................................... 15
14.  Diagram hubungan antara ikan tembang dengan salinitas............................. 15
15.  Diagram hubungan antara ikan bete-bete dengan salinitas............................ 16
16.  Diagram hubungan antara ikan teri dengan arus............................................ 17
17.  Diagram hubungan antara ikan tembang dengan arus.................................. 18
18.  Diagram hubungan antara ikan bete-bete dengan arus................................. 19

DAFTAR TABEL
NO.                                                                                                         HALAMAN
1. Alat yang digunakan ........................................................................................... 3



I.       PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang

Kabupaten Barru terletak di Pantai Barat Sulawesi Selatan, berjarak sekitar 100 km arah utara Kota Makassar. Secara geografis terletak pada koordinat 4°05'49" LS - 4°47'35"LS dan 119°35'00"BT - 119°49'16"BT. Di sebelah Utara Kabupaten Barru berbatasan Kota Parepare dan Kabupaten Sidrap, sebelah Timur berbatasan Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Bone, sebelah Selatan berbatasan Kabupaten Pangkep dan sebelah Barat berbatasan Selat Makassar. Kabupaten Barru seluas 1.174,72 km2, terbagi dalam 7 kecamatan yaitu : Kecamatan Tanete Riaja seluas 174,29 km2, Kecamatan Tanete Rilau seluas 79,17 km2, Kecamatan Barru seluas 199,32 km2, Kecamatan Soppeng Riaja seluas 78,90 km2, Kecamatan Mallusetasi seluas 216,58 km2,Kecamatan Pujananting seluas 314,26 km2, dan Kecamatan Balusu seluas 112,20 km2. Selain daratan, terdapat juga wilayah laut teritorial seluas 4 mil dari pantai sepanjang 78 km. Kabupaten Barru adalah salah satu Daerah potensial di bidang kelautan dan perikanan.luas wilayah penangkapan ikan laut sekitar 56.160 Ha, tambak sekitar 2.570 Ha, pantai 1.400 Ha dan areal budidaya kolam/air tawar 39 Ha (Barrukab.Go.Id, 2013).
Dalam setiap pengoperasian suatu alat tangkap perlu dilakukan pengelolaan metode pengoperasian dari alat tangkap. Pengaturan dilakukan mulai dari persiapan sebelum mengoperasikan alat tangkap, proses pengoperasian alat tangkap, penanganan hasil tangkapan sampai pemasaran hasil tangkapan. Manajemen Operasi Penangkapan Ikan adalah suatu proses pengelolaan, perencanaan operasi penangkapan ikan untuk mencapai target tangkap dan penjualan dengan saling bekerja sama untuk memaksimalkan semua potensi dalam perusahaan (Anonim, 2010).

B.        Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari dilakukannya parktik lapang operasi penangkapan ikan ini pada alat tangkap bagan perahu yang beroperasi di lingkungan Matene adalahmengetahui manajemen dalam pengoperasian alat tangkap bagan perahu.
Kegunaan dari praktik lapang ini adalah sebagai bahan referensi untuk pembelajaran dan pegelolaan perikanan tagkap di masa yang akan datang.
II. METODE PRAKTIK

A.        Waktu dan Tempat

Praktik lapang eksplorasi perikanan tangkap ini dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober – 31 Oktober 2016 yang berlokasi di Lingkungan Mate’ne, Kelurahan Tanete, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.











Gambar 1. Peta lokasi Praktik Lapang

B.     Alat dan Bahan

1.      Alat
Alat yang digunakan selama praktik lapang Operasi Penangkapan Ikan di Barru dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis dan kegunaan alat praktik
Alat
Kegunaan
Bagan Perahu
Sebagai alat tangkap yang digunakan dalam praktik lapang
Alat Tulis
Untuk mencatat semua data yang didapat dari hasil praktik lapang
Papan Alas
Untuk mempermudah praktikan selama praktek dalam menulis data-data yang telah didapatkan.
Penggaris
Untuk mengukur panjang tubuh ikan hasil tangkapan
Thermometer
Untuk mengukur suhu perairan pada daerah penangkapan ikan
GPS (Global Position System)
Untuk melihat titik koordinat fishing base dan fishing ground
Layangan Arus
Untuk mengukur kecepatan arus pada daerah penangkapan ikan
Kamera
untuk mendokumentasikan segala peralatan dan kegiatan yang dilakukan selama praktik lapang
Pelampung
Pelampung digunakan sebagai alat keselamatan selama praktik.

2.      Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktik lapang operasi penangkapan ini adalah kuisioner yang merupakan pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada nelayan bagan perahu.

