Friday, February 20, 2015

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH PENETAPAN TEKSTUR TANAH



LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH

PENETAPAN TEKSTUR TANAH



NAMA                       : 
                                    NIM                            : 
                                    KELAS                      : 
                                    KELOMPOK            : 
                                    ASISTEN                   :

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2014

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari tiga fase yakni bahan-bahan padat, cair dan gas.Fase padat hampir menempati 50 % volume tanah sebagian besar terdiri dari bahan mineral dan sebagian lainnya adalah bahan organik. Sisa volume selebihnya merupakan ruang pori yang ditempati sebagian oleh fase cair dan fase gas yang perbandingannya dapat bervariasi menurut musim dan pengelolaan tanah.
            Tanah mendukung berbagai bentuk kehidupan, khususnya pertumbuhan tanaman sebagai contoh utama.Tanah berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman yang menangkap sinar matahari. Dengan fungsi tersebut tanah berperan dalam siklus global karbon. Dismaping itu kebanyakan unsur-unsur dalam usaha memelihara kehidupan berada pada siklus yang lebih berat ke tanah dalam hubungan ini tanah menyediakan lingkungan yang cocok untuk terlaksananya pelapukan bahan-bahan mati dengan cukup cepat melalui aktivitas mikroorganisme terhadap senyawa-senyawa dasar untuk dapat segera menyusul memasuki kembali siklus, terutama melalui vegetasi.
            Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya. Kemampuan untuk menjadi lebih keras dan menyangga kapasitas drainase, menyimpan air, plastisitas, mudah
untuk ditembus akar, aerase dan kemampuan untuk menahan retensi unsur-unsur hara tanaman. Semuanya erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah.Salah satu sifat fisik tanah yang terpenting adalah tekstur tanah.
            Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Teristimewa tekstur merupakan perbandingan relatif pasir, debu dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil. Tekstur tanah sering berhubungan dengan permeabilitas, daya tahan memegang air, aerase dan kapasitas tukar kation serta kesuburan tanah. Walaupun faktor-faktor lainnya dapat mengubah hubungan tersebut.
            Dalam klasifikasi tanah (taksonomi tanah) tingkat famili, kasar halusnya tanah ditunjukkan dalam sebaran besar butir (particle size distribution) yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih besar / kasar dari pasar.
            Berdasarkan uraian diatas maka praktikum penetapan tekstur tanah perlu diadakan untuk mengetahui jenis tekstur tanah pada lapisan I, II, dan III profil dalam dan dangkal pada tanah alfisol.

1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan percobaan tekstur tanah adalah untuk mengetahui kelas tekstur tanah lapisan I, II dan III profil dalam dan dangkal pada tanah Ultisol serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
            Kegunaannya adalah untuk menambah pengetahuan tentang tekstur dan kaitannya dengan usaha pengelolaan tanah pertanian.


II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Pengertian Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukan komposisi partikel penyusun tanah (separate) yang dinyatakan dalam perbandingan proposi (%) relative antara fraksi pasir (sand)(berdiameter 2,00 – 0,20 mm / 2000 – 200 mikrometer, debu (slit) (berdiameter 0,20 – 0,002 mikrometer atau 200 – 2 mikrometer dan liat (clay)(< 2 mikrometer). Partikel berukuran diatas 2 mm seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai tanah fraksi, tetapi menurut Lal(1979) harus diperhitungankan dalam evaluasi tekstur tanah. Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa (SiO2) yang sangat tahan terhadap pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari mineral feldspar dan mika yang cepat lapuk, pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah bertestur debu umumnya lebih subur ketimbang tanah bertekstur pasir (Hanafiah, 2007).
Besar partikel tanah relative sangat kecil, diistilahkan dengan tekstur. Tekstur menunjukan sifat halus atau kasar butiran-butiran tanah lebih khas lagi tekstur ditentukan oleh perimbangan kandungan antara pasir (sand) liat (clay) dan debu (slit) yang terdapat dalam tanah. Suatu gumpal tanah tidak pernah tersusun hanya oleh satu macam tekstur sendiri. Langkah pertama untuk menentukan tektur tanah dengan cara menganalisis fraksi-fraksi (butiran-butiran tanah tersebut). Liat adalah fraksi yang berpengaruh terhadap campuran fraksi lain, dengan ini kata sifat liat dipergunakan dalam nama kelas kebanyakan tanah yang berisikan persentase yang lebih besar dari pada yang lain. Untuk menentukan tekstur tanah USDA telah membuat suatu diagram bidang untuk membandingkan persentase fraksi-fraksi liat, debu dan pasir. Diagram tersebut dinamakan segitiga tekstur tanah. Segitiga tersebut adalah segitiga sama sisi dengan titik puncak liat. Kemudian titik sudut debu dan pasir. Titik-titik fraksi tersebut adalah titik-titik kedudukan 100 % fraksi yang bersangkutan ( Suryatna Rafi’1989).


Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan kempuan tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Tektur tanah akan mempengaruhi kemampuan tanah menyimpan dan menghantarkan air, menyimpan dan menyediakan hara tanaman. Tanah bertekstur pasir yaitu tanah dengan kandungan pasir > 70 %, prositasnya rendah (<40%), sebagian ruang pori berukuran besar sehingga airasi nya baik, daya hantar air cepat, tetapi kemampuan menyimpan zat hara rendah. Tanah pasir mudah diolah, sehingga juga disebut tanah ringan.Tanah disebut bertekstur berliat jika liatnya > 35 %, tanah bertekstur liat memilki porositas yang besar dan kemampuan menyimpan air dan hara tanaman yang tinggi. Hal ini disebabkan  karena fraksi liat memilki ukuran partikel-partikel yang sangat halus sehingga memilki luas permukaan per satuan bobot tanah yang besar. Dan pada permukaan partikel inilah terjadi berbagai reaksi kimiawi tanah yang menentukan pergerakan, penyediaan, dan penyerapan unsur hara dari tanah ke tanaman.Hal ini menunjukkan bahwa fraksi liat sangat menentukan sifat kimiawi tanah, yang kemudian memengaruhi kesuburan tanah.Namun, dalam hal ini air yang ada diserap oleh liat dengan energi yang tinggi, sehingga air sulit dilepaskan terutama bila kering sehingga kurang tersedia untuk tanaman.Tanah liat juga disebut tanah berat karena sulit diola.Adapun tanah berlempung, merupakan tanah dengan proporsi pasir, debu, dan liata sedemikian rupa sehingga sifatnya berada diantara tanah berpasir dan berliat.Jadi aerasi dan tata udara serta udara cukup baik, kemampuan menyimpan dan menyediakan air untuk tanaman tinggi.
Mineral liat merupakan kristal yang terdiri dari susunan silika tetrahedral dan alumia oktahedral. Di dalam tanah selain dari mineral liat, muatan negatif juga berasal dari bahan organik.Muatan negatif ini berasal dari inonisasi hidrogen pada gugusan karboksil atau penolik (Islami dan Utomo, 1995).
Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada kehalusan dan kekasaran tanah.Lebih khasnya tekstur adalah perbandingan relatif pasir, debu dan tanah liat. Partikel pasir berukuran relatif lebih besar dan oleh karena itu menunjukan permukaan yang kecil dibandingkan dengan yang ditunjukan oleh partikel-partikel debu dan tanah liat yang berbobot sama. Tanah yang bertekstur kasar dengan 20 % bahan organik atau lebih dan tanah bertekstur halus dengan 30 % bahan organik atau lebih berdasarkan robot mempunyai sifat yang didominasi oleh fraksi organik dan bukan oleh fraksi mineral. Penentuan tekstur tanah sering dilakukan dengan memeriksa tanah di lapangan menggunakan metode rasa untuk menentukan tekstur tanah berbagai horizon, polipedon, dan untuk mengindentifikasi tanah dengan seri dan tipe dan untuk membedakan antara tanah tanah yang berbeda landskap.Lempung yang terasa sangat berpasir merupakan lempung berpasir (Foth, 1994).
