Tuesday, October 4, 2016

MAKALAH TERUMBU KARANG BUATAN

BAB I

PENDAHULUAN



A. Latar belakang
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae.  Menurut Timotius 2003 Terumbu karang adalah struktur di dasar laut berupa deposit kalsium karbonat di laut yang dihasilkan terutama oleh hewan karang. Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam Filum Coelenterata (hew an berrongga) atau Cnidaria. Yang disebut sebagai karang (coral) mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa. Lebih lanjut dalam makalah ini pembahasan lebih menekankan pada karang sejati (Scleractinia). Terumbu karang mempunyai fungsi dalam hal pemeliharaan proses-proses ekologis dan sistem penyangga kehidupan di wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, Keberadaan terumbu karang merupakan benteng alamiah yang melindungi pantai dari bahaya erosi dan abrasi karena mampu meredam energi gelombang sebelum mencapai pantai.
Ancaman utama bagi terumbu karang di Indonesia adalah penangkapan ikan secara berlebihan dan penangkapan ikan yang merusak. Persentase ancaman akibat penangkapan ikan secara berlebihan dapat mencapai 64% dari luas keseluruhan, dan mencapai 53% akibat penangkapan ikan dengan metode yang merusak. Namun demikian, karena informasi yang terbatas, wilayah-wilayah yang beresiko terkena pengaruh penangkapan ikan yang merusak, kemungkinan lebih sedikit dari yang sebenamya. Pembangunan pesisir dan sedimentasi dari daratan mengancam seperlima dari terumbu karang yang ada di Indonesia. (L. Burke, at al.,2001). Rehabilitasi terumbu karang merupakan suatu usaha untuk mengembalikan menyambung rantai ekosistem yang hilang akibat kerusakan terumbu karang, rantai tersebut berupa substrat atau biotanya. Dengan mempertimbangkan bagian rantai ekosistem yang hilang dapat ditentukan langkah dan teknologi rehabilitasi terumbu karang (Wagiyo dan Radiarta, 1997). Di Indonesia saat ini upaya pelestarian dan pemulihan terumbu karang melalui pembuatan terumbu karang buatan (artificial reef) dari berbagai bahan seperti rangka beton, ban bekas, dan becak bekas.
Dengan semakin buruknya habitat terumbu karang alami yang diyakini sebagai habitat sangat produktif makasudah selayaknya peran aktif pemerintah baik pusat dan daerah untuk lebih peduli dengan kondisi seperti ini ditambah lagi adanya isu dunia global warming yang juga akan mempecepat bleaching (pemutihan) terumbu alami. Perlu disadari bahwa terumbu karang berfungsi sebagai tempat tinggal dan sumber makanan bagi banyak biota laut, termasuk ikan. Adanya kerusakan besar-besaran yang terjadi pada terumbu karang, sudah dapat dipastikan bahwa jumlah tangkapan ikan para nelayan juga menurun drastis.

B.    Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah yaitu
1.    Mengetahui latar belakang munculnya ide tentang terumbu karang buatan
2.    Mengetahui cara melakukan kegiatan pembuatan terumbu karang buatan
3.    Mendapatkan pengetahuan tentang jenis-jenis terumbu karang buatan

















BAB II
PEMBAHASAN

1.     Tinjauan Umum
Menurut Timotius 2003 Terumbu karang adalah struktur di dasar laut berupa deposit kalsium karbonat di laut yang dihasilkan terutama oleh hewan karang. Karang adalah hew an tak bertulang belakang yang termasuk dalam Filum Coelenterata (hew an berrongga) atau Cnidaria. Yang disebut sebagai karang (coral) mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa. Lebih lanjut dalam makalah ini pembahasan lebih menekankan pada karang sejati (Scleractinia). Terumbu karang mempunyai fungsi dalam hal pemeliharaan proses-proses ekologis dan sistem penyangga kehidupan di wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, Keberadaan terumbu karang merupakan benteng alamiah yang melindungi pantai dari bahaya erosi dan abrasi karena mampu meredam energi gelombang sebelum mencapai pantai.
Ancaman utama bagi terumbu karang di Indonesia adalah penangkapan ikan secara berlebihan dan penangkapan ikan yang merusak. Persentase ancaman akibat penangkapan ikan secara berlebihan dapat mencapai 64% dari luas keseluruhan, dan mencapai 53% akibat penangkapan ikan dengan metode yang merusak. Namun demikian, karena informasi yang terbatas, wilayah-wilayah yang beresiko terkena pengaruh penangkapan ikan yang merusak, kemungkinan lebih sedikit dari yang sebenamya. Pembangunan pesisir dan sedimentasi dari daratan mengancam seperlima dari terumbu karang yang ada di Indonesia. (L. Burke, at al.,2001).