C.     Metode Pengambilan Data

Dalam praktik lapang operasi penangkapan ikan, praktikan melakukan pengambilan data dengan beberapa metode sebagai berikut:
1.      Observasi
Observasi melibatkan mahasiswa untuk ikut melaut bersama nelayan untuk menangkap ikan serta melihat langsung proses penangkapan ikan dan mengetahui daerah penangkapan yang dioperasikan alat tangkap bagan perahu. Ada beberapa data yang harus dikumpulkan yaitu:
a)  Pengambilan titik kordinat fishing base dan fishing ground tiap hauling dengan menggunakan GPS (global position system).
b)  Pengukuran ikan hasil tangkapan dengan menggunakan penggaris.
c)  Pengukuran suhu perairan pada daerah penangkapan dengan menggunakan thermometer setiap hauling.
·      Air laut yang akan diukur suhunya diambil menggunakan wadah timba/ember.
·      Thermometer diaktifkan kemudian dicelupkan setengah ke dalam wadah yang berisi air laut.
·      Tunggu beberapa menit sampai angka pada layar thermometer tidak mengalami perubahan, setelah tetap angka pada thermometer itulah yang merupakan suhu permukaan laut.
d)  Pengukuran kecepatan arus dengan menggunakan layangan arus setiap hauling. Cara pengukurannya yaitu sebagai berikut:
·           Layangan arus di turunkan dan memegang ujung tali,
·           Setelah diturunkan, stopwatch dinyalakan, tunggu sampai tali terbentang sempurna,
·           Setelah tali terbentang sempurna, stopwatch dimatikan,
·           Hitung kecepatan arus dengan rumus :  , (diketahui jarak/panjang tali 10 m).
e)     Pengukuran salinitas dengan menggunakan salinometer.
·      Air laut yang akan diukur salinitasnya diambil menggunakan wadah timba/ember.
·      Salinometer diaktifkan kemudian dicelupkan setengah ke dalam wadah yang berisi air laut.
·      Tunggu beberapa menit sampai angka pada layar salinometer tidak mengalami perubahan, setelah tetap angka pada salinometer itulah yang merupakan suhu permukaan laut.
2.      Wawancara
Wawancara bertujuan untuk melengkapi data yang dibutuhkan. Mahasiswa melakukan wawancara langsung dengan beberapa nelayan mengenai  proses penangkapan ikan dan daerah penangkapan dengan menggunakan bagan perahu.
3.      Studi Literatur
Studi literatur merupakan cara untuk membandingkan atau melengkapi segala kekurangan yang ada pada kunjungan praktik lapangan dengan literatur yang digunakan, dalam hal ini literatur yang berkaitan dengan daerah penangkapan ikan dengan menggunakan bagan perahu.



II.            HASIL DAN PEMBAHASAN

A.        Deskripsi Alat Tangkap

1.      Kapal
Bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap yang menggunakan cahaya sebagai alat bantu penangkapannya. Berdasarkan cara pengoperasiannya bagan dapat dikelompokkan kedalam jaring angkat. Sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi serta kemajuan yang telah dicapai oleh masyarakat maka desain dan konstruksi bagan semakin berkembang. Komponen dan peralatan bagan yang penting adalah perahu, jaring, rangka bagan, lampu dan generator sebagai pembangkit listrik (Sudirman, 2003).
Bagan perahu mempunyai konstruksi yang dapat dipindah-pindah (dioperasikan pada berbagai tempat) dengan ditarik menggunakan perahu. Bagan perahu dibuat dari  rangkaian atau susunan bambu  berbentuk segi.Di atas bangunan bagan juga terdapat roller (sejenis pemutar) dari bambu yang berfungsi untuk menarik jaring.  Kapal yang digunakan memiliki dimensi L = 25 m, B= 24 m, D= 2 m.

Gambar 2. Bagan perahu di perairan Kabupaten Barru
Bagan perahu yang digunakan oleh nelayan Kabupaten Barru adalah bagan perahu (mobile lift net) nelayan di daerah tersebut biasa menyebutnya bagan pete-pete  yang digerakkan dengan mesin penggerak bernama mesin truk  bertenaga 120 PK.
Kapal pada alat tangkap bagan perahu di Kecamatan Tanete Rilau memiliki ukuran panjang 24 m, lebar 2,5 meter dan tinggi 1,5 m. Fungsi kapal itu sendiri pada alat tangkap bagan perahu sebagai alat mobilisasi agar alat tangkap dapat berpindah pada wilayah perairan.
            Berdasarkan hasil wawancara pemilik kapal, harga untuk pengadaan 1 unit kapal beserta rangka bagan sebesar Rp 250.000.000,- dengan daya tahan pemakaian selama 15 tahun. Saat ini pemakain kapal sudah mencapai 7 tahun. Perawatan kapal dilakukan dengan pengecatan kembali setiap satu bulan