2. 2. Metode Analisis Tekstur Tanah
1.    Metode feeling
Metode feeling/rasa dilakukan dengan mengambil sebongkah tanah seberat kira-kira 10 g, pecahkan perlahan, basahi dengan air secukupnya, lalu pijit di antara jari jempol dan telunjuk, geser-geserkan jari telunjuk sambil merasai derajat kekasaran, kelicinan, dan kelengketan partikel-partikel tanah. Melalui perbandingan rasa ketiganya maka secara kasar tekstur tanah dapat diperkirakan, misalnya indera kulit merasakan partikel-partikel :
1.    Pasir : Rasa kasar jelas, tidak membentuk bola dan gulungan serta tidak melekat.
2.    Pasir berlempung : Rasa kasar sangat jelas, membentuk bola yang mudah sekali hancur serta sedikit sekali melekat.
3.    Lempung berpasir : Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak keras, mudah hancur serta melekat.
4.    Lempung berdebu : Rasa licin, membentuk bola teguh, membentuk pita, lekat.
5.    Lempung : Rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat serta melekat.
6.    Debu : Rasa licin sekali, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat serta agak melekat.
7.    Lempung berliat : Rasa agak kasar, membentuk bola teguh (kering), membentuk gulungan jika dipijit, gulungan mudah hancur serta melekatnya sedang.
8.    Lempung liat berpasir : rasa kasar agak jelas, membentuk bola teguh (kering), membentuk gulungan jika dipijit, gulungan mudah hancur serta melekat.
9.    Lempung liat berdebu : Rasa jelas licin, membentuk bola teguh, gulungan, gulungan mengkilat serta melekat.
10.     Liat berpasir : Rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah di gulung serta melekat sekali.
11.     Liat berdebu : Rasa agak licin, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung serta melekat.
12.     Liat :  Rasa berat membentuk bola baik serta melekat sekali
Hasil penetapan menurut metode feeling ini akan makin baik apabila untuk setiap titik pengamatan dilakukan beberapa kali, paling tidak tiga kali (Kemas Ali Hanafiah, 2010).
2.    Metode pipet
Bahan organik dioksidasi dengan H2O2 dan garam-garam yang mudah larut dihilangkan dari tanah dengan HCl sambil dipanaskan.Bahan yang tersisa adalah mineral yang terdiri atas pasir, debu dan liat. Pasir dapat dipisahkan dengan cara pengayakan basah, sedangkan debu dan liat dipisahkan dengan cara pengendapan yang didasarkan pada hukum Stoke.
3.      Metode hydrometer
Penetapan tekstur cara hidrometer berdasarkan pengukuran berat jenis (BJ) suspensi tanah. Kadar butiran tanah dapat diketahui dari selisih BJ suspensi dengan BJ caira media.Hidrometer yang digunakan dibuat khusus untuk pengukuran berat jenis suspensi tanah. Hidrometer tipe 152 H memiliki pembagian skala yang dibuat langsung dalam satuan kadar partikel g l-1.