          Rehabilitasi terumbu karang merupakan suatu usaha untuk mengembalikan menyambung rantai ekosistem yang hilang akibat kerusakan terumbu karang, rantai tersebut berupa substrat atau biotanya. Dengan mempertimbangkan bagian rantai ekosistem yang hilang dapat ditentukan langkah dan teknologi rehabilitasi terumbu karang (Wagiyo dan Radiarta, 1997). Di Indonesia saat ini upaya pelestarian dan pemulihan terumbu karang melalui pembuatan terumbu karang buatan (artificial reef) dari berbagai bahan seperti rangka beton, ban bekas, dan becak bekas.
          Untuk memperbaiki terumbu karang alami sebagai tempat tinggal organisme laut, salah satu teknik yang telah banyak dikembangkan di dunia adalah teknik terumbu karang buatan (artificial reef). Terumbu karang buatan sebagai suatu struktur di dasar laut yang dibangun untuk menyediakan lingkungan, habitat, sumber makanan, tempat pemijahan dan asuhan, serta perlindungan pantai sebagaimana halnya terumbu karang alami.
Terumbu buatan adalah suatu rekayasa struktur bangunan yang diturunkan ke dasar laut yang digunakan untuk merubah suatu perairan yang sepi ikan menjadi perairan yang ramai ikan. Dalam jangka waktu panjang, struktur yang dapat dibuat dari berbagai material seperti ban bekas, mobil bekas atau struktur beton baik yang berbentuk kubah atau piramida, akan membantu tumbuhnya terumbu karang alami di lokasi tersebut. Terumbu buatan yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat menjadi rumah, pelindung, tempat mencari makan serta tempat berpijah dan daerah asuhan (nursery ground) berbagai biota laut dapat terwujud.

 Tujuan utama dari adanya bangunan yang diletakkan di dasar laut adalah untuk menarik koloni ikan agar berkumpul pada daerah agak terlindung yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan produksi perikanan disekitarnya. Dalam jangka panjang struktur bangunan tersebut akan ditumbuhi tumbuhan laut dan karang alami. Pembuatan dan penurunan terumbu buatan memang pekerjaan mudah, namun agar usaha rehabilitasi terumbu karang ini sesuai dengan tujuan dan berhasil, proses pemilihan lokasi penurunan dan penempatannya di dasar laut memerlukan pemahaman karakter laut yang dikaitkan dengan pendekatan oseanografi lingkungannya.
2.    Manfaat Terumbu karang Alami Dan Buatan
Secara alami Terumbu karang mempunyai fungsi dalam hal pemeliharaan proses-proses ekologis dan sistem penyangga kehidupan di wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, Keberadaan terumbu karang merupakan benteng alamiah yang melindungi pantai dari bahaya erosi dan abrasi karena mampu meredam energi gelombang sebelum mencapai pantai. Sedangkan Terumbu karang buatan (artificial reef) memiliki fungsi, yaitu ; 1) menyiapkan habitat baru yang permanen bagi biota karang yang masih muda berupa larva planula dan bermetamorfosis menjadi bagian dari populasi dewasa dan komunitas terumbu karang; 2) melindungi area pemijahan (spawning ground) dan menyediakan area asuhan (nursery ground); 3) meningkatkan prodiktifitas alami dan menjaga keseimbangan siklus rantai makanan.
3.    Konstruksi Terumbu Buatan
Pemilihan bahan terumbu buatan didasarkan atas beberapa kriteria yaitu, menurut fungsi/ kegunaan, kesesuaian, kestabilan dan ketahanan. Dalam hal ini material yang digunakan adalah beton (concrete) asli yang didesain menurut bentuk tertentu (dikonstruksikan) dengan komposisi bahan campuran pasir kali, pasir laut, kerikil, semen tipe II, abu batubara dan pecahan karang mati. Penggunaan semen tipe II direkomendasikan oleh American Society of Testing Materials (5) , karena penggunaan bahan campuran pasir laut, pasir sungai, debu batubara, dan pecahan karang dimaksudkan untuk menormalkan pH semen sesuai dengan pH lingkungan air laut.
Seperti diketahui lime (kalsium peroksida) mempunyai kisaran pH yang cukup tinggi (pH 10-11) dibanding dengan pH air laut (pH 8,3) sehingga untuk menghindari pengaruh negatif (dapat menjadi racun bagi organisme invertebrata) maka perlu penetralan pH terumbu buatan sesuai dengan pH lingkungan. Bahan campuran lain yang dapat digunakan untuk penormalan pH semen diantaranya adalah lempung/tanah liat, mikrosilika, batu apung dan sebagainya Materiil beton memiliki permukaan dan tempat hidup yang sangat baik bagi persinggahan dan pertumbuhan organisme penempel yang akanmenyusun habitat baru.
Penggunaan beton dimaksudkan untuk memenuhi kriteria meminimalkan unsur resiko lingkungan dari kemungkinan racun yang ditimbulkan. Lain halnya dengan terumbu buatan dari bahan ban, bangkai pesawat, bus maupun becak kemungkinan adanya polusi dapat timbul dari logam berat, bensin, oli maupun bahan beracun lain terhadap organisme. Penggunaan beton selain lebih stabil juga dapat mengurangi resiko kecelakaan bagi wisata Selain itu, desain demikian diharapkan mempunyai nilai estetika bagi wisata penyelaman. Bentuk terumbu buatan yang dibuat yaitu tipe piramida.