Gambar 3. Mesin roller pada bagan perahu

Gambar 4. Mesin penggerak pada bagan perahu








Gambar 5. Mesin lampu pada bagan perahu
Dari ketiga gambar diatas terdapat 3 mesin yang digunakan pada pengoperasian alat tangkap tersebut, yakni mesin genset/ mesin lampu yang digunakan untuk menyalakan semua lampu yang ada di bagan tersebut. Kemudian mesin penggerak digunakan untuk menggerakkan bagan perahu dari fishing base menuju fishing ground begitupun sebaliknya. Sedangkan mesin roller digunakan untuk menaik turunkan jaring yang ada pada bagan tersebut begitpun sebaliknya dan juga menaik turunkan jangkar yang ada pada bagan tersebut, roller juga digunakan untuk menaikkan jaring pada setting dan menurunkan jaring pada hauling.
2.   Rangka
Pada dasarnya alat ini terdiri dari bambu, jaring yang berbentuk persegi empat yang diikatkan pada bingkai yang terbuat dari bambu, pada ke-empat sisinya terdapat bambu-bambu yang melintang dan menyilang dengan maksud untuk memperkuat berdirinya bagan, diatas bangunan bagan di bagian tengah terdapat bangunan rumah yang berfungsi sebagai tempat istirahat, pelindung lampu dari hujan dan tempat untuk melihat ikan dan berukuran 23m x 24 m,












Gambar 6. Rangka pada bagan perahu  di Kabupaten
Barru
3.   Jaring
Jaring yang digunakan adalah jaring yang disebut dengan waring dengan mata jaring 0.4 mm dengan posisi terletak pada bagian bawah bangunan bagan yang diikatkan pada bingkai bambu yang berbentuk segi empat dan memiliki dimensi L= 27m X B= 22 m.Bingkai bambu tersebut dihubungkan dengan tali pada ke-4 sisinya yang berfungsi untuk menarik jaring. Pada ke-4 sisi jaring diberi pemberat yang berfungsi untuk menenggelamkan jaring dan memberikan posisi jaring yang baik selama dalam air. Ukuran jaring biasanya satu meter lebih kecil dari ukuran bangunan bagan (Subani dan Barus 1989).


Gambar 7. Jaring bagan perahu

B.        Deskripsi Teknologi Alat Bantu Penangkapan

Berdasarkan pengamatan, alat bantu penangkapan ikan yang digunakan dalam operasi penangkapan pada bagan perahu yaitu lampu,serok (scoope net), dan roller/pemutar. Lampu  sebagai atraktor berfungsi untuk mengumpulkan ikan pada catch able area. Gunarso (1985) mengatakan bahwa dengan aktraktor cahaya, ikan diharapkan akan bergerak ke arah bagan dan kemudian berkumpul. Sumber cahaya yang digunakan pada perikanan bagan biasanya cahaya lampu petromak. Ada juga bagan yang menggunakan lampu listrik sebagai atraktor untuk mengumpulkan ikan. Penggunaan cahaya di bawah air dapat menjadikan pemikatan ikan lebih efektif pada saat bulan terang dimana ikan umumnya menyebar.
a.      Lampu
Gambar 8. Lampu pada bagan perahu
Lampu yang digunakan pada bagan perahu oleh nelayan perairan Kabupaten Barru yaitu lampu petromak dengan daya yang berbeda-beda yaitu 50 watt, 300 watt, dan 500 watt. Jumlah lampu yang digunakan pada bagan perahu di kapal 1 yakni sebanyak 36 buah, dengan 32 buah lampu berwarna putih dan 4 buah lampu fokus. Daya tahan lampu yang digunakan yakni 3 tahun sedangkan harga Rp.15.000/buah.
b.     
 Serok

Gambar 9.Serok bagan perahu
Serok berfungsi sebagai alat bantu penangkapan, nelayan bagan perahu tersebut juga menggunakan serok sebagai alat bantu untuk mempermudah dan mempercepat dalam mengambil hasil tangkapan yang berkumpul pada jaring ketika hauling.
c.     
4
3
2
1
Roller
Gambar 10. Roller pada bagan perahu di Kabupaten Barru.

Roller sebagai alat bantu pada bagan perahu berfungsi untuk memudahkan pada saat pengangkatan jaring. Saat jaring sudah mendekati permukaan, lalu pengangkatan jaring dipercepat agar ikan yang sudah ada dalam bingkai jaring tidak meloloskan diri. Ini merupakan salah satu faktor keberhasilan operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap bagan perahu.Terapat 4 roller pada alat tangkap bagan perahu yang memiliki fungsi yang berbeda-beda yakni, roller 1 merupakan roller utama yang digunakan untuk menaikkan jaring pada saat hauling dan menurunkan jaring pada saat setting, roller 2 membantu menaikkan dan menurunkan jaring, roller 3 digunakan untuk menaikkan dan menurunkan jangkar, dan roller 4 digunakan untuk menaik turunkan pemberat.
C.        Manajemen Operasi Penangkapan Ikan
Manajemen operasi penangkapan ikan merupakan suatu yang dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana manajement waktu yang digunakan suatu alat tangkap agar penangkapan ikan besifat efisien dan efektif.