2. 3. Hubungan Tekstur Tanah dengan Kapasitas Pegang Air Tanah
Kadar air tanah bertekstur liat > lempung > pasir misalnya pada tegangan 1/3 atm ( kapasitas lapangan), kadar air tanah masing-masingnya adalah sekitar 55 %, 40 %, dan 15 %. Hal ini terkait dengan pengaruh tekstur terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori dan luas permukaan adsorptif, yang makin halus teksturnya  maka luas permukaan partikel per satuan bobotnya akan makin luas, sehingga makin besar kapasitas simpan/pegang airnya. Hasilnya berupa peningkatan kadar dan ketersediaan air tanah.
Selain itu, kandungan bahan organik tanah juga berpengaruh terhadap kpasitas pegang air tanah. BOT mempunyai pori-pori mikro yang jauh lebih banyak daripada partikel mineral tanah, yang berarti luas permukaan penjerap (kapasitas simpan) air juga lebih banyak, sehingga makin tinggi kadar BOT akan makin tinggi kadar  dan ketersediaan air tanah. Kaitannya dengan tekstur, tentu dapat disimpulkan bahwa makin poreus tanah, yaitu tanah bertekstur pasir yang memiliki kadar BOT rendah, maka makin mudah air untuk hilang dari tanah, artinya kapasitas pegang air tanahnya rendah. Begitupun sebaliknya, makin tidak poreus tanah, yaitu tanah bertekstur liat yang memiliki BOT tinggi, makin sulit air untuk hilang dari tanah yang artinya kapasitas pegang air tanahnya tinggi.
2. 4. Hubungan Tekstur Tanah dengan Kesuburan Tanah
Tekstur tanah menunjukan kasar atau halusnya suatu tanah.Hal ini dapat dilihat bahwa makin kecil ukuran separat berarti makin banyak jumlah dan makin luas permukaannya per satuan bobot tanah, yang menunjukkan makin padatnya partikel-partikel per satuan volume tanah. Hal ini berarti makin banyak ukuran pori mikro yang terbentuk, sebaliknya jika ukuran separat makin besar (Kemas Ali Hanfiah, 2010).
Tanah yang yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (disebut lebih poreus), tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang)/(agak poreus), sedangkan yang didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil/tidak poreus). Pori-pori makro mempunyai ciri menunjukkan lalu lintas udara dan memudahkan perkolasi air.Sebaliknya, pori-pori mikro sangat menghambat lalu lintas udara dan gerakan air sangat dibatasi menjadi gerakan kapiler yang lambat (Buckman dan Brady, 1982). Jadi, dalam tanah berpasir, meskipun porositasnya rendah, lalu lintas udara (aerasi) dan air (drainase) sangat lancar, karena pori-pori makro yang menguasai tanah tersebut, sehingga akar makin mudah untuk berpenetrasi, tetapi dalam hal ini air juga makin mudah hilang dari tanah dan cenderung mudah melepas unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Tanaman akan sulit mendapatkan unsur hara, dan pertumbuhan tanaman akan terganggu. (Anonim, 2011).
Begitupun sebaliknya, pada tanah yang bertekstur halus/liat, lalu lintas udara dan air relatif lambat walaupun jumlah ruang pori sangat besar. Di sini banyak terdapat pori-pori mikro yang berisi penuh dengan air. Aerasi dan drainase dalam subsoil kerap kali tidak cukup untuk perkembangan akar dan kegiatan mikroba.
Tanah bertekstur liat sangat berat akan menghambat regenerasi atau pertumbuhan pepohonan (Purwowidodo1987). Namun Tanah bertekstur liat mempunyai luas permukaan yasng lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Dalam keadaan tanah yang dominan liat, akar pada tanaman akan sulit untuk melakukan penetrasi karena keadaan lingkungan tanah yang lengket pada saat basah dan mengeras pada saat kering. Drainase dan aerasi buruk, sehingga pertukaran udara maupun masuknya unsur hara pada akar tanaman akan terganggu. Pada keadaan basah, tanaman sulit mengikat gas-gas yang berguna bagi proses fisiologi karena pori-pori mikro tanah tergenang oleh air. Tetapi perlu diketahui bahwa liat merupakan partikel tanah sebagai tempat terjadinya berbagai reaksi kimiawi tanah yang menentukan pergerakan, penyediaan, dan penyerapan unsur hara dari tanah ke tanaman.Hal ini menunjukkan pula bahwa fraksi liatlah yang sangat menentukan sifat kimiawi tanah, yang kemudian mempengaruhi kesuburan tanah.
Olehnya itu, tanah yang baik dicerminkan oleh komposisi ideal antara pori makro dan pori mikro, sehingga tanah bertekstur debu dan lempung akan mempunyai ketersediaan yang optimum bagi tanaman. Dalam keadaan semacam ini hampir seluruh pori mikro diisi oleh air dan pori makro diisi oleh udara. Dalam keadaan tanah yang memiliki tekstur yang dominan debu, maka daya ikat tanah tehadap air serta bahan organik tidak terlalu kuat dan tidak terlalu lemah seperti liat dan pasir.Sehingga tanah dengan tekstur debu cenderung melepaskan dan mengikat unsur-unsur hara yang di butukan tanaman secara seimbang atau berlebih. (Anonim,2011). Selain itu, tanah bertekstur debu memiliki mineral mudah lapuk seperti feldspar dan mika, yang jika melapuk, akan membebaskan sejumlah unsur hara yang akan menyuburkan tanah.
Begitupun dengan tanah bertekstur lempung yang memiliki komponen pasir, debu dan liat yang seimbang juga memilki sistem drainase dan aerasi yang baik.Namun, dari segi nutrisi tanah lempung lebih baik daripada tanah bertekstur debu.