4.    Macam-macam Terumbu Karang Buatan
a.       Bio rock
Juga berupa Habitat buatan, Struktur berbentuk kerangka atap dalam penggunaanya Diceburkan pada lokasi kedalaman tertentu. pada struktur terpasang arus listrik. Dengan bentang kabel lumayan panjang dari induk Power-Supply. Kerjanya mirip tehnik sepuh logam sederhana, anoda-katoda. Arus listrik negatif(-) dipasang pada struktur utama. Pada ujung arus kabel positif(+) terdapat alat khusus. Sirkulasi listrik ini yang konon membantu percepatan tumbuh (akresi). Ber-efek fertilisasi polip karang meningkatkan produksi larva planula-nya. Pada tiap titik kawat dipasang bongkahan karang hidup yang diambil di areal sekitar-nya. Artinya tindakan ini masih seperti aksi transplantasi karang. Merekayasa proses percepatan pertumbuhan. Dibarengi perlakuan khusus. Selang waktu, kami lakukan monitoring. Terumbu biorock.

b.     Rumpon Elekronik
Rumpon elektronik Rumpon sendiri sebenarnya sudah tidak asing lagi di mata nelayan. Alat bantu dalam aktivitas penangkapan ikan yang digunakan untuk menarik ikan tersebut kerap digunakan setiap kali melaut. Di samping itu, daya tahan rumpon tradisional terbatas, misalnya daun kelapa yang ditempatkan di laut akan cepat lapuk dan terbawa oleh arus laut. “Nah, rumpon yang kami ciptakan ini adalah rumpon elektronik, di mana kami mencoba memasukkan teknologi elektronika yang sifatnya aktif yang berfungsi untuk mengumpulkan ikan di suatu perairan, Hal ini dipicu oleh alat tangkap purse seine yang berkembang pesat di Samudera Hindia bagian timur yang dioperasikan pada drifting aggregating device yang mampu menangkap ikan-ikan tuna berukuran kecil yang belum matang gonad. Terdapat pro dan kontra tentang hal ini karena rumpon sangat diyakini efektif untuk menangkap ikan.


c.         Ban Bekas
Terumbu karang yang ia maksud adalah rangkaian ban-ban mobil bekas yang dipertautkan satu sama lain menggunakan tali tambang plastik. Satu gugus terdiri atas 30 ban mobil bekas yang disusun hingga membentuk kerucut atau piramida. Pada alas kerucut, celah-celah ban bekas diberi semen sebagai pemberat. Antara 5-12 Desember 2005, terumbu karang buatan berbentuk kerucut itu dilarung ke pantai barat dan timur Pangandaran, dibenamkan ke dasar laut di kedalaman lebih kurang 10 meter dari bibir pantai. Seluruh terumbu karang buatan yang dilarung berjumlah 40 gugus. Itu berarti Agus membenamkan 1.200 ban mobil bekas di pantai bara.


























BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
          Terumbu karang adalah struktur di dasar laut berupa deposit kalsium karbonat di laut yang dihasilkan terutama oleh hewan karang. Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam Filum Coelenterata (hewan berrongga) atau Cnidaria. Yang disebut sebagai karang (coral) mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa.
          Terumbu karang mempunyai fungsi dalam hal pemeliharaan proses-proses ekologis dan sistem penyangga kehidupan di wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, Keberadaan terumbu karang merupakan benteng alamiah yang melindungi pantai dari bahaya erosi dan abrasi karena mampu meredam energi gelombang sebelum mencapai pantai.
          Rehabilitasi terumbu karang merupakan suatu usaha untuk mengembalikan menyambung rantai ekosistem yang hilang akibat kerusakan terumbu karang, rantai tersebut berupa substrat atau biotanya.














DAFTAR PUSTAKA

L. Burke et al.,200 1. Pilot Analysis of Global Ecosystems: Coastal Ecosystems Washington, DC: WRI, .p.14;
Moosa, M.K., dan Suharsono, 1997. Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang. Suatu Usaha Menuju ke Arah Pemanfaatan Sumberdaya Terumbu Karang Secara Lestari. Prosidings Seminar Nasional Pengelolaan Terumbu Karang. Panitia Program MAB Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hal. 89- 200.
Supriharyono. 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Penerbit Djambatan, Jakarta. 118 hal.
Wagiyo, K., dan I. N. Radiarta, 1997. Teknologi Konservasi dan Rehabilitasi Terurnbu Karang. Prosiding seminar nasional pengelolaan terumbu karang. Panitia program MAB Indonesia. LIPI. Jakarta.






Lampiran :






salah satu contoh alat pemgembangan terumbu karang buatan yang terdapat di pulau camba cambang kab. pangkep.

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

lihat juga