Tabel 2. Manajemen waktu operasi penangkapan ikan bagan perahu
Jenis Aktivitas
Uraian Kegiatan
Waktu yang dibutuhkan (Menit)
Jadwal Kegiatan
Tenaga Kerja yang Terlibat
Mulai jam
(WITA)
Selesai jam
(WITA)
1
Pengisian bahan bakar solar
2
17.27
17.29
1
2
Pengisian es dan kebutuhan ransum
2
17.27
17.29
3
3
Persiapan ke FG
26
17.00
17.26
1
4
 Persiapan penyalaan lampu FG 1
3
17.22
17.25
2
5
Persiapan penyalaan lampu FG 2
3
20.56
20.59
2
6
Persiapan ke FB
10
16.50
17.00
3
7
Persiapan konsumsi untukmakan malam
47
18.11
18.58
3
8
Persiapan ke FG
27
16.56
17.23
3
9
Setting alat di FG 1
8
19.14
19.22
3
10
Kegiatan penangkapan FG 1
76
19.24
20.40
3
11
Penanganan ikan diatas kapal FG 1
7
20.48
20.55
1
12
Persiapan FG 2
3
20.46
20.49
1
13
Setting alat di FG 2
3
20.50
20.53
3
14
Kegiatan penangkapan FG 2
45
20.42
21.27
3
15
Penanganan ikan diatas kapal FG 2
2
20.45
20.47
1
16
Perjalanan pulang (FB)

24
21.50
22.14
3
17
Istirahat dalam perjalanan
15
19.20
19.35
3
18
Kapal mendarat di pangkalan, menaikkan ikan hasil tangkapan
40
19.35
20.15
3


D.        Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan pelagis kecil seperti tembang (Clupea sp), teri (Stolephorus sp), japuh (Dussumieria sp), selar(Charanx sp), pepetek (Leiognathus sp), kerot-kerot (Therapon sp), cumi-cumi (Loligo sp), sotong (Sepia sp), layur (Trichiurus sp) dan kembung (Rastrelliger sp) (Subani, 1972).
Monintja DR dan S Martasuganda (1989) mengungkapkan bahwa hasiltangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stolephorus sp), tembang(Clupea sp), peperek (Leiognathus sp), kembung (Rastrelliger sp), layur(Trichiurus sp), selar (Charanx sp), tenggiri (Scomberomorus sp), japuh (Dussumieria sp), cumi-cumi  (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp).
Berikut ini grafik hasil tangkapan berdasarkan perunit kapal dan jenis ikan hasil tangkapan pada bagan perahu.

Gambar 11. Hasil Tangkapan Bagan Perahu
Berdasarkan diagram di atas, dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan perahu yang beroperasi di  Desa Matene Kelurahan Tanete, Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru yaitu pada kapal 1 hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) sebanyak 110 kg, ikan teri (Stolephorus commersoni) sebanyak 110 kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equluus) sebanyak 110 kg. Pada kapal 2  hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) sebanyak 12 0kg,  ikan teri (Stolephorus commersoni) sebanyak 90 kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 80 kg. Pada kapal 3 hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) sebanyak 100 kg,  ikan teri (Stolephorus commersoni) sebanyak  80 kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 80 kg. Pada kapal 4 hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) sebanyak 245 kg, ikan teri (Stolephorus commersoni) sebanyak  80 kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 182 kg. Pada kapal 5 hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella Fimbriata) sebanyak 110 kg,  ikan teri (Stolephorus commersoni) sebanyak 110 kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 110 kg. Pada kapal 6 hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) sebanyak 95 kg,  ikan teri (Stolephorus commersoni) sebanyak 55 kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 120 kg. Pada kapal 7 hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) sebanyak 6 kg,  ikan teri (Stolephorus commersoni) sebanyak 7 kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 7 kg. Pada kapal 8 hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) sebanyak 306,7 kg,  ikan teri (Stolephorus commersoni) sebanyak 306,7 kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 306,7 kg. Pada kapal 10 hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) sebanyak 120 kg,  ikan teri (Stolephorus commersoni) sebanyak  50 kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 50 kg. Dari hasil total setiap kapal, hasil tangkapan terbanyak yaitu pada kapal 8
yaitu dengan nilai hasil tangkapan 306,7 kg.

Gambar 12. Komposisi hasil tangkapan
Komposisi hasil tangkapan dominan pada bagan perahu di kapal satu yakni ikan teri (Stolephorus commersoni) sebanyak 110 kg dengan persentase 34 % , ikan tembang (Sardinella fimbriata)  sebanyak 110 kg dengan persentase 33% dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 110 kg dengan persentase 33 %. Berdasarkan diagram lingkaran di atas telah di ketahui bahwa ikan yang tertangkap pada kapal satu cenderung merata setiap kali hauling
Hasil tangkapan ikan pada bagan perahu di perairan Selat Makassar, Kecematan Tanete Rilau, Kabupaten Barru adalah ikan tembang (Sardinella fimbriata), ikan teri (Stelophorus indicus ), dan ikan bete-bete ( Leiognathus sp) :




Gambar 13. Ikan tembang (Sardinella fimbriata )

Gambar 14. Ikan bete-bete (Leiognathus sp)


Gambar 15. Ikan teri (Stolephorus indicus)