III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum tekstur tanah dilaksanakan pada hari Sabtu pukul 08.00 WITA sampai selesai di Ex-Farm Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.


3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Hidrometer, timbangan, botol tekstur, mixer, silinder sedimentasi 1000 mL, saringan 0,05 mm, corong, botol semprot, pengaduk, termometer, cawan petridish dan statif.
            Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel tanah Alfisol lapisan I, II, dan III yang telah dikering udarakan, aquadest, larutan calgon 0,05 %, kertas label, tissue roll.

3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Penentuan Tekstur Tanah Menggunakan Perasaan
1.      Siapakan contoh tanah kering udara yang sudah dihaluskan lebih-kurang 100 gr dan air dalam botol penyemprot (dapatmenggunakancontoh tanah untuk konsistensi basah)
2.      Ambil contoh tanah kira-kira satu sendok makan, letakkan ditelapak tangan.
3.      Teteskan air sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk dan digosok dengan telunjuk tangan yang lain.
Rasakan : apakah licin, halus atau ada rasa kasar ?
ü  Rasa licin dan halus adalah partikel liat debu
ü  Rasa kasar adalah partikel pasir
4.      Perkirakan berapa banyak pasir yang ada dengan merasakan tingkat kekasarannya.


5.      Tambahkan air lagi tapi jangan sampai telalu basah, kemudian pijit-pijitlah sedikit tanah diantara ibu jari dan telunjuk.
Rasakan apakah ibu jari dan telunjuk lekat, atau mudah lepas ?
ü  Rasa lekat menunjukkan adanya pertikel liat; semakin lekat berarti semakin banyak partikel litanya.
6.      Tambahkan air sedikitlagi sampai tanahitu bisa digulung, buatlahgulungan dengan diameter sekitar ½ cm dan panjangnya sekitar 5 cm.
Perhatikan : apakah tanah ini bisa digulung atau tidak, dan bila dibengkokkan : patah atau tidak.
ü  Tanah yang tidak bisa digulung menandakan jumlah partikel pasir banyak
ü  Tanah yang bisa digulung menunjukkan jumlah partikel liat banyak
ü  Tanah (gulungan) yang tidak patah menandakan pengaruh sifat pasir masih cukup besar
ü  Tanah (gulungan) yang tidak patah menunjukkan bahwa sifat liat mendomonasi tanah ini dan sifat pasir sangat kecil











IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan analisis dan perhitungan yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
      Tabel 4 : Tekstur Tanah Alfisol Lapisan I, II, dan III
Lapisan
1
2
3
Tekstur
Liat
Lempung
Pasir
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2006
4.2 Pembahasan
Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa setiap lapisan memiliki tekstur yang berbeda-beda.Dari tabel tersebut terlihat bahwa lapisan pertama bertekstur liat, lapisan II bertekstur lempung, dan lapisan III bertekstur pasir. Pada lapisan I yang bertekstur liat apabila ditentukan teksturnya dengan feeling method maka akan terasa berat, apabila digulung akan membentuk bola yang baik dan melekat. Pada lapisan II yang bertekstur lempung tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaanyang mengkilat dan melekat.Pada lapisan III yang bertekstur pasirrasa kasar jelas, tidak membentuk bola dan gulungan dan tidak melekat.




V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum tekstur tanah ini, maka dapat disimpulkan bahwa :
·         Pada tanah Alfisol, lapisan I bertekstur liat, Lapisan II bertekstur lempung, Lapisan III bertekstur pasir.
·         Faktor-faktor yang mempengaruhi kelas tekstur tanah adalah kemampuan tanah memegang dan menyimpan air, aerasi, serta permeabilitas, kapasitas tukar kation dan kesuburan tanah.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam memilih lahan untuk pertanian diperhatikan masalah tekstur tanah karena mempengaruhi kandungan bahan organik atau unsur hara yang diperlukan untuk tumbuhan serta kemampuannya menyimpan air dan aerasi.










DAFTAR PUSTAKA
Ali Kemas., 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Darmawijaya, M. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Foth, H. D., 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Hardjowigeno.  S., 1987. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.
Hakim. N., M.Y. Nyapka, A.M Lubis, S.G Nugroho, M.R Saul, M.A Dina, G.B Hong, H.H Baile., 1986, Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung : Lampung.

Munir, M., 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia.PT. Dunia Pusataka Jaya : Jakarta

Pairunan, Anna, K., Nanere, J, L., Arifin., Solo, S, R. Samosir, Romoaldus Tangkaisari, J. R Lalapia Mace, Bachrul Ibrahim., Hariadji Asnadi., 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur : Makassar.

Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah. CV Rajawali : Jakarta.
Syarief. H. F., Saifuddin. Dr.Ir., 1998, Fisika Kimia Tanah Pertanian. CV Pustaka Buana : Bandung.







           

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

lihat juga