E.        Sistem Kerja
No.
Nama
Tugas
1.
Alamsyah
Mengorganisasi smeua ABK yang ada di atas kapal
2.
Rahmat, dicky
Menaik dan menurunkan jangkar
3.
Darmin, ricky, wira, fian
Melakukan setting
4.
Sapar, same, pandi, wira,fian, darmin,ricky,rahmat,dicky
Melakukan proses hauling , dari pengangkatan jaring ke atas kapal samapi penanganan ikan di atas kapal

F. ASPEK- ASPEK PENGEMBANGAN
a. Aspek Biologi
Pengukuran parameter biologi pada laporan ini dilakukan terhadap sumberdaya ikan sebagai salah satu sampel penelitian. Beberapa parameter biologi yang ada yakni komposisi jenis hasil tangkapan, produksi hasil tagkapan, dan musim penangkapan.
Komposisi Jenis Hasil Tangkapan


Gambar 7. Komposisi hasil tangkapan
Komposisi hasil tangkapan dominan pada bagan perahu di kapal satu yakni ikan teri (Stolephorus commersoni) sebanyak 110 kg dengan persentase 34 % , ikan tembang (Sardinella fimbriata)  sebanyak 110 kg dengan persentase 33% dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 110 kg dengan persentase 33 %. Berdasarkan diagram lingkaran di atas telah di ketahui bahwa ikan yang tertangkap pada kapal satu cenderung merata setiap kali hauling
Hasil tangkapan ikan pada bagan perahu di perairan Selat Makassar, Kecematan Tanete Rilau, Kabupaten Barru adalah ikan tembang (Sardinella fimbriata), ikan teri (Stelophorus sp ), dan ikan bete-bete ( Leiognathus sp)
Musim penangkapan
Musim penangkapan ikan tersebut terbagi atas tiga yaitu musim puncak (Bulan Agustus - September), musim sedang (Bulan Oktober - Desember), dan musim paceklik (Desember-Maret). Pada musim puncak rata-rata produksi per trip yaitu 50 box dengan jenis ikan dominan yaitu ikan teri. Pada musim sedang rata-rata produksi per tripnya yaitu 10 box, sedangkan pada musim paceklik rata-rata produksi ikan teri per trip yaitu 1 ember dan bahkan nelayan biasanya tidak melaut. Ikan teri tersebut dijual berdasarkan musim penangkapannya, apabila memasuki musim puncak penangkapan ikan teri 1 box dapat dijual dengan kisaran harga Rp. 300.000 /box, untuk musim sedang ikan teri dapat dijual dengan harga Rp. 250.000/box, dan untuk musim paceklik ikan teri dapat dijual seharga Rp. 150.000/box (jika ada).
b. Aspek Tekhnisi
Pengukuran parameter tekhnisi pada laporan ini dilakukan terhadap sumberdaya ikan sebagai salah satu sampel penelitian. Beberapa parameter biologi yang ada yakni ukuran kapal, tenaga penggerak, jumlah lampu, dan lain-lainnya.
. Kapal
Bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap yang menggunakan cahaya sebagai alat bantu penangkapannya. Berdasarkan cara pengoperasiannya bagan dapat dikelompokkan kedalam jaring angkat. Sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi serta kemajuan yang telah dicapai oleh masyarakat maka desain dan konstruksi bagan semakin berkembang. Komponen dan peralatan bagan yang penting adalah perahu, jaring, rangka bagan, lampu dan generator sebagai pembangkit listrik (Sudirman, 2003).

Bagan perahu mempunyai konstruksi yang dapat dipindah-pindah (dioperasikan pada berbagai tempat) dengan ditarik menggunakan perahu. Bagan perahu dibuat dari  rangkaian atau susunan bambu  berbentuk segi.Di atas bangunan bagan juga terdapat roller (sejenis pemutar) dari bambu yang berfungsi untuk menarik jaring.  Kapal yang digunakan memiliki dimensi L = 25 m, B= 24 m, D= 2 m.
Gambar 2. Bagan perahu di perairan Kabupaten Barru
Bagan perahu yang digunakan oleh nelayan Kabupaten Barru adalah bagan perahu (mobile lift net) nelayan di daerah tersebut biasa menyebutnya bagan pete-pete  yang digerakkan dengan mesin penggerak bernama mesin truk  bertenaga 120 PK.
Kapal pada alat tangkap bagan perahu di Kecamatan Tanete Rilau memiliki ukuran panjang 24 m, lebar 2,5 meter dan tinggi 1,5 m. Fungsi kapal itu sendiri pada alat tangkap bagan perahu sebagai alat mobilisasi agar alat tangkap dapat berpindah pada wilayah perairan.

            Berdasarkan hasil wawancara pemilik kapal, harga untuk pengadaan 1 unit kapal beserta rangka bagan sebesar Rp 250.000.000,- dengan daya tahan pemakaian selama 15 tahun. Saat ini pemakain kapal sudah mencapai 7 tahun. Perawatan kapal dilakukan dengan pengecatan kembali setiap satu bulan
Gambar 3. Mesin roller pada bagan perahu

Gambar 4. Mesin penggerak pada bagan perahu

Gambar 5. Mesin lampu pada bagan perahu
Dari ketiga gambar diatas terdapat 3 mesin yang digunakan pada pengoperasian alat tangkap tersebut, yakni mesin genset/ mesin lampu yang digunakan untuk menyalakan semua lampu yang ada di bagan tersebut. Kemudian mesin penggerak digunakan untuk menggerakkan bagan perahu dari fishing base menuju fishing ground begitupun sebaliknya. Sedangkan mesin roller digunakan untuk menaik turunkan jaring yang ada pada bagan tersebut begitpun sebaliknya dan juga menaik turunkan jangkar yang ada pada bagan tersebut, roller juga digunakan untuk menaikkan jaring pada setting dan menurunkan jaring pada hauling
Lampu
Lampu yang digunakan pada bagan perahu oleh nelayan perairan Kabupaten Barru yaitu lampu petromak dengan daya yang berbeda-beda yaitu 50 watt, 300 watt, dan 500 watt. Jumlah lampu yang digunakan pada bagan perahu di kapal 1 yakni sebanyak 36 buah, dengan 32 buah lampu berwarna putih dan 4 buah lampu fokus. Daya tahan lampu yang digunakan yakni 3 tahun sedangkan harga Rp.15.000/buah.
C. Aspek Sosial
Ihsan (2000), menyatakan bahwa analisis aspek sosial perikanan tangkap meliputi penyerapan tenaga kerja per unit penangkapan atau jumlah tenaga kerja per unit penangkapan, penerimaan per unit penangkapan atau penerimaan nelayan yang diperoleh dari hasil per unit yaitu hasil bagi antara sistem bagi hasil dengan jumlah nelayan personil penangkapan, dan kemungkinan kepemilikan unit tangkap ikan untuk nelayan yang diperoleh dari penerimaan nelayan per tahun dibagi investasi dari setiap unit penangkapan.
Monintja et al. (1986), mengemukakan bahwa aspek sosial yang penting diperhatikan dalam pemilihan teknologi penangkapan ikan adalah penerimaan oleh nelayan (pengoperasian alat tangkap tidak menimbulkan friksi atau keresahan nelayan yang telah ada), ketersedian tenaga kerja (pendidikan dan pengalaman) serta memberikan pendapatan yang sesuai. Permasalahan utama usaha perikanan adalah sifat common property sumberdaya ikan, sehingga upaya seorang nelayan menimbulkan suatu biaya yang tidak diperhitungkan terhadap seluruh nelayan. Hal ini berpotensi menimbulkan friksi sosial antara nelayan dalam pemilihan teknologi penangkapan ikan. Oleh karena itu evaluasi terhadap perikanan tangkap yang akan dikembangkan hendaknya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat setempat. Tingkat partisipasi angkatan kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor demografi, sosial, dan ekonomi. Faktor ini antara lain adalah umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal (desa/kota), dan jumlah pendapatan.
Batasan parameter sosial meliputi penyerapan tenaga kerja, latar belakang pendidikan, penerimaan nelayan terhadap unit penangkapan bagan dan kelembagaan perikanan bagan.  
1) Penyerapan tenaga kerja   ƒ Jumlah nelayan yang bekerja dalam operasi penangkapan ikan pada bagan yaitu berkisar antara 9-10 orang per kapal.  ƒ Tenaga kerja yang diserap diluar dari operasi penangkapan bagan misalnya kuli angkut, pengumpul ikan, pedagang dan lain-lain.
2) Latar belakang pendidikan  ƒ Tingkat pendidikan nelayan secara formal maupun non formal serta penyuluhan-penyuluhan dari dinas setempat.
 3) Penerimaan nelayan lain terhadap bagan  ƒ Terjadinya konflik atau tidak antar nelayan bagan dengan alat tangkap lain.
 4) Kelembagaan perikanan bagan  Lembaga yang terkait dalam perikanan bagan yaitu kelembagaan pemerintah, bank, koperasi dan kelompok nelayan.
Jika ditinjau dari aspek sosial dapat disimpulkan bahwa masyarakat Matene sangat berbaur antar warga karena tidak pernah terjadi permusuhan khususnya pada kalangan nelayan itu sendiri sehingga aspek sosial mereka terbilang baik.
Tingkat pendidikan nelayan bagan di Barru masih relatif rendah yaitu mayoritas SD dan SLTP dan hanya sebagian tamat SLTA. Hal ini disebabkan karena nelayan berasal dari keluarga sederhana bahkan ada dari keluarga yang tidak mampu. Sehingga nelayan tidak dapat bersekolah kejenjang yang lebih  tinggi. Rendahnya pendidikan yang dimiliki menggambarkan tingkat kemampuan dalam melakukan penangkapan ikan juga relatif rendah. Pendidikan merupakan salah satu indikator untuk melihat mutu sumberdaya nelayan. Secara teoritis, makin tinggi pendidikan formal seseorang, maka semakin mudah untuk memahami informasi yang diterima dan semakin rasional pula ia dalam berfikir serta mempunyai wawasan yang luas.
D. Aspek Ekonomi/ Finansial
Sedangkan pada aspek ekonomi dapat dijabarkan bahwa taraf perekonomian masyarakat Matene masih dalam kategori standar karena hanya perpatokan pada hasil tangkapan, jika hasil tangkapan yang didapatkan menurun maka kondisi perekonomian mereka juga ikut menurun karena pemasukan berkurang. Jika ditinjau dari potensi perikanan tangkapnya yakni masih dapat dieksploitasi dilihat dari jumlah hasil tangkapan pada saat praktik lapang kemarin, meskipun pada saat praktik musim penangkapan yakni musim biasa tetapi jumlah hasil tangkapannya tergolong banyak.
Analisis Kelayakan Usaha
1. Biaya Investasi     
Tabel 3. Biaya investasi nelayan bagan perahu di Kota Barru
Jenis Investasi
Harga Perolehan (Rp)
Umur Teknis (th)
Jumlah (unit)
Total Investasi (Rp)
Biaya Penyusutan (Rp/th)
kapal
20.000.000
8
1
20.000.000
2.500.000
Mesin
20.000.000
20
1
20.000.000
1.000.000
Jaring
8.748.000
2
3
26.244.000
13.122.000
genset
15.000.000
20
3
45.000.000
2.250.000
Cool Box
50.000
1
10
500.000
500.000
Lampu
100.000
6
36
3.600.000
600.000
115.344.000
19.972.000


2. Biaya Operasional
Tabel 4. Biaya Operasional alat tangkap bagan perahu di Kota Barru
Jenis Variabel
Harga Beli
Jumlah (unit)
Harga beli/trip
harga perolehan/bulan
harga perolehan/tahun
Bensin
7.000
25
175.000
4.375.000
35.000.000
Solar
6.200
55
341.000
8.525.000
68.200.000
rokok
20.000
5
100.000
2.500.000
20.000.000
tenaga kerja
120.000
15
1.800.000
45.000.000
360.000.000
Es batu
2.000
120
240.000
6.000.000
48.000.000
Perbaikan Kapal



1.250.000
10.000.000
Perbaikan Mesin



300.000
2.000.000
Perbaikan Jaring



187.500
1.500.000
Perbaikan Genset



187.500
1.500.000
jumlah



68.325.000
546.200.000

3.    Produksi Per Trip
Tabel 6. Produksi per trip alat tangkap bagan perahu di Kota Barru


per-trip (gabus)
Harga Jual (Rp/unit
penerimaan/trip
Penerimaan/bulan
Penerimaan/tahun
Teri
5
200.000
1.000.000
25.000.000
200.000.000
Peperek
10
350.000
3.500.000
87.500.000
700.000.000
Jumlah
4.500.000
112.500.000
900.000.000

Discount Factor : 5%
NET B/C, NVP DAN IRR PROYEK KECIL

Tabel 7. Analisis kelayakan usaha
Analisis Net Present Value (NPV):
Tahun
Benefit
Cost
DF (i = 5%)
PV B
PV C
PV (B - C)

0
0
115.344.000
1
0
115.344.000
-115.344.000

1
900.000.000
546.200.000
0,952
857.142.857
520.190.476
336.952.381

2
945.000.000
546.200.000
0,907
857.142.857
495.419.501
361.723.356

3
992.250.000
546.200.000
0,864
857.142.857
471.828.096
385.314.761

4
1.041.862.500
546.200.000
0,823
857.142.857
449.360.092
407.782.765

5
1.093.955.625
546.200.000
0,784
857.142.857
427.961.992
429.180.865

NPV
1.805.610.128


Net B/C :
3.726.564.258
115.344.000
Net B/C :
32,30826275

Analisis IRR:
Tahun
Benefit
Cost
net (b-c)
DF (i' = 5 %)
PV' (B-C)
DF (i"= 90 %)
PV" (B-C)
0
0
115.344.000
-115.344.000
1
-115.344.000
1
-115.344.000
1
900.000.000
546.200.000
353.800.000
0,952
336.952.381
0,526
186.210.526
2
945.000.000
546.200.000
398.800.000
0,907
361.723.356
0,277
110.470.914
3
992.250.000
546.200.000
446.050.000
0,864
385.314.761
0,146
65.031.346
4
1.041.862.500
546.200.000
495.662.500
0,823
407.782.765
0,077
38.033.970
5
1.093.955.625
546.200.000
547.755.625
0,784
429.180.865
0,040
22.121.717
NPV' =
1.805.610.128
NPV" =
306.524.474






i' =
5
i" =
90
NPV' =
1.805.610.128
NPV" =
306.524.474
NPV'/(NPV'-NPV")=
1,204474
IRR =
107,38031
IRR (%)=
10.738,03
Jadi Dapat disimpulkan bahwa pada tingkat suku bunga 90 % keuntungan = 0


1.    Net Benefit/Cost Ratio
Pertumbuhan Analisis ini merupakan kelanjutan dari analisis NPV. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) adalah perbandingan antara jumlah NPV positf dengan jumlah NPV negatif. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya benefit berapa kali besarnya biaya dan investasi untuk memperoleh suatu manfaat.
Rumus analisis Net Benefit Cost Ratio adalah :
Net B/C Ratio =
Dimana:
NPV (+) = Total nilai PV of Net Benefit yang berjumlah positif
NPV (-) = Total nilai PV of Net Benefit yang berjumlah negatif
Dengan ketentuan
Net B/C > 1, maka usaha layak untuk di lanjutkan
Net B/C = 1, maka usaha impas
Net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dikembangkan.
Net B/C ratio pada 1% = = 246,8
2.    Net Present Value (NPV)
Nilai bersih sekarang atau net present value (NPV) dari suatu proyek merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate atau discount factor tertentu.
Salah satu kekuatan metode NPV sebagai sarana mengevaluasi kelayakan rencana investasi barang modal adalah penggunaan nilai waktu uang untuk menghitung nilai senyatanya cash flow yang diperoleh pada masa yang akan datang. Dengan demikian akan diperoleh benefitabilitas proyek yang lebih mendekati kenyataan. Sedangkan kekuatan metode evaluasi proyek ini adalah digunakan suku bunga kredit yang dipinjam investor untuk membiayai proyek.
Adapun rumus NPV adalah:
NPV = Σ (BtCt) / DF
Keterangan:
Bt         = Benefit (manfaat) pada tahun ke-t
Ct        = Cost (biaya) pada tahun ke-t
DF       = Discount Factor (suku bunga yang berlaku)
Dengan ketentuan:
Jika NPV > 0, maka proyek suatu usaha menguntungkan
Jika NPV = 0, maka proyek tidak untung dan tidak rugi
Jika NPV < 0, maka proyek suatu usaha merugikan
NPV pada 1% = Rp.20.705.982.600
            Jadi hasil yang di peroleh berdasarkan perhitungan NPV (Net Present Value) adalah Rp 20.705.982.600. Berdasarkan hasil tersebut, maka usaha ini dapat dikatakan layak untuk dilakukan.
E. Pengembangan Alat Tangkap
Pengembangan alat tangkap ini untuk masa depan yang akan datang masih dapat dikembangankan tetapi masyarakat di sana harus menyesuaikan dengan stok ikan yang ada sehinggah keberlanjutan usaha perikanan tangkap dapat dikembangkan.
Menyesuaikan stok ikan yang ada dengan alat tangkap yang digunakan dapat juga dijadikan dasar, tetapi sebaiknya masyarakat di sana harus  selektif dalam memnggunakan alat tangkap yakni jangan mennagkap ikan yang bellum matang gonad sehinggah nantinya terdapat regenerasi, karena berdasarkan data DKP tingkat eksploitasi sumberdaya perikanan di kabupaten barru masih dalam under eksploited.







III.           KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktik lapang dapat disimpulkan bahwa operasi penangkapan ikan dengan menggunakan bagan perahu yang berlokasi di perairan Kabupaten Barru Kecamatan Tanete Rilau ini meliputi tahapan persiapan, proses penangkapan ikan, penanganan hasil tangkapan, serta pemasaran hasil tangkapan.
Unit penangkapan bagan perahu terdiri atas komponen utama berupa kapal,rangka dan jaring, dengan alat bantu roller, mesin, serok ,lampu danstyrofoam. Untuk sistem kerja teridiri atas beberapa kegiatan terdiri dari beberapa kegiatan secara garis besar meliputi tahap perisiapan, setting ,hauling, perapian jaring, penarikan jangkar dan perjalanan ke Fishing base. Pada tahap persiapan berlangsung mulai pukul .....samapi... dan melibatkan semua ABK.setting hauling dan proses intinya.
B. Saran
Saran untuk praktik lapang selanjutnya sebaiknya pengambilan data di daerah lain agar dapat dibandingkan manejemen operasi penangkapan ikan pada daerah lain.





DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. http://barrukab.go.id/pemerintahan/dinas/dinas-kelautan-dan-perikanan/. Diakses pada tanggal 16 November 2016 pukul 20:00 WITA.
Anonim, 2015. http://barrukab.go.id/pemerintahan/kecamatan/kecamatan-tanete-rilau/. Diakses pada tanggal 16 November 2016 pukul 20:15 WITA.

Monintja DR dan S. Martasuganda, 1989. Teknologi Penangkapan Ikan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Subani, W. 1970. Penangkapan Ikan dengan Bagan. Tanpa Lembaga. Jakarta.
Subani, W. 1972. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia. Lembaga Penelitian Perikanan Laut. Jakarta. Jilid I.

Sudirman, et. al., 2003. Profil Pencahayaan dan Distribusi Ikan pada Areal Penangkapan Bagan Rambo di Selat Makassar. Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin Makassar.

Sudirman dan M.S. Baskoro,dkk (2006). “Hubunga Antara Keceraha Perairan Dan           Kecepatan Arus Dengan Hasil Tangkapan Dan Pengoperasian Bagan           Rambo Di Selat Makassar.” Jurnal Ilmiah Sorihi. 5(1), 1-18.


























LAMPIRAN




0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

lihat juga